Hei Gadis jangan Lari - Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
"Aduh, apa yang kak Jevon katakan, aku baru bekerja selama sebulan sehingga tidak banyak bermain dengan pria lain, bagaimana mungkin bisa longgar." Selvie berkata.
"Kalian setiap kali mengatakan diri sendiri baru pertama kali melakukannya, kamu datang sudah hampir setahun bukan?" Jevon memukul bokong Selvie sambil berkata.
"Aduh, mana ada selama itu, kak Jevon adalah pria pertamaku, hebat sekali....."
Selvie jelas tidak ingin banyak, mana ada wanita yang bersedia menceritakan pengalamannya, jika bukan karena kekuatan preman Jevon yang besar maka dia pasti sudah pergi karena marah.
Selvie bicara dan dia menahan jijik dalam hati, dia menunduk dan langsung memasukkan barang Jevon ke dalam mulutnya.
"Ah..... Selvie, lidahmu benar-benar membuatku nyaman, sangat licin dan lembut, jika kamu bukan seorang pelacur maka aku ignin menikahimu." Jevon mengangkat kepalanya karena merasa nyaman dan menyipitkan matanya.
Selvie marasa kesal mendengar kata-kata Jevon.
Siapa yang ada di kota ini tidak tahu jika Jevon menggunakan wanita sebagai alat untuk menghasilkan uang, dia juga tidak bersedia ikut dengan bajingan ini meskipun dia bekerja seumur hidup di rumah bordir.
Selvie merasa jijik dan mulutnya berbunyi sambil berkata, "Selvie cukup melayani kak Jevon seperti ini saja, jika kak Jevon ingin datang ke sini maka bisa datang mencari Selvie dan Selvie sudah merasa puas."
"Mulutmu manis sekali dan lebih pintar dibandingkan dengan wanita lainnya, sial, ah..... cepat sedikit, apakah barangku besar?"
"Besar, kak Jevon yang paling besar sehingga mulutku hampir robek."
Saimon perlahan mengarahkan tangannya ke arah jendela dan melihat kedua orang yang ada
di atas tempat tidur, lalu meludah, Jevon sangat bisa menikmatinya.
Jevon meletakkan bantal di kepalanya dan Selvie menggerakkan mulutnya dan terdengar suara gemericik air.
Saimon melihat gunung tinggi Selvie tapi dia tidak ada niat sedikitpun dan hatinya berkata jika wanita ini sekitar dua puluhan tapi gunungnya sudah agak turun dan tidak tahu sudah dipakai berapa banyak pria tapi bokong besarnya sangat menggoda.
Melihat gerakan Selvie dan barang Jevon yang keluar masuk, Saimon melihat barang Jevon semakin besar dan dia tersenyum dingin.
Kamu tidak akan bisa tertawa sebentar lagi, setelah berpikir semalaman, Saimon merasa dia tidak bisa menunggu lagi, dia tidak bisa melepaskannya begitu saja meskipun Jevon sudah impoten, tidak tahu apa yang akan dia lakukan sewaktu tahu dirinya impoten, Saimon juga harus kembali ke desa Zhao, akan merepotkan jika Jevon pergi menganggu Melisa lagi maka dia punya kejam dalam hatinya.
"Selvie, mulutmu membuat aku semakin nyaman, aku sudah hampir memuntahkannya."
"Hehe, bagaimana mungkin, kak Jevon sangat hebat, mana mungkin muntah sebelum satu jam, selain itu mulutku bukan sarang maka tentu saja kamu tidak akan bisa muntah." Selvie memperlihatkan badannya kepada Jevon.
Mata Jevon melotot melihat badan Selvie dan berkata sambil tertawa, "Selvie, sarangmu adalah sarang paling rapat yang pernah aku lihat, aku tidak tahu mengapa profesimu ini bisa membuat barangmu serapat ini? Apakah aku terlalu besar atau barang para pria itu terlalu kecil."
"Aduh, apakah mau perlu mengatakan ini? Pasti barangmu yang besar, punya kak Jevon adalah yang paling besar di antara yang pernah aku lihat." Selvie berkata tapi katanya adalah adalah yang sejujurnya, meskipun Jevon preman tapi sangat keras dan barangnya sangat normal sehingga Selvie marasa sangat nyaman.
"Haha, Selvie pintar sekali, cepat, duduk di atas badanku supaya aku bisa memanjakanmu."
Jevon berkata sambil menarik Selvie lalu Selvie juga tersenyum dan duduk di atas badan Jevon sehingga dua gunungnya bergerak di depan Jevon.
Saimon melihat kedua orang yang mulai beraksi sambil tersenyum, tunggu saja maka Jevon akan memuntahkannya dalam waktu satu menit.
"Selvie gayamu semakin bagus, kamu hanya bergerak sedikit tapi aku sudah hampir naik ke puncak."
"Benar, kak Jevon begitu hebat sehingga aku merasa hampir meledak." Selvie berkata. Dia berkata jujur karena kebanyakan pria masuk hanya besar tapi tidak bisa memuaskannya dan pria paling besar adalah di saat dia akan muntah, Selvie bukan hanya sekali melakukannya bersama Jevon, tentu saja dia tahu seberapa besar barang itu sewaktu muntah dan dia sudah hampir mencapai tahap itu sewaktu dia masuk, ini benar-benar membuatnya kaget.
"Hehe, bukankah itu karena mulut Selvie hebat, ah.... Selvie kamu panas sekali, cepat bergerak, aku sudah hampir sampai....."
Jevon berkata sambil memegang kedua gunung Selvie da selanjutnya dia menegang....
"Ah...." Jevon berteriak nyaman.
"Ah?" Selvie menatap Jevon dengan kaget sambil berkata, "Kak Jevon ada apa ini, mengapa kamu sudah muntah?" Selvie mengeluh karena gairahnya sedang tinggi pada pagi ini, dia pikir dia bisa orgasme tapi orang ini sudah muntah.
Jevon juga kaget, ini masih belum semenit, baru tiga puluh menit? Mengapa sudah muntah, sejeleknya dia maka setidaknya akan bertahan selama sepuluh menit.
"Hehe, dasar genit, apakah kamu masih belum cukup semalam, cepat turun."
Tidak peduli berapa lama tapi Jevon sudah muntah sehingga apinya sudah mereda dan menyuruh Selvie turun dan Selvie marasakan barang yang sudah lunak sambil melototkan mata dan dia berbalik untuk menyeka tubuhnya dan dia menjilat Jevon untuk membersihkannya.
"Cukup, cukup, sudah bersih dan jangan dijilat lagi, kesal sekali, aku masih berpikir untuk membuatmu berteriak tapi tidak tahu kenapa sudah muntah, mungkin karena aku melakukan terlalu banyak akhir-akhir ini." Jevon berteriak.
"Hehe, tunggu kak Jevon pulih maka Selvie akan merasakan kehebatan kak Jevon lagi." Selvie berkata.
"Jangan khawatir, aku akan membuatmu berair nanti....."
"Aduh....."
Selvie segera memakai bajunya dan dia berjalan keluar sambil menggoyangnya bokongnya dengan hebat, sedangkan Jevon ingin tidur lagi setelah muntah tapi pada saat ini pintu kamar dibuka.
Novel Terkait
More Than Words
HannyDoctor Stranger
Kevin WongMenaklukkan Suami CEO
Red MapleSang Pendosa
DoniEternal Love
Regina WangHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)