Hei Gadis jangan Lari - Bab 148 Waktu Bercinta
Melisa berdiri di atas kasur dengan kondisi wajah yang memerah. seluruh rasa takutnya pada Jevon tadi telah menghilang karena kedatangan Saimon. pria muda yang memiliki kemampuan hebat ini membuat dirinya merasa sangatlah aman.
sambil mengatakan itu, Melisa pun menatap ke arah Saimon. tangannya yang sedang memakai celana itu seketika menjadi lebih lambat dan dia menatap Saimon dengan tatapan yang sedikit malu.
sebuah perkataan aku adalah milikmu, berhasil membuat Saimon merasa begitu bangga. dia mengerti akan maksud Melisa. kejadian waktu itu bukanlah merupakan wujud terimakasih dari Melisa, itu merupakan perasaan asli Melisa padanya.
"Saimon, apakah aku perlu memakai celana lagi?" kata Melisa dengan lembut dan dia menggoyangkan tubuhnya ke arah Saimon agar Saimon bisa melihatnya dengan lebih jelas.
"pakailah jika kamu menginginkannya, jika kamu tidak menginginkannya..... juga bagus." kata Saimon dengan nada yang serak.
Melisa merasa sedikit lucu ketika melihat sikap Saimon yang merasa malu itu. umur pria ini dengan kondisi pubertas pada tubuhnya tidaklah begitu selaras. ketika melihat bagian bawah Saimon yang sudah tegang, Melisa pun tersenyum dan berkata.
"awalnya aku mengira kamu juga merindukanku karena kita sudah tidak bertemu selama beberapa hari. jika kamu tidak menyukaiku, maka aku akan memakai kembali pakaianku."
setelah mengatakan itu, Melisa pun memiringkan tubuhnya utnuk mengambil kembali celananya yang terjatuh itu.
ketika Melisa memiringkan tubuhnya, bagian terindah pada tubuhnya terhalangi dan Saimon merasa sedikit menyesal. namun gerakan Melisa dalam memakai celana kembali membuat Saimon membara. bokongnya yang bulat itu mengarah ke Saimon dan memperlihatkan sebuah selah yang tidak begitu terlihat jelas.
napasnya menjadi semakin cepat dan dia tidak lagi bisa menahan diri. dia menelan ludah sambil menekan bagian bawah tubuhnya. dia lalu berdiri dari kursi dan berjalan ke arah bokong Melisa yang bulat itu.
melihat adanya pergerakan di belakang tubuhnya, dia melihat Saimon sedang berjalan ke arahnya dan dia merasa senang akan hal ini. dia tahu kalau pria muda ini sudah berhasil ia dapatkan.
Saimon lalu memeluk Melisa dari belakang dan hal ini membuat Melisa sedikit terkejut, "Saimon... apa yang kamu lakukan? lepaskan aku....."
Saimon lalu mengecup bokong Melisa sambil berkata: "Melisa, bukankah kamu berkata kalau kamu adalah milikku? kalau begitu, aku akan melakukan apa yang aku inginkan."
"haiya, jangan kecup bokongku, geli, ah.... jangan kecup......." larangan dari Melisa ini sama sekali tidak berefek bagi Saimon.
"aku merindukan kamu setiap harinya semenjak kamu pulang?"
"apa yang kamu tindukan? aku sudah merupakan seorang wanita tua yang telah melahirkan 1 anak." kata Melisa.
saat ini, Saimon meraih pinggul Melisa dan membalikkan tubuhnya agar mereka bisa saling berhadapan. aroma susu yang ada pada bagian dada Melisa membuat Saimon tidak bisa menahan diri untuk menghisapnya. dia lalu memindahkan tangannya ke pintu terowongan pada tubuh Melisa dan mengelusnya dengan pelan. setelah itu, dia memindahkan kepalanya ke tengah kedua paha Melisa.
"ah, Saimon........" napas Saimon yang hangat itu terhembus di atas paha Melisa dan membuat dirinya merasa geli dan juga membuat dirinya merasa nyaman. Melisa lalu menjepit erat kedua pahanya.
saat ini, Melisa bangkit berdiri dan Saimon berada dibawahnya. ini merupakan gaya yang cocok bagi Saimon untuk menggigit Melisa.
mereka berdua tidak lagi memikirkan Jevon yang mungkin saja membalas dendam. Saimon sangat percaya diri akan kemampuannya dan Melisa juga percaya akan kemampuan Saimon. ketika Saimon datang untuk menolongnya kali ini, Melisa sudah memutuskan untuk menggenggam erat kesempatan ini agar dirinya bisa mendapatkan Saimon.
"Saimon, jangan gigit lagi, aku merasa geli."
Melisa lalu berjalan mundur dan menarik Saimon untuk naik ke atas kasur.
Saimon pun naik ke atas kasur dan langsung menyerbu tubuh Melisa. Melisa pun memeluk tubuh Saimon sambil membuka pakaiannya secara perlahan.
dada Melisa yag empuk itu menghimpit erat dada Saimon. Saimon pun mulai memejamkan matanya ketika merasakan sesuatu yang empuk sedang bergerak di bagian dadanya.
"Melisa, kamu membuatku merasa begitu nikmat. kamu seperti sebuah kapas raksasa yang tidak akan penyet meskipun ditimpah."
"apakah kamu menyukainya, Saimon?"
"suka, aku ingin memelukmu selama hidupku kak. ini sangatlah nikmat." kata Saimon.
"kalau begitu, seringlah mengunjungiku, kakak akan menunggumu setiap hari. kakak hanya merupakan milik kamu seorang." Melisa menggigit daun telinga Saimon dan suaranya itu perlahan masuk ke dalam gendang telinganya. hal ini membuat bagian bawah Saimon hampir meledak.
ketika mereka sedang berbicara, Melisa mulai turun ke bagian bawah tubuh Saimon dan langsung membuka celana yang ia kenakan.
kedua mata Melisa terlihat penuh kejutan. senjata yang besar dan panjang itu berhasil mengejutkan dirinya dan kondisi hari ini lebih besar dibandingkan dengan kondisi waktu itu. dia merasa begitu beruntung bisa menemukan senjata sebesar ini.
"Saimon, kenapa milikmu ini semakin membesar, ini......"
Melisa memegang senjata besar itu dan membuat Saimon merasakan sebuah perasaan yang sangat berbeda.
"apakah kamu tidak menyukainya?" Saimon menatap Melisa yang sedang menggenggam bagian tubuhnya itu.
"ha? suka, suka, aku menyukai semua milikmu." kata Melisa dengan malu.
"oh? bukan karena punyaku besar? bukankah semua wanita suka yang besar?" kata Saimon.
saat ini, Saimon melihat tubuh Melisa mulai bergetar dan wajahnya juga mulai memerah. namun tatapan Saimon seketika berubah menjadi nakal setelah mengingat kembali sikap Melisa yang menggodanya waktu itu.
"hehe, apakah kamu ingin mengulumnya?"
"ha?" setelah mendnegar itu, Melisa sedikit terkejut dan menundukkan kepalanya untuk menatap ke bagian bawah Saimon. setelah itu, dia teringat akan dirinya yang pernah menggodanya menggunakan mulut waktu itu.
waktu itu, ukuran senjata Saimon hampir merobek mulutnya dan saat ini, ukurannya semakin membesar dan ini pastilah akan merobek mulut Melisa.
"Saimon, apakah kamu ingin aku mengulumnya?"
"ingin, waktu itu aku merasa begitu nikmat dan aku sangat menginginkannya kembali." kata Saimon sambil tersenyum.
"kalau begitu, janganlah bergerak, senjatamu ini sangatlah besar, aku hanya bisa memutarinya menggunakan lidahku agar kamu bisa merasa lebih nikmat. aku tidak berani memasukkannya ke dalam mulutku."
"hehe." Saimon tersenyum dan dia tahu alasan kenapa Melisa tidak berani menelan senjatanya itu, "kalau begitu, cepatlah mulai."
setelah mengatakan itu, Saimon memundurkan tubuhnya dan Melisa langsung meraih senjata yang besar itu. setelah merasakan genggaman Melisa itu, Saimon merasa begitu nikmat.
di depan senjata Saimon yang besar itu, Melisa terlihat seperti seorang gadis yang baru pertama kali melakukan hal seperti ini. penuh akan rasa penasaran dan keinginan. dia mulai menjilatinya dari atas ke bawah selama beberapa kali dan memasukkan kepala senjata Saimon pada mulutnya yang kecil itu.
kepala dari senjata Saimon berhasil menyumbat mulut Melisa dan menghasilkan suara 'gluk, gluk'. Saimon merasa begitu nikmat, mulut Melisa lebih nikmat dibandingkan bagian bawahnya.
dalam waktu puluhan detik, Melisa berhasil membuat senjata Saimon menjadi panas dan berurat.
tidak bisa, tidak bisa ditahan lagi.
dia lalu menarik kepala Melisa dari bawah tubuhnya dan menatap ke arah cairan yang tersisa pada mulut Melisa sambil berkata, "Melisa, mari kita mencoba hal lain."
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangI'm Rich Man
HartantoAsisten Bos Cantik
Boris DreyPenyucian Pernikahan
Glen ValoraLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)