Hei Gadis jangan Lari - Bab 34 Diam-diam Menyakiti

"Ha?"

Kata-kata Monica membuat Fifi tertegun melihat tubuh Saimon yang telanjang bulat, di suatu tempat yang besar, rasa kantuknya menghilang.

“Jangan Ha lagi, ayo cepat, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan semuanya hari ini.” Kata Monica sambil mendorong tubuh Fifi langsung ke sisi Saimon, membuat Fifi hampir memakan suatu tempat pada Saimon.

Saimon tidak menyangka bahwa masalah akhirnya akan berkembang sampai ke titik ini. Dia hanya bisa bekerja sama dengan Monica untuk mengalihkan perhatian Fifi. Jika Fifi mengetahui bahwa dirinya akan menyuntik Monica, takutnya seberapa baik pun hubungan mereka, Fifi tidak bisa menerimanya lagi.

"Bibi, bibi temani Saimon tidur."

“Aduh, kamu ini, cepat minggir, kena aku.” Fifi menyingkirkan lengan Saimon.

“Ada apa Fi? Apa kamu tidak mau?” Monica bertanya ragu-ragu.

"Kakak, apa yang kamu bicarakan? Bukan begitu, tapi ..." Fifi berkata dengan malu-malu, "Bukankah dia dan Nikita baru saja ..."

Saimon diam-diam mengutuk di dalam hatinya, dia lupa tentang ini. Setelah dia melakukannya dengan Nikita terakhir kali, Fifi menyeretnya dan menggosok dengan keras untuk waktu yang lama, dia hampir mematahkan hartanya.

Saat Monica mendengarkan kata-kata Fifi, wajahnya memerah sampai ke akar telinganya, memikirkan dirinya tadi sudah tidak tahan lagi, dia benar-benar lupa apa yang sudah dilakukan oleh Saimon dengan Nikita hari ini, wajahnya tiba-tiba memanas, ia diam-diam mengutuk dirinya yang benar-benar gairah.

Kedua wanita itu pergi dengan terengah-engah, hanya menyisakan Saimon yang sembari melihat jarumnya yang sakit, ia berkata di dalam hatinya, ini benar-benar *apa yang ditanam itu yang dituai, menggoda orang lain, dan sekarang dirinya tidak bisa turun.

Namun, berpikir bahwa garis pertahanan psikologis Monica telah dikalahkan olehnya, tentu saja untuk selanjutnya segalanya akan berhasil, hal itu juga termasuk keuntungan.

Saimon merasa tidak nyaman sepanjang malam dan baru bangun saat dini hari. Ketika dia membuka matanya, dia melihat wajah Monica yang memerah berdiri di samping tempat tidurnya, dia diam-diam bahagia. Pagi-pagi begini Bibi Monica mencari dirinya, karena tidak bisa menahannya. Itu hal yang bagus.

“Bibi, mau, Saimon mau peluk Bibi.” Saimon bergumam dan membuka selimutnya. Tubuh yang bereaksi di pagi hari dengan tealnjang bulat sekali lagi, menampakkan dirinya di hadapan Monica.

Melihat godaan di depannya, memikirkan perilakunya sendiri di otak tadi malam, Monica menepuk pantat Saimon dan menipunya.

"Saimon, jangan menceritakan soal tadi malam kepada siapapun, mengerti?"

Sial, perasaan datang untuk menyambutku lebih dulu.

"Baik, Saimon akan mendengarkan perkataan bibi, tidak akan bercerita."

"Hm, Saimon anak yang baik, sini, Bibi akan pakaikan bajumu."

Ketika Monica membantu Saimon untuk mengenakan pakaian, matanya menatap di suatu tempat Saimon dengan rasa ingin tahu, membuatnya bersemangat lagi di pagi hari.

Setelah makan pagi, masih sama seperti kemarin, Fifi mengeluarkan talinya lagi, ingin mengikat Saimon ke tanah, tetapi dengan pengalaman kemarin, bagaimana Saimon bekerja sama.

Memikirkan pantat besar tepat di hadapannya, tapi tidak tahan, itu terlalu menyiksa.

Jadi ketika Saimon melihat Fifi mengeluarkan tali, dia langsung berpura-pura bodoh dan berlari keluar, berkeliaran di sekitar desa pada siang hari, mengamati pergerakan desa.

Perlu disebutkan bahwa saat Saimon akan memeriksa rumah Jacky lagi pada siang hari, dia menemukan bahwa Jacky belum kembali, tetapi ada seorang tamu di rumahnya, seorang pria paruh baya berkepala botak.

"Kakak kedua, kamu harus melakukannya untukku," Nikita memperingatkan dengan wajah serius.

“Tenang saja, kapan kakak kedua kamu gagal dalam hal ini? Lihatlah kakak kedua akan menipu habis mereka, berinisiatif melepas pakaian mereka dan tunggu keberuntungan kakak.” Kata Kakak kedua sambil menyeringai.

“Hm, kuberitahu kamu, Fifi masih anak-anak sekarang, Jacky ingin mendapatkannya, tapi dia sudah terlambat, tapi itu lebih murah untukmu.” Ucap Nikita sambil tersenyum.

“Masih ada hal baik ini, kalau begitu harus berterima kasih pada adikku, tenang, siapa suruh mereka mengganggumu. Aku akan pergi menemui mereka berdua dan periksa penyakitnya nanti sore.” Kakak kedua tersenyum.

"Cuih, periksa penyakit apanya, bantu obati penyakit bodoh Saimon!"

"Ya, ya, sekalian suntik mereka berdua, haha."

Mendengarkan percakapan antara Nikita dan Kakak kedua, Saimon mengumpat di dalam hati, pantas saja mengapa Nikita berbaik hati membantuku menemukan dokter, ternyata adalah ide yang buruk.

Setelah mendengarkan sebentar, dia mulai mengerti atas segalanya tentang rencana Nikita.

Ternyata Nikita takut bahwa kedua kakak adik Zhao tidak penurut dan akan menghalangi kesenangan jangka panjang antara dia dengan Saimon, jadi dia mengundang pria botak itu untuk berpura-pura menjadi dokter, mengambil kesempatan untuk menipu kedua kakak adik Zhao, dan Nikita akan memanfaatkan hal itu untuk mengancam kedua kakak adik tersebut untuk mencapai tujuan pengendalian.

“Brengsek, mau mencelakai Bibi, jangan berpikir aku tidak bisa menghukummu!” Saimon mengumpat dengan suara rendah, namun tanpa diduga suaranya sangat keras sehingga kedua orang yang berbicara di dalam dapat mendengarnya.

“Siapa ?!” pekik Nikita.

Saat ini langit masih terang, Saimon tidak berani menampakkan dirinya yang melarikan diri di bawah pandangan orang lain, itu berarti mengekspos dirinya berpura-pura bodoh.

“Hehe, bibi, hehe.” Saimon tersenyum kaku seraya mengangkat kepalanya dari bawah jendela.

“Eh, Saimon, cepat masuk, baru satu hari sudah rindu pada bibi ya?” Nikita berkata dengan gembira saat melihat Saimon.

“Nik, ini?” ucap Kakak kedua ragu-ragu.

"Ini orang bodoh yang kuceritakan padamu." kata Nikita.

"Oh? Lalu dia mendengar semua yang baru saja kita katakan."

"Lalu apa, dia hanya orang bodoh, tahu apa? Kamu bicara di depannya juga tidak masalah."

Saimon mengutuk Nikita di lubuk hatinya, tetapi wajahnya tetap menyunggingkan senyum kaku, orang bodoh yang hidup.

“Nik, apa benar yang kamu katakan, apakah orang bodoh ini benar-benar mampu? Begitu besar?” Kakak kedua seolah-olah tiba-tiba teringat sesuatu.

"Apa ada yang palsu, aku sudah mencobanya sendiri, melakukan satu kali bersamanya sampai aku tidak bisa bangun dari tempat tidurku untuk waktu yang lama, belum lagi itu sangat nyaman. Benar tidak Saimon, jangan pergi dulu ya, nanti suntik bibi lagi." kata Nikita.

Saimon berpikir bahwa pasangan pria dan wanita ini benar-benar bukan orang yang baik, beraninya dia membicarakan hal ini di depannya.

Mendengar kata-kata Nikita, Kakak keduanya tiba-tiba berkata, "Kalau begitu, Nikita, kamu harus membantuku satu hal."

“Bantu apa?” Nikita menundukkan kepalanya untuk menggoda apa yang dia perlukan untuk sementara waktu, ia menjawab tanpa mengangkat kepalanya.

"Bukan masalah besar, oh iya, biar orang bodoh ini yang membantuku meniduri seorang gadis!"

“Apa?” Tidak hanya Saimon yang tercengang, bahkan Nikita pun tercengang.

Kakak kedua menjelaskan untuk waktu yang lama, "Lean dari desa kalian diam-diam berselingkuh dengan istriku, aku akan membiarkan istrinya ditiduri oleh orang bodoh!"

“Kamu kan bisa langsung meniduri istrinya, kenapa menyuruh Saimon-ku yang melakukannya?” Kata Nikita sembari menyentuh barang Saimon dengan kasihan.

"Istri Lean berhubungan dengan orang bodoh. Bukankah lebih baik jika diketahui orang lain?"

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu