Hei Gadis jangan Lari - Bab 110 Menjadi Milikmu
Tidak tahu apa yang terjadi, benak Saimon terus memikirkan Melisa, terutama ketika mengingat dirinya marah kepada Melisa mencari pria lain.
Apakah ini cemburu?
“Keuntungan kali ini satu kali lipat lebih banyak dari sebelumnya, kolam ikan itu benar-benar berlimpah, Saimon kamu dengar apa yang aku katakan? Bengong apa, ikannya sudah terjual habis, ayo cepat pulang ke rumah, jangan sampai si Jevon bajingan menutup jalan kita.”
Andy mendorong gerobak ke arah jalan pulang, sedangkan Saimon bertele-tele di belakang, hatinya meronta, dia sangat ingin pergi ke rumah Melisa mencicipi ikan masakkannya.
Ketika pria memiliki pikiran kotor, dia tidak akan bisa menahan dirinya, seperti seekor kucing yang memakan ikan, begitu mencium bau amis harus mengigitnya.
“Aduh, kak Andy, kamu jalan duluan, perutku sakit, aku harus mencari tempat untuk buang air……”
Saimon mengatakannya sambil memegangi perutnya, lalu berjongkok tidak nyaman, Andy terkejut sampai berhenti mengajukan pertanyaan.
“Ada apa ini, tadi baik-baik saja, kenapa tiba-tiba sakit?”
“Aku juga tidak tahu, mungkin salah makan. Aduh, sudah tidak tahan lagi, kak Andy kamu jalan dulu, aku harus mencari tempat untuk buang air, sakit……”
Saimon mengatakannya sambil berbalik dan Andy yang melihat punggung Saimon bergumam, kenapa tiba-tiba buang air, lalu Andy lanjut mendorong gerobak. Dia tidak khawatir Saimon akan diculik di kota, karena kemampuan berkelahi Saimon melebihi dirinya yang menjadi tentara.
Saimon segera mengintip dari sudut tembok melihat Andy yang baru pergi, lalu terkikik, dan pergi ke rumah Melisa berdasarkan ingatannya.
Setelah Melisa pulang dari membeli ikan, dia sangat menantikan siang ini, ikan sudah siap dimasak, tapi Saimon tidak kunjung datang, hatinya sedikit cemas, dia mondar-mandir di dalam kamar dan melihat ke depan pintu dari waktu ke waktu.
Melihat Saimon tidak kunjung datang di saat ini, mungkin dia sudah pulang ke Desa Zhao bersama rekan penjual ikannya. Dia sedikit kecewa dan mengerang.
Tepat saat ini terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok……
Melisa membuka pintu dengan gembira, mempersilahkan Saimon berlari masuk ke dalam seperti seorang pencuri.
“Sayang.”teriak Melisa dengan bahagia.
Saat ini, Saimon melihat Melisa memakai baju hamil longgar, lalu menelan ludahnya, untuk memudahkan menyusui, Melisa sama sekali tidak memakai bra, dadanya yang bergoyang di dalam membuat sekujur tubuh Saimon terasa panas.
Karena baru melahirkan tidak lama, Melisa memiliki aura keibuan dan pesona seorang wanita muda. Ciri-ciri wanita dewasa ini didapatkan pada wanita berusia 20-an. Pesona seperti itu bukanlah sesuatu yang bisa ditolak oleh seorang pemuda seperti Saimon.
Meskipun Saimon mengerti apa maksud dari Melisa yang mengundangnya memakan ikan, tapi dirinya tidak mungkin berhubungan dengan Melisa.
“Melisa bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Jangan panggil aku sayang, dari usia aku lebih muda dari kamu, kamu panggil aku Saimon saja.”
Keduanya tidak mempeributkan masalah nama panggilan.
“Saimon, itu, aku pikir kamu tidak datang, tidak disangka kamu datang, kakak benar-benar bahagia.”
“Kakak ingin memasakkan ikan untukku, bagaimana mungkin aku tidak datang, hihi, aku ini rakus.”Ada maksud lain dari ucapan Saimon.
Tentu saja Melisa mengerti perkataan Saimon, wajahnya memerah, “Banyak gadis kota yang ingin memasakkan ikan untukmu.”
“Tapi aku ingin makan ikan masakkan kakak.”
Tubuh keduanya semakin mendekat, Saimon bahkan bisa mencium wangi tubuh Melisa. Selain itu, ditambah dengan belahan dada Melisa membuat Saimon semakin mabuk kepayang.
“Saimon, aku membeli dua ikanmu, bukankah kamu seharusnya membiarkanku menyentuhmu?”Melisa menundukkan kepala melihat celana Saimon seolah melihat ada reaksi.
Mendengar Melisa mengatakan inti permasalahan, hati Saimon merasa senang, namun mulutnya berkata, “Melisa kenapa kamu sama dengan mereka, itu-ku hampir bengkak disentuh mereka.”
“Aah, begitu saja sudah bengkak ya, itu, di rumahku ada obat, aku bantu kamu oleskan obat.”
Melisa mengatakannya sambil berbalik pergi mengambil obat, Saimon yang melihat pantat montok Melisa berlenggak-lenggok, dia merasa terangsang. Saimon sudah di sini, tapi Melisa masih sungkan, ini membuat Saimon kesal, kalau barang di dalam celananya berhenti lebih lama lagi benar-benar akan meledak.
Melisa segera mengambil obat, lalu berlutut di lantai seperti seorang istri yang mengangkatkan kepala berkata kepada Saimon, “Saimon ayo cepat buka, biarkan aku oleskan obat.”
Dari sudut ini kebetulan bisa melihat belahan dada Melisa, besar, putih, dan bergoyang terus-menerus saat Melisa berbicara. Bagaimana mungkin Saimon bisa menahan rangsangan ini? Dalam sekejap dia langsung menggendong Melisa dari lantai.
“Ah……Saimon, a-apa yang ingin kamu lakukan?”
“Makan ikan.”
Saimon dengan kasar merobek baju Melisa, lalu melihat dada besarnya, mencium aroma yang kuat di dadanya, Saimon yang rakus membenamkan kepalanya di sana.
“Aah……Saimon, jangan, aahh, yang kuat, aah, enak sekali……”
Saimon sudah mulai beraksi, tentu saja tidak ada alasan bagi Melisa terus berpura-pura, obat yang berada di tangannya terjatuh ke lantai, kepalanya terangkat, tangannya memegang kepala Saimon, lalu menekan kepalanya dengan kuat ke dadanya.
Kepala Saimon terbenam dalam dada besarnya, tiba-tiba Saimon merasa empuk. Dalam hatinya, dia benar-benar seorang wanita di kota. Kulit ini sangat lembut, Saimon tidak tahan ingin mengigitnya.
“Ahh, Saimon jangan terlalu kuat, nyaman sekali……”
Sudah lama sekali Melisa tidak berhubungan dengan laki-laki, Saimon yang profesional hanya dalam beberapa saat saja sudah membuat Melisa klimaks, matanya berangsur-angsur menjadi bingung (Satu tangannya meraba turun dari punggung Saimon ke celana dalam Saimon, lalu membelalakkan matanya, dan dia terkejut.
“Saimon punyamu ini benar-benar besar sekali?”
“Apakah kakak menyukainya?”
“Suka, kakak suka sekali, Saimon kamu tahu kakak baru saja melahirkan, tempat itu……besar sampai bisa dimasukkan lobak, kali ini kamu datang, akhirnya penantian kakak terbayar.”
Melisa mengatakannya sambil melepas celana dengan tidak sabar, lalu menatap mata Saimon, apa yang terjadi dengan dirinya, mengapa wanita-wanita ini menjadi menarik, Saimon menelan air liurnya.
“Saimon, ke depannya kakak tidak akan mencari pria lain lagi, biarkan kakak menjadi wanitamu, ok?” ucap Melisa dengan tulus menatap mata Saimon.
Novel Terkait
Jalan Kembali Hidupku
Devan HardiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaHis Soft Side
RisePernikahan Kontrak
JennyPejuang Hati
Marry SuThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)