Hei Gadis jangan Lari - Bab 1 Bibi Monica
Pada akhir Juli, cuaca yang cerah. Di ladang jagung ada seorang remaja yang melepaskan pakaian atasannya dan berkeringatan, sedang menyiangi di sawah.
Remaja yang berusia 17 tahun ini bernama Saimon. Meskipun dia sedang menyiangi, tetapi dia dari waktu ke waktu akan menatap bibinya yang juga membungkuk di depannya. Melihat pantat bibinya bergoyang di hadapannya, Saimon pun menelan ludahnya, dan hanya merasakan tubuhnya mulai menjadi panas.
Meskipun Saimon memanggil Fifi bibi, kedua orang ini sama sekali tidak memiliki hubungan darah. Alasan mengapa Saimon memanggil Fifi bibi karena menurut tingkat senoritas di desa, Fifi dan ayah Saimon yang sudah wafat memiliki tingkat senoritas yang setara.
Tapi sebenarnya, Fifi pun lebih tua satu tahun dari Saimon. Perkembangan fisiknya mendekati sempurna, memiliki bokong montok, kedua payudara yang besar, apalagi pada saat ini ia memakai celana selutut bermotif bunga yang memperlihatkan paha putihnya, dimana membuat Saimon ingin menyentuhnya.
“Saimon, kamu lagi-lagi bermalasan, kan? Kamu makan beras kami, tinggal di rumah kami, dan masih bermalasan. Apakah kamu ingin mati, hah?” Ketika Saimon sedang melihat dan mengagumi paha putih Fifi, Fifi tiba-tiba menoleh kepalanya, meletakkan tangan di pinggangnya dan meneriakinya.
Begitu mendengar perkataan Fifi, Saimon segera menggelengkan kepalanya, menyeka sudut mulut dengan tangannya, tersenyum polos dan berkata, “Bagaimana mungkin, kan. Bibi, bukankah aku sekarang sedang bekerja.”
Meskipun Fifi terlihat seperti orang yang memiliki temperamen buruk, dapat dengan mudah mengkritik kesalahan dirinya, tetapi Saimon tahu bahwa Fifi adalah orang yang berhati lembut, orang yang memanjakan dan menyayangi dirinya yang tidak memiliki ayah.
"Bibi, kamu setiap hari bekerja di ladang, tapi kenapa kulitmu masih begitu putih?” ucap Saimon menganjungnya.
"Itu betul. Kuberitahumu ya, kulit Bibi ini bahkan lebih putih dari bibi besarmu. Coba kau katakan, siapa lagi di desa ini yang memiliki kulit seputihku, hah?" Fifi pun tersenyum puas begitu mendengar pujian yang dilontarkan Saimon, ia pun segera melupakan masalah Saimon yang bermalasan. Wanita mana yang tidak berharap orang lain memuji mereka putih, bukan.
"Iya, itu betul. Perempuan desa kita tidak memiliki kulit seputih Bibi." Saimon segera menganggukkan kepalanya, tetapi ia dalam hatinya bergumam bahwa bibi besar juga seputih Fifi.
Saat bibi dan keponakannya sedang terkekek-kekek dan berbibncang, tiba-tiba terdengar teriakan di ujung ladang. "Saimon, Fifi, cepatlah pulang. Jacky sudah pergi ke rumahmu!"
Ketika mendengarkan suara teriakan orang, Saimon seketika terkejut. Jacky adalah kepala desa Desa Zhao, ia setiap hari dapat melakukan tindakan kejahatan karena kakak iparnya adalah kepala Biro Keamanan Masyarakat. Ia adalah orang yang paling bejat. Sebelumnya, ia telah beberapa kali berusaha untuk memperkosa Monica, tapi akan selalu dihajar Saimon, dan tidak disangka bahwa dia hari ini akan pergi lagi.
Begitu memikirkan bibi Monica berada di rumah sendirian, Saimon pun segera terburu-buru, berlari ke rumah dengan memikul cangkul.
Sesampainya di rumah, Saimon melihat para penduduk desa sedang berkerumun di depan pintu, saling bergumam mengenai tindakan kejahatan dan sebagainya. Namun, karena Jacky memiliki kekuasaan, tidak ada seorang pun yang berani masuk dan menghentikannya. Ketika melihat Saimon akan bergegas ke halaman, Saimon seketika ditarik.
“Saimon, tolong jangan konyol, ya. Jika kamu menyinggung Jacky, kamu, yang merupakan seorang yatim piatu, tidak akan bisa tinggal di Desa Zhao."
"Betul sekali. Saimon, bahkan jika kamu tidak memikirkan dirimu, kamu juga harus memikirkan leluhurmu, kamu masih belum memiliki anak.”
……
Setelah mendengarkan nasihat para penduduk desa, Saimon memberontak dengan sekuat tenaganya, bersikeras ingin masuk ke dalam. “Lepaskan! Kalian lepaskan aku! Kalian takut pada Jacky, tapi aku tidak takut! Lepaskan aku!”
Ketika memikirkan bibi Monica selalu mempedulikannya, selalu memberikannya semua makanan lezat, tapi sekarang ia akan dipermalukan oleh si bajingan Jacky di rumahnya, hati Saimon seketika terasa telah remuk.
Saimon dari kecil terus bekerja di ladang, sehingga otonya menjadi sangat besar. Beberapa penduduk desa mati-matian menariknya, tetapi ia pada akhirnya berhasil membebaskan dirinya. Setelah itu, Saimon bergegas ke rumah, tapi pintu kamarnya telah diikat Jacky dari dalam, membuat Saimon sama sekali tidak bisa membukanya.
Saimon dapat melihat Jacky menekan Monica di atas meja melalui celah pintu. Tangan Monica diletakkan ke belakang oleh Jacky. Yang membuat Saimon semakin marah adalah celana Monica telah dilepas hingga lutut, dan Jacky, si binatang ini, sedang menghantam di belakang Monica secara kasar.
Melihat Monica yang menangis sambil memohon ampun, darah tidak berhenti mengalir di sepasang paha putihnya. Saimon merasa hatinya seakan telah ditancap pisau,ia pun mati-matian mencoba untuk menghancurkan pintunya, tapi karena di rumah hanya ada dua wanita, pintu Monica dan Fifi menggunakan kayu jujube terbaik untuk mencegah para penjahat masuk, sehingga pintunya sangat kuat, sama sekali tidak bisa dihancurkan,
Karena sakitnya, tangisan dan pekikan Monica berangsur-angsur mereda, sedangkan tawa liar Jacky semakin nyaring. "Kenapa Monica? Saking nikmatnya kamu tidak memiliki tenaga untuk bersuara, bukan. Wow, kamu ketat sekali. Sial, enak sekali. Beberapa hari lagi, aku akan datang dan mencobai adikmu. Aku tidak menyangka kalian, para wanita cantik ini, masih tidak berpengalaman. Wow, enak sekali!"
Saat mendengarkan perkataan Jacky, Monica mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengutuknya. "Jacky, dasar binatang. Kamu lebih baik mati saja!"
Makian Monica membuat Jacky kesal. Jacky pun menampar wajah Monica dan berkata, "Dasar wanita sialan, kamu berani memakiku! Jika bukan karena aku, kamu seumur hidup tidak akan tahu bagaimana rasanya seorang pria."
Begitu Saimon, yang berada di luar pintu, melihat Monica ditampar Jacky, ia pun menangis, menjerit dan memohon kepada penduduk desa. “Kalian tolong bantu aku, bantu aku membuka pintunya, kumohon pada kalian, kumohon…”
Namun, para penduduk Desa Zhao dari awal sudah takut dengan Jacky, jadi bagaimana mungkin mereka akan berani melawannya. Ketika mendenger permohonan keras Saimon, mereka tidak hanya tidak memiliki niat untuk membantunya, tetapi juga menyarankan Saimon untuk jangan membuat masalah.
Melihat tawa Jacky yang merajalela di rumah sambil menghantam kasar tubuh Monica, Saimon merasa seakan dunianya telah runtuh. Tubuhnya dalam sekejap hendak ambruk ke tanah, tetapi saat ini ia dipapah Fifi yang baru saja pulang kembali.
Fifi pun menangis dan berkata, "Tolong berhentilah, Saimon. Kita tidak bisa membuat Jacky marah, ki..."
Namun, sebelum Fifi dapat menyelesaikan perkataannya, Saimon segera mendorong Fifi menjauh dan berteriak, "Tidak! Jacky, dasar kamu bajingan. Karena kamu berani menyentuh bibi Monica-ku, maka aku akan membunuh seluruh keluargamu!"
Saimon bergegas keluar dari kerumunan. Para penduduk desa mengira Saimon hanya tidak bisa tahan dengan rangsangan yang diterimanya, makanya ia ingin mencari tempat untuk melampiaskan amarahnya. Namun, mereka juga tidak akan menyangka bahwa Saimon benaran akan lari ke rumah sang kepala desa, Jacky.
Saimon berlari dengan sangat cepat. Setelah melalui jalan berliku-liku di desa, ia akhirnya telah tiba di rumah Jacky. Dia sekarang seperti harimau yang telah kehilangan akal sehatnya, ingin menggigit siapapun yang ditangkapnya. Ketika melihat bahwa gerbang halaman Jacky terikat dari dalamnya, Saimon pun mundur beberapa langkah, lalu melompat ke atas tembok halaman tersebut.
Begitu dia melompat masuk ke dalam halaman, dia secara samar melihat tubuh anggun seorang wanita di balik jendela. Saimon pun tahu bahwa itu adalah istrinya Jacky, Nikita, yang juga merupakan adiknya kepala Biro Keamanan Masyarakat. Kemudian ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Sebelum Nikita sempat berteriak, Saimon dalam sekejap menutup mulutnya!
Novel Terkait
Pejuang Hati
Marry SuAwesome Guy
Robin1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaDemanding Husband
MarshallMore Than Words
HannyStep by Step
LeksLoving The Pain
AmardaBaby, You are so cute
Callie WangHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)