Hei Gadis jangan Lari - Bab 120 Kakak Orang Jahat
Setelah berdiskusi dengan Angel, Saimon keluar dari hutan kecil dan berlari menuju rumah Sumi. Dalam perjalanan, dia selalu merasa bahwa cara para wanita di desa memandangnya berniat buruk, dan pandangan mereka sepertinya selalu diarahkan ke celananya. Pandangan mereka membuat dia menjepit kakinya.
Dalam dua hari terakhir, dua berita ledakan di desa telah membuat para wanita di seluruh desa bahagia. Yang pertama adalah alat kejahatan Jacky tidak bergunanya lagi, dan para wanita di desa tidak perlu lagi khawatir ditindas. Kedua, tidak tahu siapa yang memberitakan, benda si bodoh Saimon itu sebesar tongkat dan palu.Membayangkan bagaimana penampilan Saimon ketika dia tidak bodoh, sekelompok wanita yang bosan sepanjang hari tergerak pikiran, ingin membuktikan tongkat besar itu.
Merasa tatapan pelecehan para wanita di desa, Saimon tidak berani lagi berada di jalan. Dia berlari menuju ke dinding belakang rumah Sumi dengan cepat. Mendengar ada gerakan di dalam, dan membenarkan Sumi sendirian di rumah, dia berbalik dan memasuki halaman rumah Sumi.
Sejak mencicipi Saimon, hati Sumi jatuh pada Saimon. Di malam hari, dia memimpikan Saimon melompat ke tubuhnya. Beberapa malam ini dia juga tidak mengganggu suaminya untuk memberikan kepadanya lagi. Setelah mencoba benda Saimon, benda suaminya hanya seperti jarum sulam. Setelah bermain sekian lama hanya merasa seperti menggelitik, yang hanya akan membuat makin tidak nyaman.
Pada saat ini, dia haya membayangkan Saimon dalam benaknya, berpikir bahwa dia tidak melihatnya di desa sepanjang hari kemarin, dan dia harus menangkapnya hari in. Mengenakan pakaian longgar, menggoyang pantatnya dan pergi keluar. Tetapi begitu membuka pintu, dia melihat bahwa Saimon yang sedang tertawa bodoh pada dirinyadi halaman rumahnya, dan dia langsung terkejut.
"Ah, aku sedang memikirkanmu, kamu malah sudah datang, sungguh membuat kakak senang."
Sumi mengenakan celana panjang di bagian bawah dan baju lengan pendek di bagian atas. Tidak memakai dalaman di dalamnya. Sepasang gunung besar menjuntai di dalamnya membuat mata Saimon panas.
“Saimon, cepatlah dan ikuti kakak masuk ke dalam rumah. Hari ini harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan kakak. Kamu membuat kakak rindu setengah mati dalam dua hari ini.” Kata Sumi dengan paksa, menggali ke dalam celananya. Kemudian dia membawa Saimon masuk ke dalam rumah.
Saimon memandang pantat besar yang akan keluar dari celana Sumi, dan tidak bisa menahan tetapi menjangkau dan menyentuhnya.
“Aduh, Saimon, apakah kamu merindukan kakak?” Sumi terkekeh. “Kenapa kamu bisa datang menemui kakak saat ini, ternyata kamu juga sudah merindukan pantat besar kakak."
“Hehe, pantat besar, Saimon menyukai pantat besar kakak, dan aku ingin bersarang lagi dengan kakak.” Saimon tertawa, tapi dengan rencana lain di hatinya. Wanita ini benar-benar memberitakan dirinya, aku harus memberinya pelajaran hari ini, dan kali ini aku harus merusak pantat besarnya.
"Dasar bodoh, baru sekali bermain dengan kakak dan kamu sudah tahu enaknya sarang kakak."
"Saimon tahu bahwa sarang kakak sangat panas dan nyaman, Saimon sangat merindukannya."
Saat berbicara, Sumi telah menarik Saimon ke dalam rumah, mengunci pintu, dan kemudian berbalik untuk menatap celana Saimon. Sepasang mata yang berapi- api mengejutkan Saimon. Sialan, mengapa dia merasa wanita ini lebih tangguh dari Nikita ~ Ya.
"Kakak sudah rindu Saimon setengah mati, biarkan kakak menyentuk bendamu."
Sumi sambil berkata sambil menekan tangannya di celana Saimon dan berkata dengan hiperbola, "Astaga, akhirnya aku menyentuhnya. Bendamu ini benar-benar bisa membunuh kakak. Besar seperti tongkat besar. Kakak sudah rindu mati. "
Saimon merasakan tangan Sumi yang lembut, berminyak, segar, kebas, dan berpikir bahwa meskipun wanita ini berasal dari pedesaan, penampilan dan kulitnya tidak buruk, tetapi putih dan lembut terutama untuk pesona wanita yang sudah menikah.
"Saimon, melihat bendamu membuat hari kakak gatal. Cepatlah, sarang dan pantat kakak sudah tidak sabar."
Saimon melihat Sumi dengan tergesa-gesa menggenggam dua puncak gunung di depannya, memar di atasnya membuat Saimon merasa tidak tega.
"Kakak, Saimon menginginkan kakak."
Sumi mendengarkan inisiatif Saimon, dan langsung senang. Dia berdiri dan berjalan menuju tempat tidur dengan menarik Saimon. Saat dia berjalan, dia berkata, "Datanglah Saimon, naiklah ke ranjang, dan bersenang-senanglah dengan kakak."
Saimon dengan patuh, naik ke tempat tidur, melepas pakaiannya, dan kemudian menekan badan Sumi dengan api yang hebat.
"Aduh, Saimon sangat buru-buru hari ini, seperti belum pernah melihat tubuh wanita sebelumnya."
"Bawah Saimon bengkak dan nyeri, mau menyuntik kakak untuk meredanya," kata Saimon dan mendorong jatuh Sumi ke tempat tidur.
“Hmm… kakak sudah tidak tahan. Dasar, begitu kamu datang sekujur badan kakak menjadi lemas dan bagian bawah sudah menjadi berlumpur.” Ketika Saimon menaiki dia, Sumi kehilangan akal sehatnya dan tangannya sibuk melepas pakaian yang di badannya.
Mendengarkan kata-kata Sumi, Saimon berkata dalam hatinya bahwa wanita ini lebih terbuka dibandin dengan yang terakhir kali. Sebelumnya dia mana bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.
"Kakak, cepat lepaskan bajumu, Saimon tertutup."
“Kamu bodoh, aku saja belum melepas celanaku, kenapa buru-buru? Jika kamu mematahkan bendamu, kakak akan membunuhmu!” Sumi mendorong tubuh Saimon dan dengan terampil melepas celana wanita.
Melihat tubuh Sumi yang putih, Saimon mengutuk dalam hatinya, sialan, wanita ini sama sekali tidak mengenakan pakaian, jadi leluasa untuk melakukan itu.
"Ayo, cepat datang Saimon. Hari ini kakak milikmu sepenuhnya, jadi kamu harus bermain baik-baik dengan kakak.Cepat naik ke sini."
Penampilan Sumi yang bersemangat membuat Saimon sedikit tertekan. Sialan. Aku harus lebih kuat nanti. Sebenarnya aku memuaskannya atau menghajarnya? Tidak boleh terlalu menguntungkan wanita ini, berpikir demikian, mengalihkan pandangannya, mengulurkan tangan dan mengorek bagian bawah Sumi.
"Ah, ini sangat kotor, banyak air, Saimon tidak menyukainya."
"Aduh, dasar kamu, ini kan semua ulahmu. Ini tidak ada apa-apa, cepat kemari, kakak sudah sangat ingin."
Sumi semakin buru-buru, Saimon semakin senang. Bisa dilihat tetapi tidak bis dimakan, membiarkan dia buru-buru. Lihat kamu apakah masih bisa bermulut besar.
"Hah? Saimon tidak suka air, Saimon takut air, Saimon ingin pergi."
Saimon berkata bahwa dia akan pergi, Sumi menjadi sangat cemas sekarang," Jangan pergi, Saimon, jangan pergi, kamu tidak suka air, tidak bisakah kakak mengeringkannya? Ini dibersihkan."
Sumi buru-buru mengambil tisu dari samping tempat tidur, menyekanya dengan keras, dan bergumam, "Saimon, kamu benar-benar bodoh. Pria lain ingin seperti ini. Kamu malah sangat takut air. Betapa bodohnya kamu."
Saimon berkata dalam hatinya, berani menyebutku bodoh? Kalau begitu aku akan bersenang-senang denganmu hari ini, membuatmu terburu-buru tetapi tidak akan kuberikan kepadamu!
“Kakak orang jahat, bilang Saimon bodoh. Bibi berkata siapapun yang mengatakan Saimon bodoh, dia itu orang jahat, Saimon tidak suka orang jahat.” Saimon berkata sambil mengambil celananya dan memakainya.
Sumi sangat cemas, melihat Saimon benar-benar akan pergi. Dia tidak sempat untuk membujuknya, dan tiba-tiba berbalik dan menekan Saimon ke bawah badannya.
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiLove Is A War Zone
Qing QingWonderful Son-in-Law
EdrickVillain's Giving Up
Axe AshciellyKembali Dari Kematian
Yeon KyeongMenantu Hebat
Alwi GoMeet By Chance
Lena TanHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)