Hei Gadis jangan Lari - Bab 66 Masih Ingin
Begitu Monica berkata demikian, Fifi yang berada di luar menatap dua orang di dalam, tanpa sadar, dia masturbasi, sudah sedikit basah, matanya tertuju pada tubuh Saimon, menatap dengan tercengang.
"Saimon cepat buka pintu agar Fifi bisa masuk kemari, kalau sakit mu ini tidak terobati tidak ada urusan dengan ku ya." Monica berkata sambil menahan sakit.
Saat ini Monica dibuat kesemutan oleh Saimon, bahkan tenaga untuk merangkak pun tidak ada, hanya bisa membiarkan Saimon pergi membuka pintu.
Bisa memiliki 2 orang wanita ini adalah impian Saimon, saat ini saran Monica adalah keinginan hatinya, jadi dia segera bangun dan membuka pintu.
Dan Fifi yang berada di luar, melihat bagian bawah kakaknya yang telah membengkak, menelan air liur, lalu terbengong melihat Saimon yang sedang berjalan menuju pintu, sangat besar, dan kuat, kakak saja tidak tahan, bagaimana dengan aku ?
Dia sedikit takut, tapi tadi kakak jelas-jelas berteriak sangat nikmat, membuatnya ingin segera mencoba merasakan, dia menggaruk tangannya, dan berteriak agar Saimon tidak usah membuka pintu, padahal dalam hatinya, berharap Saimon agar lebih cepat, bibi juga ingin mencoba rasanya seperti apa.
"Fifi jangan takut, rasanya sangat enak. kakak karena takut badan ini tidak tahan, jika tidak mana mungkin melepaskan Saimon. Akhirnya kakak bisa menikmati rasa ini." Monica duduk di atas tikar sambil membujuk Fifi.
"Kalau begitu coba kakak kasih tahu apa rasanya, enak kah ?"
Saat Fifi sedang bertanya, tangan Saimon sudah berada di gagang pintu, namun, dia tidak ingin memiliki Fifi di saat sedang ketakutan, jadi dia sengaja memperlambat gerakan.
"Bagaimana bisa buruk. Apa yang dikatakan Nikita benar, Saimon ini adalah berkah yang diberikan Tuhan kepada kita berdua, barusan bercinta sekali, aku takut rasa ini kelak tidak akan terlupakan, ingin setiap saat bersama Saimon. Menurut mu rasanya bagaimana ?" Monica melihat bawahnya yang mulai memerah, dia merasa malu mengatakan ini.
"Ah...., apakah kakak tidak kesakitan ?"
"Sakit. Tapi pada waktu proses, kenyamanan semacam itu sudah menutupi rasa sakitnya, kakak hanya ingin Saimon bekerja lebih keras, dan lebih dalam, biar dia bertahan lama. "Sambil berkata, Monica merasa sekujur tubuhnya terangsang lagi, dia tidak mempedulikan lagi kesakitan di bawahnya, ingin menyuruh Saimon melakukannya sekali lagi.
Dia memang berpikir seperti ini, "Fifi, masuk lah, jika kamu tidak masuk kemari, kakak, kakak ingin melakukannya lagi."
"Ah....."ucapan Monica, membuat Fifi tercengang, dia tidak habis pikir kalau kakaknya masih ingin lagi, jadi sebetulnya rasanya seperti apa, bahkan kakak tidak peduli lagi pada kesakitan di bawahnya, malah menginginkannya lagi.
Cahaya matahari masuk melalui celah pintu mengenai badan Saimon, cahaya putih panjang dan sempit, bagian bawah yang lurus itu, cahaya air menyilaukan, Fifi tahu kalau itu adalah campuran cairan antara Saimon dan Monica, Fifi menelan air liur, berpikir, Monica benar-benar telah jatuh cinta, begitu banyak cairan, bahkan melebihi miliknya beberapa kali lipat.
Dia ragu-ragu, dan tidak keberatan untuk berbagi pria dengan Monica, dan lebih tidak keberatan, Saimon barusan berdiri dari badan kakaknya, dan kemudian berbaring di badannya, dia mencintai Saimon, namun memiliki hubungan kakak beradik dengan Monica, makanya dia menyukai kedatangan Saimon saat ini, namun......
Dia masih ketakutan, tadi malam dia diam-diam membandingkan bawahnya dengan Monica, berdasarkan perbandingan ukuran, punya dia lebih kecil dari Monica, dari sudut ini dia bisa melihat dengan jelas situasi Monica, bengkak sampai mengeluarkan darah, dia membayangkan kondisi kakaknya, lalu membandingkan ke dirinya.
Dia berpikir rasa yang di berikan Saimon pada kakaknya, pasti sangat menyenangkan, kalau tidak, bagaimana mungkin kakaknya memaksa menahan sakit, dan ingin melakukannya lagi, makanya dia berpikir hari ini ingin melakukannya dengan Saimon. Namun pada saat ini.
"Saimon, jangan, jangan buka pintu, kesini saja bersama bibi, karena bibi sudah mulai tidak bisa menahan nafsu lagi, ingin melakukannya sekali lagi, merasakan kenikmatan dari mu."
Ucapan Monica barusan, membuat Saimon dan Fifi bersamaan mempelototinya, ini.......
"Bibi......." Saimon melihat Monica yang semulanya putih lembut, saat ini telah dibuat bengkak tapi masih tetap mau, seketika dia merasa sedikit kasihan.
"Saimon, cepat kemari. Bibi telah beristirahat, jadi tolong hargai bibi, biarkan bibi merasakan lagi."
Sambil berkata muka Monica mulai merah merona, bukan dia genit, namun hanya saat rasa itu muncul, dia ingin berhenti, saat merenung membuatnya berpikir, andaikan bawahnya tidak akan sakit jika melakukannya berkali-kali, dia masih ingin melanjutkannya.
Akhirnya dia memahami, alasan mengapa setiap kali tubuh Nikita selalu berantakkan, gemetaran saat berjalan, mengapa dia ingin terus melakukannya, saat mendapatkan rasa itu sungguh membuat wanita merasakan kesakitan, namun sangat baik, dan nikmat.
Fifi dari luar melihat wajah kakaknya malu dan haus akan nafsu, dia menelan air liur, matanya menatap Saimon yang berlutut di lantai, kakaknya yang menggerakkan badannya sendiri, membuatnya terbengong.
Saimon dan kakaknya kembali berhubungan badan, meskipun kakak berusaha untuk tidak bersuara, namun ekspresi wajahnya yang penuh kenikmatan, memang benar-benar tidak bisa di sembunyikan.
Fifi telah menyesal, mengapa tadi takut, dia tidak bisa menahan diri menyusup masuk dari jahitan kaki celana, dan bertemu tempat yang dari tadi sudah basah, mengikuti gerakan dari Saimon di atas tubuh Monica, yang sedang bercinta.
……
"Oh, gadis nakal kamu berbaring di depan pintu, apa yang kamu lakukan ? apakah mungkin karena Monica berzinah, dan kamu mengintipnya !"
Fifi merasakan jenis perasaan yang di katakan kakaknya, setelah mendengar suara Jacky dari belakang, dia ketakutan sampai badannya gemetaran, lalu berteriak kaget.
"Jacky !"
Dua orang yang berada di dalam kamar, saat ini berada dalam puncak klimaks seksual, mendengar suara teriakan Fifi, Monica ketakutan sampai badannya gemetaran, segera menutup mulutnya. Sedangkan Saimon, sangat takut, seketika langsung melakukan pembuangan dalam jumlah besar, membuat Monica merasakan kekuatan dampak di tubuh bagian dalam, dan seperti akan pingsan, tapi karena terpikir Jacky yang berada di luar, mendadak dengan suara terengah berkata.
"Saimon cepat gendong bibi ke atas ranjang, dan simpan tikar ini."
Saimon menjadi marah, dan memaki, Jacky kenapa datang di saat seperti ini, bajingan ! Dia khawatir Fifi yang sendirian berada di luar akan mengalami kerugian, jadi langsung mengendong Monica ke atas ranjang, menutupinya dengan selimut, lalu dengan cepat memakai celana, berjalan ke pintu keluar kamar.
"Ah, Jacky, apa yang ingin kamu lakukan ?" Fifi menjerit kaget di luar.
"Apa yang akan ku lakukan ? Melihat wajah merah merona mu, aku jadi tertarik, biarkan aku memiliki mu." Sambil berbicara, tangan Jacky menjelajahi paha Fifi, "oh, benar telah basah. Dugaan ku, Monica tidak mungkin sedang berzinah di dalam kan ? sialan, aku tidak ingin itu terjadi, ini namanya berzinah, aku ingin lihat siapa pria yang di cari oleh wanita nakal ini !"
"Tidak boleh, kamu tidak boleh masuk ke dalam !"
Monica dan Saimon di dalam sedang bercinta, mana mungkin membiarkan Jacky melihat mereka, Fifi meregangkan tangannya, menghadang di depan pintu, tidak membiarkan Jacky masuk ke dalam.
"Hehe, tidak membiarkan aku masuk ? Haha, kalau begitu bagus, hari ini aku ingin bermain dengan mu, apa yang di lakukan kakak mu di dalam, kita lakukan juga di luar, hihi, gadis nakal seperti mu lebih cantik dari pada kakak mu."
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuWahai Hati
JavAliusDemanding Husband
MarshallLove at First Sight
Laura VanessaYama's Wife
ClarkPenyucian Pernikahan
Glen ValoraTakdir Raja Perang
Brama aditioHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)