Hei Gadis jangan Lari - Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
Percakapan Saimon dan Angel di dalam semakin terus terang, ini membuat Lena yang mendengarnya langsung merapatkan kedua kakinya, sekujur tubuh dia sangat panas, lalu dengan tidak jelas merasakan rasa basah di tengah kakinya.
"Wanita kampung ini sungguh vulgar, ucapannya semua membuat orang malu." Lena berkata dengan nada yang rendah.
Andy mengikuti di belakang Lena, mendengar percakapan Kakak dan Saimon di dalam juga merasa sedikit tersipu, dalam hatinya berpikir pantas saja Lena bisa merepet, dirinya yang mendengar juga merasa sangat vulgar.
"Itu, Kak Lena, kamu beritahu aku lagi..."
Andy masih ingin menarik perhatian Lena, tetapi dia belum selesai berbicara langsung bertatapan dengan Lena yang memalingkan matanya, sehingga dia terkejut hingga berhenti berbicara. Melihat ekspresi Lena yang tersipu, dan juga kedua kaki yang semakin rapat, dalam hati berpikir wanita ini mengatakan kakak vulgar, tetapi tubuhnya malah begitu jujur. Melihat gayanya ini, jika bukan karena Kakak sedang berhubungan dengan Saimon di dalam, mungkin Lena sudah masuk.
Andy merasa di saat ini lebih baik untuk menjauhi Lena, dari pada terlampiaskan tanpa sebab, jadi bersembunyi di luar akan lebih baik. Ketika memikirkan seperti ini, Andy dengan diam-diam pergi dan meninggalkan Lena menguping di sini.
"Saimon, cepatlah, lebih cepat lagi... dasar berengs*k, kamu benar-benar mau mematikanku, ah..."
Mengikuti suara jeritan Angel, tubuh Angel berguncang dengan kuat, kemudian kedua kakinya menjepit Saimon dengan kuat.
"Hehe, Bagaimana Bibi? Apa sudah puas? Apa masih marah?" Saimon melihat Angel sudah selesai, dia langsung menyeringai.
"Dasar berengs*k, kamu kira selesai begitu saja? Kuberitahu kamu, ke depannya harus lebih baik, jika aku menemukan kamu lagi.... ah..."
Bagaimana mungkin Saimon biarkan Angel mengatur dia, dia menegakkan tubuhnya, "Bibi, kamu sudah selesai, aku belum selesai."
Suara jeritan Angel yang nyaring terdengar kembali, awalnya dia sengaja meninggikan suaranya untuk membuat Lena merasa jijik, tetapi sekarang dia benar tidak tahan lagi, di saat aura panas Saimon meningkat, ukurannya membesar dua kali lipat membuatnya menjadi sangat penuh dan tidak tahan untuk berteriak kuat.
"Saimon, dasar berengs*k, jangan begitu kuat, turunkan aku, biarkan aku berbaring di lantai."
"Lantai kotor..."
"Berengs*k, di saat ini masih mementingkan kebersihan? Jika masih kamu tarik terus, aku sudah mau mati, aku masih bisa tahan sebentar jika berbaring di lantai, berdiri sangat sakit.... ah... Saimon..."
Lena mendengar Angel menyuruh Saimon berhubungan dengannya di lantai, dalam hati berpikir wanita ini sungguh tidak masuk akal, bahkan tidak memedulikan kebersihan lagi. Meskipun dia berpikir seperti ini, tetapi harus diakui jika suara jeritan Angel membuat amarahnya menaik, tangannya bahkan tanpa sadar masuk ke dalam celana.
Dia berhubungan dengan Saimon sebelum datang ke sini, bagian itu sepertinya masih sedikit bengkak. Lena meraba sebentar, kemudian menciumnya di depan hidung. Dia diam-diam berkata si Angel memang bukan wanita bagus, dia bahkan membuatku basah dengan jeritannya.
Dia tidak berhenti merapatkan kakinya, menolehkan kepala melihat ke belakang, dia melihat kini toko sangat kosong, si penjual ikan Andy entah pergi ke mana, dalam sekejap dia mendorong pintu ruangan.
Tak disangka pintu terbuka tanpa halangan apapun, dalam sekejap dia mengerti jika wanita bernama Angel sengaja menggoda dirinya, bukankah pintu ini dibuka dan membiarkan dia masuk sendiri?
Melalui celah pintu, Lena melihat dua orang yang bersamaan di lantai, dan dilapisi oleh sebuah karung goni tua yang tidak tahu berasal dari mana, Angel berbaring di lantai dengan kedua kaki terbuka lebar menahan pinggang Saimon, sambil berteriak dengan tidak masuk akal.
Saimon sama sekali tidak menyadari Lena, melainkan ketika pintu terbuka, Angel merasakan sebuah angin yang meniup ke arahnya, dia memiringkan kepala melihat Lena yang berada di celah pintu, jadi dia semakin semangat, ucapannya juga semakin terus terang, tubuhnya juga semakin bekerja sama.
"Saimon, hari ini kamu sungguh kuat, hari ini Bibi tidak bisa kembali ke rumah lagi. Kaki dan perutku sudah berkedut."
"Hihi, kalau begitu suruh Kak Andy gendong kamu pulang. Hehe, Bibi, bagian inimu sungguh nyaman, ini menusukku hingga sangat puas."
"Berengs*k, kamu memang suka gaya ini. Setelah kamu pulang nanti, kamu bantu Bibi cukur lagi, duri kecil seperti ini juga membuatku panik..."
Kini sebuah adegan mesum seperti ini muncul di depan Lena, bagaimana bisa membiarkan Lena yang berusia 30 tahunan untuk menahannya? Melihat tubuh Saimon yang begitu kekar, karena tubuhnya lincah dan menggerakkan otot sekujur tubuh, tatapan matanya menjadi bersinar dan tidak tahan untuk maju selangkah ke depan, setelah masuk ke dalam ruangan, kedua tangannya memegang kedua gunungnya...
Angel melihat semua gerakan Lena, melihat gaya Lena meraba dadanya dan merapatkan kaki dengan tidak sadar, Angel tiba-tiba ada sebuah rasa bangga karena menang. Rasa bangga ini membuat dia semakin berusaha, suara jeritan juga semakin kuat hingga membuat Saimon merasa aneh, dalam hatinya berpikir apa yang terjadi pada wanita ini.
"Bibi, jangan berteriak lagi. Jika kamu semakin kuat, Kak Lena akan mendengarnya." Saimon memperingatkan.
"Saimon, kamu begitu kuat membuatku sangat puas, jadi aku harus berteriak baru ada rasanya. Saimon puas tidak?" Angel mengatakan sambil melirik Lena yang berdiri di pintu melalui pundak Saimon.
"Puas, Bibi, aku sungguh menyukai tubuhmu. Sudah berhubungan berapa kali tetap tidak bosan." Saimon sama sekali tidak menyadari keberadaan Lena di belakangnya.
Ini juga tidak bisa menyalahkan Saimon, biasanya ketika Saimon sangat jelas dan sensitif, tanpa menolehkan kepala juga bisa menyadari ada orang yang masuk, tetapi sekarang Saimon hanya fokus pada Angel seorang, pastinya dia tidak akan menyadari keberadaan Lena.
"Hehe, bagian iniku bagus atau wanita selingkuhan di kota yang berhubungan denganmu lebih bagus?" Angel menegakkan tubuhnya sambil tertawa jahat.
Lena yang melihat di belakang ketika mendengar omongan Angel, dalam hati memarahi si Angel wanita yang licik, tapi dia juga langsung menaikkan telinganya.
"Eh... kenapa Bibi tanya ini? Aku tidak ada apapun dengan Kak Lena, Kak Lena hanya bantu aku..."
"Dasar berengs*k, sudah di saat seperti ini masih tidak mau mengaku, huh, kamu kira aku tidak tahu, mhm.... sstt, lebih ringan, aku... aku tidak tanya lagi, sudahlah..."
Sial*n, kenapa hari ini Angel begitu banyak omongan, dulu saat berhubungan dengannya selalu sangat fokus, bahkan tidak ada kekuatan untuk bicara. Kini malah masih bisa menanyakan hal ini, Saimon dalam hati berpikir kesadaran kepemilikan wanita ini sungguh kuat, sudah begitu sibuk masih menanyakan hal ini.
"Bibi, apakah kamu tidak nyaman? Apakah perlu lebih kuat?" Saimon tertawa, tubuhnya tiba-tiba menekan ke bawah.
"Astaga berengs*k, kamu sangat memuaskanku, bunuh aku saja..." meskipun kini sangat nyaman, tetapi tanpa mendapat jawaban yang dia inginkan, Angel dalam hati merasa sedikit kecewa.
Bersamaan juga Lena yang berada di belakangnya juga sedikit merasa kecewa, dilihat dari reaksi Saimon, dia sama sekali tidak mau mengakui hubungan dengannya, ini juga bisa membuktikan bahwa dia lebih mementingkan si Angel, hal ini membuatnya sedikit cemburu.
Ketika dia sedang merasa cemburu, tiba-tiba mendengar suara jeritan dari luar.
"Lena, Lena..."
Rendra melihat tidak ada orang di toko, dia langsung berjalan ke arah ruangan, bahkan dia sepertinya juga mendengar sedikit pergerakan, suara jeritan wanita itu seperti suara senang ketika melakukan hal itu....
Novel Terkait
Air Mata Cinta
Bella CiaoAku bukan menantu sampah
Stiw boyEternal Love
Regina WangMenaklukkan Suami CEO
Red MapleCinta Dan Rahasia
JesslynHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)