Hei Gadis jangan Lari - Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
“Tidak ada hubungannya bagiamana, sudah berapa lama penyakitmu ini tidak kumat. Jika bukan karena Saimon si bodoh ini, bagaimana bisa kumat.”Fifi dengan marah berkata.
Saat ini, Saimon tidak punya waktu untuk mendengarkan keluhan Fifi. Dia pernah mendengar orang mengatakan bahwa dismenore bisa disembuhkan dengan akupunktur. Prinsip akupunktur dan totok sama. Dia mengira bahwa dia baru saja belajar akupunktur. Mungkin penyakit Monica bisa disembuhkan.
"Obati, Saimon bisa mengobati."
Saimon berkata kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah perut bawah Monica, memegang titik persimpangan dari kedua kakinya, sehingga membuat Monica terkejut dan menjepit kakinya.
"Saimon, kamu, kamu pegang mana?"
Wajah Monica memerah, meskipun Saimon bodoh, tetapi Monica masih malu ketika dia menyentuhnya secara langsung.
“Dasar bodoh, bagaimana kamu bisa menyentuh Bibi di sana! Cepat bangunlah!” Fifi juga terkejut, dan dengan cepat menangkapnya.
“Saimon mengobatinya, Saimon bisa menyembuhkan penyakitnya dan merawat bibinya.” Saimon merintih dan memegangi kepala tempat tidur, tetapi tidak mau pergi.
Saimon sebenarnya mendengar orang mengatakan bahwa akupunktur dapat mengobati penyakit wanita seperti dismenore, dan Saimon sudah mengingat posisi dan fungsi titik-titik akupunktur tertentu di tubuh wanita. Dia tahu bahwa ada suatu titik di bagian dalam wanita yang bisa mengobati dismenore.
“Kamu bodoh, jika kamu bisa menyembuhkan penyakitnya, kenapa kamu masih bodoh? Jangan membuat masalah di sini, kembali ke kamar dan tidur!” Fifi sedikit marah saat melihat Saimon bermain-main di sini.
"Tidak mau, aku ingin mengobati bibi, Saimon akan mengobatinya."
Melihat Fifi bersikeras untuk menariknya pergi, Saimon mulai berpura-pura menjadi bodoh lagi. Dia meraih tepi tempat tidur dan berguling-guling. Keduanya tetap berada di jalan buntu seperti ini. Fifi melihat Saimon tidak bisa ditarik pergi, seketika mengambil sapu kasur dan hendak memukulnya.
Tetapi pada saat ini, Monica tiba-tiba menjerit, lalu seluruh tubuhnya meringkuk, keringat dingin mulai terbentuk di dahinya, dan jelas dia tidak bisa menahan rasa sakit.
“Kakak, bagaimana keadaanmu, kalau tidak aku akan mencari orang untuk memeriksa keadaanmu.” Fifi dengan cepat melepaskan Saimon dan memegang Monica dengan cemas.
"Tidak, jangan. Aku tahan sebentar dan akan baikan ..." Sebelum Monica selesai berbicara, dia merasakan sakit yang berdenyut lagi dan berteriak lagi.
Dengan sekejap mata, Monica sudah kejang kesakitan. Fifi memegang Monica dengan panik, air mata mengalir keluar.
Saimon tahu bahwa kram menstruasi wanita lebih menyakitkan daripada melahirkan. Melihat Monica menderita, dia bahkan tidak bisa berpura-pura menjadi bodoh. Dengan tangan yang kuat, dia tiba-tiba meraih kaki Monica dan memasukkan jarinya ke arah persimpangan kaki Monica.
Saat ini, Fifi sedang terburu-buru melihat Saimon masih membuat masalah, dia segera mengulurkan tangannya, mengangkat telapak tangannya, dan menepuk kepala Saimon.
"Ah ..." Tapi sebelum dia memukul kepala Saimon, dia mendengar kakaknya berteriak lagi.
“Kakak, ada apa denganmu? Apakah tangan Saimon melukaimu?” Fifi berkata dengan cemas, tapi ekspresi wajah kakaknya sepertinya tidak sedang sakit.
"Ah, tidak, bukan. Baik, nyaman sekali. Um ... Saimon gunakan kekuatan ..."
Mendengarkan kata-kata Monica, Saimon tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Aku hanya sedang mengobatinya. Mengapa bibi berteriak begitu ...
Reaksi Monica membuat Fifi bingung. Dia melihat jari-jari Saimon menusuk kakak perempuannya di suatu tempat, dan wajahnya memerah. Dia menoleh untuk melihat kakaknya dan menemukan bahwa setelah beberapa saat, wajahnya memerah, mengeluarkan suara di mulutnya, dan ekspresi nyaman di wajahnya seperti ekspresi wajah Nikita ketika dia berada di bawah Saimon.
Sedangkan Saimon, melihat pemandangan yang menjulang di dalam piyama pendek Monica, dia hanya merasa tubuhnya panas dan tak tertahankan. Awalnya jarinya menekan pada titik dengan serius, hingga dia memindahkannya sedikit ke bawah. Itu lengket, dan hatinya terkejut ternyata bibinya terangsang.
Monica hanya akan merasakan arus hangat naik dari kakinya, memberinya rasa kesenangan yang mirip dengan masturbasi yang dilakukannya semalam, wajahnya perlahan mulai memerah, dan wajah kecilnya mulai memanas.
Dia membuka matanya secara diam-diam dan melihat ke bawah, dan melihat jari-jari Saimon menekannya dengan ringan dan berat. Dia malu menutup kakinya, tetapi perasaan dari bawah membuatnya merasa tidak rela.
“Kakak, ada apa denganmu? Kenapa kamu bersuara seperti itu? Apakah karena Saimon salah menekan posisi, apakah itu menyakitimu?” Fifi melihat wajah kakaknya dengan ekspresi aneh, dia tidak tahu apakah itu menyakitkan atau nyaman. .
"Ah, tidak, tidak." Perasaan dari bawah membuat seluruh Monica merasa gatal, "Fifi, tidak, Sai, Saimon ..."
Mendengarkan kata-kata Monica, Fifi mengira dia akan menghentikan Saimon, dan segera mengerang.
"Apa yang kamu lakukan, Saimon? Cepat singkirkan tanganmu dari tempat bibi!"
Fifi mengulurkan tangannya untuk menarik Saimon pergi, tetapi begitu dia menarik Saimon pergi, tangisan menyakitkan Monica datang, "Sakit, Fifi, biarkan Saimon melakukannya."
“Hah?” Fifi melihat reaksi kakaknya, dan kemudian melihat wajah konyol Saimon. Apakah tidak sakit lagi bila memegang kakak di sana?
Fifi mengulurkan tangan dan menjelajahi tempat Monica, tetapi Monica masih kesakitan. Tetpai ketika diganti dengan Saimon, Monica tidak lagi sakit. Ini membuatnya bingung, hatinya mengira Saimon benar-benar bisa mengobatinya?
Melihat wajah tertegun Fifi, Saimon diam-diam berkata, meskipun aku menekan di sana, tetapi itu adalah titik akupunktur. Kamu hanya menggunakan jarimu untuk menusuknya, makanya tidak efektif.
“Kakak, ada apa ini, Ketika Saimon menusukmu di sana dan kamu tidak sakit lagi. Tetapi kenapa kalau aku yang melakukannya, kamu tetap sakit? Fifi bertanya dengan wajah tertekan.
Monica juga merasakan ini. Meskipun dari luar terlihat Saimon sedang menusuknya, tetapi dia sebenarnya menekan posisi tertentu dari dirinya. Aliran panas datang dari tempat di mana Saimon menekan.
“Fifi, apa yang kamu bicarakan? Saimon tidak menekan milikku, dia melakukannya di tempat lain.” Monica menjelaskan dengan wajah memerah. Meskipun Saimon tidak menekan tempat yang tepat, dia masih sekitaran titik ini yang membuat tubuhnya sudah berasa.
“Ah? Jadi, Saimon benar-benar bisa mengobati penyakitnya?” Fifi bertanya dengan kaget.
"Aku tidak tahu soal ini, tetapi tubuhku benar-benar tidak sakit lagi, malah stabil ..." Monica berkata, "Fifi, bantu aku memasak telur. Aku harus menebus badanku setelah rasa sakit ini."
“Hah?” Meskipun Fifi penasaran tentang mengapa kakaknya harus makan telur saat ini, tetapi memikirkan tentang rasa sakitnya yang bagaikan hidup dan mati tadi, dia pikir itu pasti rasa lapar, sisa dari gejala dismenore.
Ketika Monica melihat Fifi berjalan keluar ruangan, seluruh tubuhnya segera rileks, dia berbaring telentang di tempat tidur, membuka kakinya, dan mulai berdeguk di mulutnya.
Alasan mengapa dia mengeluarkan Fifi adalah karena dia merasa bahwa kehangatan dari bawahnya menjadi semakin jelas. Dia merasa bahwa di bawah tekanan Saimon, perasaan diam-diam berpuas diri di toilet pada hari itu akan datang.
"Um ... Saimon, kuat, ah, nyaman sekali ..."
Monica tidak bisa menahan erangan, membuat Saimon merasa panas. Melalui piyama pendek Monica, dia sudah melihat cairan kental mengalir di luar sana, mencium bau ringan di udara, dan melihat wajah manja Monica yang memerah, Saimon menelan ludahnya tubuhnya bereaksi.
Novel Terkait
Eternal Love
Regina WangGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraLove at First Sight
Laura VanessaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaThick Wallet
TessaHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)