Hei Gadis jangan Lari - Bab 56 Lepaskan wanita itu
Brandalan itu tersenyum setelah selesai berbicara, dan mengulurkan tangan babinya ke arah Melisa yang sedang jongkok di tanah. Bagaimana mungkin seorang wanita seperti Melisa bisa melawan berandalan ini dan dalam sekejap anaknya diculik, dan dia diseret oleh beberapa preman ke sudut ruangan.
"Sial!" Saimon sudah memahami masalah ini saat ini. Pria bernama Jevon ini bermain dengan seorang gadis, dan gadis itu melahirkan seorang anak. Dia tidak hanya tidak ingin membesarkannya, tetapi dia juga ingin menjualnya. Yang lebih menjijikan adalah, dia bahkan membiarkan saudaranya bermain dengan gadis ini. Ini benar-benar tidak manusiawi. Bagaimana bisa Saimon menyaksikan tragedi seperti itu terjadi?
Melihat Melisa yang diseret oleh beberapa berandalan itu, menangis dan menyeretnya ke sudut tidak ada orang yang menghentikannya, Saimon segera akan bergegas menghentikannya, tetapi dia dihentikan oleh Andy.
"Saudaraku, jangan mencari masalah!"
"Tidak peduli? Kak Andy, kamu juga seorang prajurit, apakah kamu tidak peduli dengan tragedi seperti itu?!" Saimon berkata dengan marah.
"Saudaraku, dengarkan aku, pada siang hari seperti ini Jevon bahkan berani melakukan hal yang kejam di pintu masuk rumah sakit, dan bahkan tidak ada orang yang berani mencampurinya. Pasti ada pengaruh besar, kita tidak bisa memprovokasinya" kata Andy dengan suara yang dalam.
Setelah mendengarkan kata-kata Andy, Saimon baru menyadari Jevon dan kelompok orangnya ini telah membuat masalah untuk waktu yang lama, bahkan tidak ada satupun orang di sekitarnya yang berani untuk maju dan memperdebatkannya, dan bahkan tidak berani untuk menontonnya. Dia tahu ini berarti orang-orang ini mengetahui kekuatan Jevon. Tidak berani memprovokasi dia!
"Saudaraku, semakin sedikit masalah semakin baik. Kita ke sini untuk menghasilkan uang, bukan untuk mencari masalah." lanjut kata Andy.
Saimon ragu-ragu dan mengepalkan tinjunya. Jevon menggendong anak itu dan tersenyum seperti iblis. Di sudut terpencil rumah sakit, suara tangisan dan perjuangan Melisa menjadi semakin besar, seperti jarum yang sedikit demi sedikit menusuk hati Saimon.
“Jika dirinya bahkan tidak peduli dengan tragedi seperti ini, lalu apa perbedaan antara diriku dan orang-orang jahat seperti Jevon ini!” Setelah Saimon mengucapkan kalimat ini, dia berlari ke sudut seperti anak panah.
Ketika Andi, yang sudah bersiap untuk menghentikan mobil dan berteriak, mengangkat kepalanya setelah mendengar kata-kata ini, dia melihat Saimon berlari kencang seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Andi tercengang. Dia tahu Saimon kuat, tetapi dia tidak menyangka kecepatannya begitu cepat, dan memiliki rasa keadilan seperti itu, ini membuat menjadi sangat malu.
“Hentikan!” Saimon berlari ke sudut dan melihat dada, payudara Melisa yang telah dicabik-cabik oleh beberapa berandalan itu segera membuatnya penuh dengan amarah. Pada saat ini, telah dipenuhi dengan amarah, dan dia bahkan tidak sempat untuk melihat pemandangan luas yang diekspos oleh Melisa.
Berandalan itu mendengar bahwa ada seseorang yang berani mencampuri kesenangan saudaranya, langsung marah. Seorang berandalan berambut kuning mengangkat kepalanya dan mengumpatnya, "Bangsat, darimana datangnya orang udik ini*, beraninya mencampuri kesenangan aku, apakah merasa sudah cukup hidup!"
“Aku berkata kalian lepaskan wanita itu!” Saimon berkata kata demi kata, jika bukan karena tadi diingatkan oleh Andi, dia mungkin lebih awal telah bergegas membereskan berandalan ini.
Saimon berpetualang, berbagai fungsi tubuhnya jauh melebihi manusia biasa. Kemudian ia belajar beberapa keterampilan akupunktur dari buku kecil Andi. Membereskan berandalan ini seperti semudah minum secangkir air dingin.
"ckck, anak muda kamu ingin menjadi pahlawan ya, tapi kamu tidak memikirkan dirimu sendiri seberapa hebat kemampuanmu! Sial, aku katakan sekali lagi, menyingkirlah dariku, atau hehe, akan kubuat kamu pulang tanpa nyawa!"
Berandalan berambut kuning itu sambil berbicara, secara sangat provokatif meremas gunung di depan Melisa. Melisa yang merasa kesakitan menjerit lagi.
Ketika Saimon melihat Jevon yang merebut anak itu, ia terus menahan amarah di hatinya. Pada saat ini, melihat berandalan berambut kuning menyiksa Melisa lagi, dia langsung marah, dan tidak bertele-tele lagi, dan dengan ganas bergegas menuju preman itu.
Setelah preman berambut kuning selesai berbicara, dia pikir bahwa orang desa ini akan seperti orang pada umumnya yang tidak mempunyai wawasan, dan langsung berlari ketakutan, tetapi tidak disangka ketika dia menoleh dan melihat orang udik ini* bahkan bergegas ke arah mereka dengan berani, langsung meneteskan air liur di sampingnya melihat Melisa.
"Serang dia, orang udik yang tidak memiliki wawasan bunuh dia untukku!"
Jevon dan kelompok orangnya yang biasanya sombong di kota. Saat ini, satu per satu dibuat marah dengan serangkaian provokasi oleh orang udik. Mereka segera mengambil pisau yang mereka bawa dan ingin menumpahkan darah orang udik yang tidak berwawasan ini.
Tapi bagaimana mereka tahu bahwa adegan ini membuat Saimon semakin kesal, sialan awalnya dia pikir bahwa Jacky sudah cukup sombong, tetapi dia tida menyangka orang-orang ini lebih sombong dan penuh kebencian daripada Jacky!
Awalnya, dia hanya ingin mengalahkan para preman ini, tetapi sekarang dia telah berubah pikiran dan harus mematahkan kakinya satu per satu!
Saimon tiba-tiba bergerak dengan cepat seperti harimau ganas yang melompat dari gunung dan bergegas masuk ke dalam setumpuk berandalan. Dia bertindak dengan kejam. Dia bahkan tidak perlu repot-repot menggunakan keterampilan akupunktur apa pun, bahhwa semua taktik tidak berguna di hadapan kekuatan absolut. Dia merasa bahwa saat ini ia hanya bisa melampiaskan amarahnya melalui kekerasan.
"ahhhhh……"
Suara jeritan para preman itu terus tidak berhenti, dan dalam waktu singkat, mereka semua berbaring di tanah dan menjerit kesakitan. Saimon berdiri di tengah dengan listrik di matanya, berdiri di tengah seperti dewa perang.
Dan Jevon, yang dengan senang hati menunggu untuk melihat bagaimana adik laki-lakinya membereskan orang udik itu*, Melihat dalam sekejap mata, adik laki-lakinya meratap di tanah dengan kaki patah. Dia langsung marah, berengsek. Kapan Jevon kehilangan mukanya.
“Sial!” Jevon bisa menjadi bos dari kelompok ini, dan dia memiliki beberapa keterampilan. Dia bergegas menuju Saimon, dengan lompatan besar menendang Saimon dengan kaki kanannya.
Melihat pelakunya telah mengambil tindakan, Saimon merasa nyaman. Setelah dia menghindari kaki Jevon ke samping, tangannya dengan cepat menggenggam pergelangan kaki Jevon seperti kilat.
Krekkk ... Ah ...
Jevon langsung berlutut di tanah sambil menjerit kesakitan, pergelangan kakinya tiba-tiba diremukkan oleh Saimon, dan dia kesakitan sampai keningnya berkeringat dingin, menyaksikan iblis itu berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah, mengutuk.
"Kamu, kamu jangan kemari! Jika kamu berani kemari, aku akan mencekik bayi kecil ini sampai mati!" sambil berkata Jevon bergerak dengan cepat, menggendong bayi yang semula tergeletak di tanah dalam pelukannya, dan satu tangannya mencekik leher bayi.
Walaupun harimau ganas, harimau tidak akan memakan anak-anaknya. Saimon tidak menyangka Jevon begitu kejam, seolah-olah dia tidak memiliki kemanusiaan. Mendengar suara batuk kecil bayi itu, Saimon menjadi marah, dan dia tidak sabar ingin membunuh orang tanpa perikemanusiaan ini.
“Nak, anakku!” Melisa yang melihat Jevon hendak mencekik anaknya berlari ke arahnya sambil menangis.
Mendengar suara tangisan Melisa, Saimon menurunkan tekanan amarah di hatinya sedikit, "Oke, kembalikan anak itu ke Melisa, dan aku akan melepaskanmu!"
Kata-kata Saimon membuat hati Jevon bahagia, dan kilatan kejam di matanya, bergerak ke arah Melisa, di mata orang luar, dia ingin memberikan anak itu kepada Melisa, tetapi ketika dia melewati tubuh Saimon, tangan kanannya tiba-tiba menyerang leher Saimon.
"Matilah kamu!"
Sinar matahari menyinari belati, dan cahaya yang dipantulkan membuat Saimon tidak bisa membuka matanya sama sekali.
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniCinta Yang Terlarang
MinniePerjalanan Selingkuh
LindaMeet By Chance
Lena TanCintaku Pada Presdir
NingsiLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)