Hei Gadis jangan Lari - Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
Ketika mereka bertiga dengan senang hati membayangkan akan menghasilkan banyak uang, Fifi yang berlari pulang buru-buru memasuki kamar tidur, berbaring di tempat tidur penuh dengan benda Saimon yang kokoh, dan semakin dia memikirkannya, semakin gatal jantungnya.
Membayangkan penampilan Saimon, tubuhnya bergoyang tanpa sadar, dan secara bertahap dia merasakan kenyamanan dan kelegaan dari bawah. Nafasnya menjadi lebih cepat, dan kakinya menjepit selimutnya dengan lebih keras, akhirnya ...
Ah ……
Suara bernada tinggi dan kuat keluar dari tenggorokannya, dan kegembiraan yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai memengaruhi tubuhnya. Setelah setengah hari, dia dengan enggan melepaskan selimut yang dijepit, merasakan basah di dalam. Wajah kecilnya memerah, menanggalkan pakaian paling dalam, mengerutkan kening karena baunya, dan ketika hendak diam-diam memasukkannya ke bawah bantal ...
Pintu kamar terbuka, dan kemudian dia melihat kakak iparnya Nikita masuk dengan senyum di wajahnya, dan dia tercengang di tempat.
"Kakak ipar, kenapa kamu sampai masuk ke sini?"
"Kenapa, kakak ipar tidak boleh masuk? Biar aku lihat hal baik apa yang disembunyikan Jessline."
Nikita berkata dan ketika Jessline tidak sempat bereaksi, dia mengambil celana dalam dari tangan Jessline, dan Jessline langsung memerah.
"Ya. Warna ini cukup bagus, aku membelinya di kota?" Nikita berkomentar serius, dan kemudian berkata dengan suara keras, "Ah, Jessline, ada apa ini, kenapa kamu kencing di celana?"
“Kakak ipar, jangan keras-keras, memalukan!” Jessline buru-buru menyambar pakaian dalamnya, dan kemudian tiba-tiba menemukan bahwa Nikita mulai menatap ... tubuhnya.
Ah……
Baru kemudian Jessline menyadari bahwa dia masih telanjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut, dan dia menundukkan kepalanya tanpa malu-malu untuk tidak melihat mata Nikita.
"Jessline, beritahu kakak ipar, apa yang kamu lakukan barusan?"
Sebenarnya Nikita sudah datang ke sini dari tadi. Dia mengira Jessline sudah lama tidak pulang ke rumah. Dia kembali hari ini, dan dia ingin berbicara dengannya dan memenangkan hati adik iparnya ini. Tapi siapa sangka, dia baru saja membuka pintu dan melihat Jessline menjepit selimut di antara kedua kakinya, tubuhnya bergerak satu demi satu, menyerupai pria dan wanita yang sedang melakukan hal itu. Dia segera memalingkan matanya dan mengintip melalui celah pintu.
"Tidak. Tidak ada. Aku ini menanggalkan pakaianku dan mau pergi tidur." Alasan Jessline tidak meyakinkan.
Nikita pasti tahu apa yang dilakukan Jessline sekarang, dan dia tadi juga sudah memeriksa pakaian dalam Jessline. Cairan tubuh yang lengket pada permukaan celana dalamnya itu menunjukkan bahwa gadis ini telah menggunakan selimut dan menggosoknya hingga orgasm, tubuh itu perlu sesensitif apa hingga bisa seperti itu.
Melihat Jessline menundukkan kepalanya dan tidak berani untuk menatapnya, Nikita langsung berkata, "Jessline, jangan berbohong kepada kakak iparmu. Sejujurnya, aku sudah berdiri di depan pintu sejak lama. Katakan apakah kamu baru saja masturbasi?"
"Ah ..." Kata-kata Nikita membuat Jessline menjerit ketakutan, dan rahasianya langsung dibongkar di depannya , dia hampir menangis karena malu, "Kakak ipar, kamu, apakah kamu melihatnya, kalau begitu, apakah kakak ipar akan mengira aku wanita yang buruk? "
Meskipun Jessline terkadang bandel dan keras kepala, dia tidak memiliki banyak kontak mengenai hubungan pria dan wanita. Dia selalu berpikir bahwa itu kotor dan memalukan. Sekarang ini, ketika Nikita melihatnya, wajar kalau dia takut. Dia pikir Nikita akan mengkritiknya tidak bisa mencintai dirinya sendiri, tetapi dia tidak menduga bahwa Nikita justru tertawa terbahak-bahak.
"Gadis bodoh, kenapa rupanya. Kamu sudah berumur tujuh belas atau delapan belas tahun. Itu normal untuk memikirkan soal pria, bahkan aneh jika kamu tidak memikirkannya," kata Nikita dengan empati.
"Hah? Kakak ipar, apakah menurutmu aku wanita yang buruk?"
"Apa yang kamu bicarakan? Jessline bukan wanita yang buruk. Melihat Jessline dengan selimut bisa melepaskannya seperti ini, pasti tidak pernah bermain dengan seorang pria." Nikita bertanya sambil bergosip.
“Kakak ipar, apa yang kamu bicarakan. Aku kan belum menikah. Bagaimana bisa ada laki-laki?” Jessline berkata demikian tapi penampilan bodoh Saimon secara tidak sadar muncul di benaknya.
"Ha, masih malu lagi. Kamu tidak seperti orang yang belajar di luar. Kamu lihat siswa yang belajar di luar, kudengar banyak dari mereka yang pergi ke sekolah dan dihamili orang."
"Astaga, kakak ipar, dari mana kamu dengar ini semua. Aku, aku sudah mau tidur, tidak mengobrol denganmu lagi." Kata Jessline, dia menutupi kepalanya dengan selimut.
“Jessline, jangan malu, kakak ipar juga seorang wanita, dan juga ada saatnya diam-diam melakukannya sendiri.” Nikita duduk di samping tempat tidur dan dengan lembut menjelaskan.
“Benarkah?ukankah kakak ipar ada kakak? Kenapa kamu melakukannya sendiri.” Jessline bertanya malu-malu, menjulurkan kepalanya dari selimut.
"Itu sudah ketika aku masih gadis. Kenapa aku masih melakukannya sendiri walaupun sudah ada kakakmu, karena melakukannya sendiri lebih nyaman dibandingkan dilakukan oleh pria." Nikita tertawa.
Melihat bahwa Nikita benar-benar tidak bermaksud menyalahkan dirinya karena masturbasi, Jessline segera melepaskan kewaspadaannya, berpikir bahwa dia tidak pernah membahas masalah ini dengan siapa pun, dia sangat penasaran, dan hanya berkata.
"Kakak ipar, apakah benar-benar senang hingga mau mati saat melakukan itu?"
Berpikir bahwa Jessline telah mencapai masa-masa gelisah, dan sudah memikirkan hal seperti itu, Nikita bermaksud untuk sekalian memberinya pencerahan seks, agar tidak ada keganjalan di hatinya.
"Belum tentu. Kita wanita ketika melakukan itu, kita ingin bahagia, kita harus melihat prianya. Jika prianya berguna maka kita wanita bisa senang. Jika kita menikah dengan pria yang tidak berguna, maka kita wanita bisa pahit seumur hidup.” Nikita memegang tangan Jessline, merasakan di dalam hatinya, adik ipar kecilnya ini memiliki kulit yang sangat bagus, dan dia mungkin belum tahu dia akan menikah dengan pria semacam apa di masa depan.
“Kalau begitu, kalau begitu apa kakak berguna?” Seiring pembicaraan mereka berdua yang semakin dalam, Jessline benar-benar melepaskan kewaspadaannya.
"Kakakmu, kalau di masa lalu sih dia berguna, dia bisa membuatku meraung-raung setiap hari, tapi sekarang ..." Sejak Nikita ditangani oleh benda Saimon yang besar itu, perasaannya semakin lama semakin berkurang saat bermain dengan Jacky.
"Kenapa dengan sekarang?"
"Haha, sekarang juga masih berguna. Hehe, kenapa? Apakah kamu mau kakak ipar memperkenalkan seorang pria kepada Jessline, dan membiarkan Jessline mendapatkan kebahagiaan seorang wanita lebih cepat." Kata Nikita setengah bercanda.
"Oh, kakak ipar, apa yang kamu bicarakan. Aku masih kecil, tapi kakak ipar, apakah hal itu memang sebagus itu?"
"Menurutmu? Aku baru saja melihat ada air di pakaianmu. Pasti sudah sampai. Rasanya seperti apa?" Nikita tersenyum main-main.
"Ah? Ini, ini, kakak ipar, apa yang kamu bicarakan? Sudah sampai apanya, aku tidak tahu," balas Jessline lemah.
"Baiklah baik, jika kamu tidak mengakuinya, tidak apa-apa. Pokoknya, aku beritahu kamu, wanita dan pria seratus kali lebih bahagia daripada melakukannya sendiri. Memikirkan hal itu, membuatku gatal, sudah tidak bisa lagi, hari ini aku akan melakukannya dengan kakakmu dengan baik." Nikita sambil berkatasambil beranjak pergi.
Tapi saat ini, dia tiba-tiba ditahan oleh Jessline. Biasanya, dia menemukan orang yang bisa membicarakan hal ini dengannya. Hari ini, dia akhirnya memiliki orang yang mengerti yang bisa berbicara dengannya, dan dia tentu saja harus menanyakannya secara menyeluruh.
"Kakak ipar, bagaimana kamu bisa tahu bahwa pria itu berguna atau tidak?"
"Itu masih harus ditanya. Tentu saja semakin besar benda pria semakin berguna." Ketika topik ini disebutkan, Nikita menjadi bersemangat, "Jangan berpikir kakak ipar murahan, tapi kakak ipar beritahu kepadamu, nanti jika kamu mencari seorang pria, kamu harus mencari yang besar di bawah, atau kamu akan menyesal seumur hidup. Jika benda seorang pria tidak bekerja dengan baik, bagaimana kamu bisa bahagia jika menikah dengannya. "
Mendengarkan kata-kata Nikita, ukuran benda Saimon langsung muncul di benak Jessline, dan dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Besar itu seberapa besar."
“Seperti punya kakakmu, ukurannya sama dengan orang biasa, tapi tahan lama dan bisa untuk semalaman.” Nikita berkata, matanya tiba-tiba berubah, “Jessline, Tahukah kamu siapa pria yang bendanya paling besar di Desa Zhao?"
Begitu kata-kata Nikita keluar, nama Saimon segera muncul di benak Jessline, dan bertanya dengan erat, "Siapa ?"
Novel Terkait
Pengantin Baruku
FebiIstri Pengkhianat
SubardiDiamond Lover
LenaLove And War
JaneGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Yang Dalam
Kim YongyiHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)