Hei Gadis jangan Lari - Bab 65 Bahagianya Monica
Saimon mulai tidak sabar, bahkan lupa kalau dia adalah si dungu, dia memeluk erat Monica, sudah tidak sabar ingin segera naik ranjang untuk menghisap payudara Monica.
Waw .......
Tubuh Monica sangat sensitif, Saimon menunjukkan nuansa pria yang kental, semuanya dia semprotkan ke payudara Monica yang putih dan lembut, nafasnya yang bergejolak, merasakan kenikmatan, dia terus berputar-putar di tubuh Monica tanpa henti.
Monica sedikit terobsesi, dalam pelukkan Saimon, dia memeluk lehernya, suara rintihan, "Saimon jangan gigit.........en..... Saimon......"
Melalui pelatihan tanpa henti dari Angel, Saimon menjadi berpengalaman, Monica yang masih lugu tidak sanggup menandinginya, mereka berciuman, tangannya tanpa sadar meluncur di sepasang paha Monica.
"Iya........"
Tangan Saimon dengan penuh gairah turun ke bawah, menjepit di antara kedua pahanya, membuat tubuh Monica mulai gemetar, dia mengeluarkan suara memohon.
"Saimon bagaimana kalau kita melakukan penetrasi ? untuk membuat bibi merasakan kepuasan seks, ah......."
Saat ini Monica sudah kehilangan kesadaran, hanya ingin Saimon memuaskannya, jika dia memperhatikan sedikit, pasti akan menyadari, saat ini Saimon sama seperti srigala kelaparan, sepasang matanya penuh dangan hasrat dan gairah, tidak seperti orang bodoh.
"Bibi kamu sangat cantik, aku menginginkan mu."
"Bibi juga, dua hari ini bibi hanya memimpikan Saimon." tubuh sensitif Monica mulai tergoda oleh Saimon.
"Bibi memimpikan Saimon ? bermimpi Saimon sedang melakukan apa ?" Saimon mulai bercanda.
Monica merasa keseluruhan tubuhnya, termasuk otaknya sudah mulai kehilangan kendali, merasa bagian bawah tubuhnya terus terangsang, dia terus bergoyang dalam pelukan Saimon, menyipitkan matanya, mukanya memerah.
"Bermimpi Saimon melakukan hal yang sama untuk ku seperti saat bersama Nikita, menggunakan tenaga di badan bibi, membuat bibi merasa di cintai."
"Kalau begitu apakah bibi ingin Saimon berbaring di badan bibi ?" Saimon tertawa.
"Ingin, Saimon cepat gendong bibi ke atas ranjang, bibi sudah terangsang......."
Keduanya saat ini telanjang, melakukan hubungan seksual, selain itu jari Saimon terus merangsang di paha Monica, membuatnya basah, saat ini badannya lemas bahkan tidak punya tenaga membuka matanya.
Saat ini Saimon juga sudah terangsang, hal luar biasa takutnya telah mencapai tingkat paling tinggi sepanjang sejarah, ini adalah rangsangan dari Monica, dia sangat mencintai Monica, saat ini memasuki tahap akhir yang di inginkan, mana mungkin dia tidak bergairah !
Dia melangkah maju untuk berjalan menuju ranjang, saat ini Fifi yang sedang mengintip dari luar mendadak berbicara.
"Kak, kamu kemana ? aku tidak melihat kamu naik ranjang."
Ucapan Fifi dari luar, hampir membuat Saimon tidak berdaya, apa artinya ini ? Apakah Fifi ingin melihat dirinya dan Monica bercinta ?
"Ah.........benar, benar, Saimon kamu cepat lepaskan bibi, tidak bisa naik ranjang, harus membiarkan Fifi melihatnya."
Ucapan Monica membuat Saimon benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, tapi dia memahaminya dengan cepat, itu pasti Fifi yang takut akan kesakitan saat pertama kali, makanya ingin membuat Fifi melihat sambil belajar, menghilangkan rasa takut.
Berbeda dengan Saimon yang tidak ingin Fifi melihat dirinya sedang bercinta dengan Monica, dia menyukai Fifi, dan juga menyukai Monica, membuat seorang kekasih, melihat secara menyeluruh dirinya dan wanita lain sedang berhubungan intim, dia tidak sanggup melakukan hal ini.
"Tidak, aku tidak mau, aku sedang ingin naik ranjang bercinta. " Kata Saimon pura-pura bodoh.
"Saimon sayang, jika tidak patuh, bibi tidak akan bercinta dengan mu. kamu lihat ini.......ah........sangat besar, jika tidak segera bercinta maka Saimon akan sengsara." Sebenarnya Monica hanya berpikir untuk menakut-nakuti Saimon, namun begitu menundukkan kepala melihat penis Saimon membuatnya terkejut, ini lebih besar dari pada saat bersama Nikita.
Saimon mengikuti kata Monica, berpikir ini benar-benar hubungan kakak beradik yang sangat dalam, dia tahu Fifi sangat takut akan hal ini, makanya dia melakukan sesuatu yang melanggar hukum.
"Kalau begitu Saimon turuti perkataan bibi."
Saimon melepaskan pelukannya, melihat Monica memindahkan baskom, kemudian mengambil tikar dari atas ranjang, membentangkannya di depan pintu, berbalik badan dan berkata kepada Fifi yang sedang mengintip di luar.
"Apakah disini sudah kelihatan ?"
"Bisa, kalian sama-sama berbaring, jika tidak aku tidak akan kelihatan saat kalian berhubungan intim." Fifi yang melihat dari luar juga terangsang, dia melihat dengan jelas, apa yang di lakukan Saimon yang meraba dan meremas kakaknya.
.....
"Ah...... Kak, cepat. Lihat vagina kamu sudah mengeluarkan cairan." Kata Fifi mengingatkan dari luar.
"Ah.......Saimon, cepat, kemari, bercinta dengan bibi."
……
Sambil berbicara Monica telah berbaring di tikar, berusaha membuka lebar pahanya, dia khawatir keperawanannya, sebentar saja bisa di ambil oleh Saimon.
Saimon dari tadi sudah tidak bisa menahan diri, saat ini dia sudah tidak peduli pada Fifi yang mengintip, berkata sambil cekikikan, "Saimon akan bercinta dengan bibi, hihi."
Sambil berkata dia berlutut di tikar, Fifi yang mengintip dari luar juga melihat Saimon dengan jelas saat ini, dia terkejut sampai mengeluarkan suara.
"Kak, kamu cepat berdiri, Saimon akan membuat mu merasakan kesakitan luar biasa." Fifi terkejut sampai mulai menggedor pintu.
Saimon sangat bingung, betapa takutnya bibi ini, belum pernah ada kabar wanita mati gara-gara hal ini.
"Fifi jangan takut, meskipun Saimon bodoh, tapi dia tahu bagaimana menyayangi, dia tidak akan memperlakukan ku seperti Nikita. Kamu baik-baik perhatikan dari luar, pelajari, nanti giliran kamu lagi." Monica juga ketakutan saat melihat penis Saimon yang sangat besar, namun demi menyemangati adiknya, dia berusaha menahan ketakutan dalam dirinya.
"Ayok Saimon, lakukan penetrasi, dengan pelan-pelan."
Saimon tahu kalau Monica ketakutan, jadi dia bergerak dengan ringan, perlahan, dan lembut, Monica merasakan sensasi yang belum pernah di rasakan sebelumnya pelan-pelan masuk dalam pikirannya sedikit demi sedikit.
Ah......
Saat benar-benar terjadi penetrasi, Monica mengeluarkan suara, membuat Fifi yang berada di luar berteriak kaget.
"Kak, sakit kah ?"
"Ah, tidak, nyaman, sangat nyaman, Saimon tahu menyayangi bibi, bibi merasa sangat nyaman,........ah...... Saimon mari mulai bercinta, bibi sangat senang." Monica mengoceh tidak jelas, dia sama sekali belum pernah merasakan kepuasaan seperti ini.
Dan Saimon merasa lebih nyaman, dia seperti memasuki sebuah terowongan yang panjang, dalam dan sempit, basah, gelap, ramai, namun penuh misteri, sehingga membangkitkan gairahnya.
Saimon memanjakan Monica, sedangkan Monica, setelah adaptasi awal, saat ini dia sudah mendapat kesenangan, badannya mulai bergerak perlahan, mengalami perasaan gairah dan bahagia dengan Saimon pertama kali.
Pelan-pelan, Saimon juga merasakan keinginan kuat dari tubuh Monica, mulai rileks, yang awalnya melembabkan secara lembut tanpa suara, berubah menjadi cepat dan keras. Saimon berusaha memulai gerakan, mulutnya berada di payudara Monica, bergerak dengan semangat, Monica berteriak, kedua tangannya menekan kepala Saimon dengan kuat.
Monica telah kehilangan kesadaran, dimana dia, sedang berbuat apa, pikirannya kosong, dan dia merasa seluruh tubuhnya melayang di udara.
setelah melalui gerakan intens, Monica akhirnya mencapai puncak klimaks, suaranya yang tinggi, membuat Fifi yang mendengar di luar masturbasi.
"Saimon, bibi tidak tahan lagi, cepat berdiri."
Setelah menikmati kesenangan, sekarang dia merasa kesakitan, apalagi ini adalah yang pertama bagi Monica, dan penis Saimon sangat besar, dia mendongak dan melihat vaginanya membengkak, dan mempelototi Saimon dengan marah.
"Dasar bodoh !"
Saimon merasakan ketidakadilan, dia telah berusaha menahan diri, namun bibi yang menyuruhnya menggunakan tenaga.
"Bibi jahat, Saimon masih ingin, masih belum puas."
"Ah......" saat ini Monica baru teringat, dia hanya memikirkan kenyamanan sendiri, musuh Saimon masih besar, tapi melihat diri sendiri, baru sekali saja sudah tidak tahan lagi, jika sekali lagi takutnya benar-benar harus mengakui kesalahan, dia mengangkat kepala melihat Fifi yang sedang masturbasi di luar, dia tertawa.
"Saimon, aku tidak tahan lagi, ganti bibi Fifi saja ya."
Novel Terkait
Untouchable Love
Devil BuddyCinta Yang Terlarang
MinnieInventing A Millionaire
EdisonMy Charming Lady Boss
AndikaMarriage Journey
Hyon SongMy Secret Love
Fang FangTen Years
VivianHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)