Hei Gadis jangan Lari - Bab 145 Jenderal Dan Kuda
Setelah Lena selesai bicara, dia berbaring di tempat tidur lagi, dia membuka kedua tangan dan kakinya lebar-lebar, pemandangan di bagian bawahnya muncul lagi, karena tadi ditunda oleh Lena, Saimon sekarang juga sudah sangat tidak sabar.
Melihat sosok Lena dengan pantat montok dan pinggang langsing, Saimon menelan ludahnya, sialan tubuh wanita ini sangat indah, itu benar-benar sangat menggoda.
Lena saat ini sedang sedikit mengangkat kepalanya, kemudian dia menundukkan kepala dan menatap Saimon, seperti istri muda yang baru menikah, dia menunggu serangan Saimon dengan gugup, meskipun barang suaminya tidak terlalu berguna, tetapi dia juga melakukannya setiap hari, alasan mengapa dia sedikit takut saat ini adalah karena dia dibuat terkejut oleh barang besar Saimon.
"Saimon jangan bertele-tele lagi, ayo cepat, aku belum pernah disentuh oleh barang sebesar itu, begitu itu masuk pasti akan terasa sangat nyaman."
"Oh? Berapa ukuran yang pernah dirasakan kakak? Pernah melakukannya dengan berapa pria?" Ujar Saimon setelah mendengar perkataannya.
"Apa yang kamu bicarakan ini, apakah kamu pikir aku wanita jalang? Jika bukan karena dibuat sangat tergoda oleh barangmu yang besar ini, mana berani aku berselingkuh? Aku hanya pernah melakukannya dengan suamiku." Ujar Lena dengan kesal.
Mendengar apa yang dikatakan Lena, Saimon terkekeh, dia berkata dalam hati, untung saja bukan wanita jalang, jika benar-benar wanita jalang bahkan harus menahannya setengah mati, aku juga tidak akan masuk.
"Hehe, kak Lena, kalau begitu aku akan masuk sekarang."
"Masuklah cepat, kamu ini bahkan bisa merobek pelindungnya, benar-benar tidak tahu apakah aku bisa menahannya atau tidak."
Setelah Lena selesai bicara, dia melihat kepala Saimon langsung masuk, melihat bagian bawahnya terus melebar, Lena, seorang wanita dewasa berusia 30-an tahun, langsung membelalakkan matanya, sialan, sudah benar-benar dibuat lebar.
Ketika dia sedang melihatnya dengan sangat terfokus, tiba-tiba dia merasa tubuhnya terisi penuh, kemudian perasaan nyaman yang sangat besar mengalir ke dalam hatinya.
"Ah ... Saimon, sangat nyaman, sangat puas, ah, masuk sedikit lagi."
Mendengar perkataan Lena, Saimon tidak ragu-ragu lagi, dia langsung menekan tubuh lembut Lena, begitu dia menekannya, pupil Saimon membesar.
Nyaman ... enak ... Saimon benar-benar tidak tahu harus melukiskannya dengan kata-kata apa.
Begitu tubuh kokoh Saimon jatuh ke tubuh Lena yang montok, rasanya seperti terjebak di tumpukan kapas tebal, lembut dan hangat, itu sangat lembut sehingga membuatnya tidak mau bangun lagi.
Terutama keketatan bagian bawah Lena yang mengencangkannya seperti lingkaran, itu membuat Saimon tidak mau menariknya keluar lagi.
Dan Lena pada saat ini bahkan lebih tak tertahankan, dia hanya pernah melakukannya dengan suaminya sendiri, saat ini, ketika barang Saimon yang besar datang, dia hanya merasa tubuhnya sudah terisi penuh, itu membuatnya merasa nyaman, matanya sedikit tertutup, wajahnya merona, mulutnya sedikit terbuka, dan kedua tangannya tanpa sadar menekan pantat Saimon.
"Saimon, kamu, benar-benar mau membunuhku, barangmu ini benar-benar nyaman, aku sangat menyukainya."
"Kakak, aku juga sangat menyukainya."
"Saimon apakah kamu merasa nyaman menekan tubuhku?"
"Sangat nyaman, kakak, hari ini aku tidak ingin bangun dari tubuhmu."
"Aku juga tidak ingin Saimon keluar. Ah ... Saimon, sakit ... Ah, itu sangat besar, aku sangat menyukainya ..."
Di hotel, di ranjang merah, mereka berdua telanjang, prianya kekar, dan wanitanya montok, hasrat mereka berdua membara, mereka berpelukan satu sama lain, melakukan pertempuran berapi-api, adegan itu begitu panas, Lena terus menjerit dengan suara tinggi, itu membuat Saimon semakin gila, selain berganti posisi, mereka berdua terus menempel seperti itu.
"Ah, Saimon, aku datang lagi."
Setelah berteriak keras, Lena, yang sedang duduk di tubuh Saimon, tubuhnya tiba-tiba bergidik, Saimon hanya merasa cairan panas yang tak terhitung jumlahnya yang keluar dari bagian dalam sekali lagi menyelimuti dirinya.
Melihat puncak gunung Lena yang terus bergerak-gerak, mata Saimon sedikit berapi-api, dia berkata dalam hati, Lena ini benar-benar menawan, dan triknya juga lebih banyak daripada Angel.
"Ada apa? Kamu terus menatapku seperti itu, apakah masih mau?" Lena akhirnya berhenti bergerak, dia berkata dengan lemah sambil berbaring di atas tubuh Saimon.
"Hehe, kakak sudah merasa hingga ke puncak, tapi aku belum sampai, coba kamu rasakan apakah itu masih keras seperti batu?"
Setelah Saimon bicara, dia meraih pantat Lena, dia meluruskan pinggangnya, dan merasakan situasi di dalam tubuhnya, terlihat kegembiraan di mata Lena dan dia berkata.
"Saimon, kamu ini benar-benar hebat, aku telah menahannya selama bertahun-tahun, jadi aku begitu sangat menginginkannya, namun kamu, kamu terlahir sudah begitu, aku telah empat kali dan kamu belum mengeluarkannya. "
"Hehe, bukankan itu karena kakak masih kurang bertenaga, biarkan aku saja di atas, pahaku sakit diduduki pantatmu!"
Setelah Saimon selesai bicara, saat Lena berseru, dia langsung membalikkannya, kemudian dia seperti pengembala, menggunakan seluruh kekuatannya.
"Aduh, kamu ini, kali ini kamu benar-benar akan membunuhku ... "
Saimon bergerak gila-gilaan diatas tubuh Lena, dia gila, dan meskipun Lena sudah lemas, tetapi dia masih dengan keras kepala menggunakan sepasang kakinya yang seputih salju untuk dililitkan erat di pinggang kuat Saimon, seluruh tubuhnya bergerak seiring dengan gerakan Saimon.
"Saimon, cepat sedikit, ah, cepatlah, aku sudah mau sampai puncak lagi..."
Jeritan Lena yang bersemangat merangsang Saimon, kedua kakinya tiba-tiba menegang ...
Setelah beberapa saat, Saimon akhirnya jatuh dengan puas dari tubuh Lena yang montok, dia melihat Lena yang terengah-engah sambil tersenyum dan berkata.
"Kakak, apakah kamu puas?"
"Kamu ini, aku pikir hanya barangmu yang lebih besar, tidak disangka kamu memiliki kekuatan jangka panjang yang begitu kuat, bagaimana wanita biasa bisa memuaskanmu." Lena berbaring malas di dada Saimon.
Saimon meraih sepasang gunung besar Lena dan berkata sambil menyeringai: "Orang-orang di kota seperti kalian ini sangat bisa menikmati hidup, bisa tidur nyenyak di tempat tidur setelah selesai melakukan, dan tidak perlu khawatir ketahuan orang."
Mendengar perkataan Saimon, Lena menundukkan kepalanya dan menggigit dada Saimon, dia berkata: "Mendengar maksud perkataanmu, orang-orang di desa kalian akan melarikan diri secepat mungkin setelah melakukan?"
"Itu benar, bagaimana jika dilihat orang ..."
Saat Saimon sedang berbicara, Lena langsung meraih bagian bawahnya dan dia berkata: "Sakit, sakit, aduh, kak Lena ..."
"Huh! Sakit? Kamu pantas mendapatkannya, keceplosan bukan? Pantasan kamu yang masih muda, kenapa begitu pandai bermain dengan wanita, ternyata kamu bukan orang yang baik di desa, cepat katakan lebih nyaman melakukannya dengan wanita-wanita di desa atau melakukannya denganku?"
Saimon menyadari bahwa dia semakin tidak dapat memahami pikiran para wanita, sialan, apakah ini juga perlu dibandingan?
Namun, tubuh Lena memang jauh lebih nyaman dibanding Angel.
"Sulit untuk mengatakannya, mana ada kondisi bagus di desa kami, selalu melakukannya dengan tergesa-gesa, tidak seperti di sini tidak perlu mempedulikan apa-apa, hanya perlu melakukannya."
"Itu benar, siapa tahu kamu merasa lebih menyenangkan di desa karena perlu berhati-hati."
Lena menarik bagian bawah Saimon, dia merasa basah dan lengket, dia berkata dalam hati, benar-benar sudah terlalu lama menahannya, sehingga begitu banyak cairan yang keluar.
"Bukan begitu, itu karena para wanita di desa bersedia membiarkanku melakukannya dari belakang, hehe, pantat besar juga cukup nyaman."
"Hah? Kamu suka melakukannya dari belakang?"
"Apakah kakak tidak menyukainya?" Tanya Saimon, tadi dia dan Lena melakukannya empat atau lima kali, mereka mengubah beberapa posisi di tengah, tetapi setiap kali dia ingin melakukannya dari belakang, Lena selalu menyingkirkan pantatnya, dia pikir Lena tidak suka melakukannya dari belakang.
"Aku tidak suka, aku suka dari depan, dengan demikian bisa melihat Saimon bermain denganku, aku suka melihat Saimon menunggang dari depan, seperti seorang jenderal ... dan, aku seperti kuda."
Lena menggigit bibirnya saat berbicara, ada cahaya di matanya, dia mengangkat kaki kirinya dengan pelan, dan meletakkannya di tubuh Saimon.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraDemanding Husband
MarshallThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlWaiting For Love
SnowDark Love
Angel VeronicaMi Amor
TakashiPrecious Moment
Louise LeeHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)