Hei Gadis jangan Lari - Bab 40 Jessline

”Ah, dokter jenius itu mengatakan bahwa harus perawan baru bisa.”, kata Fifi yang terbengong.

“Apanya yang perawan atau tidak. Bagaimanapun juga, kamu harus melakukannya dengan Saimon, bukan?” Tadi dikarenakan Nikita yang berada di samping memandu, membuat Monica bingung. Sekarang barulah tersadar.

Setelah mendengarkan perkataan Monica, Fifi sedikit bingung. Ini barulah terpikir, meskipun dia memiliki perawan atau tidak, dia tetap harus bersama dengan Saimon. Hasil pemeriksaan dokter jenius itu tidak berarti sama sekali.

“Kak, dokter jenius itu...”

“Dokter jenius apaan! Dia ingin mendapatkan keuntungan darimu. Aku berpikir mengapa si Nikita ini begitu baik mencarikan dokter untuk Saimon, ternyata memiliki niat buruk dibelakangnya!” Monica akhirnya mengerti.

“Hah? Untung saja Saimon tidak membuka celananya. Jika tidak, maka kita termakan tipuan Nikita.” Fifi mengerutkan dahi, kemudian lanjut berkata, “Apakah keperawanan yang dikatakannya memang dapat mengobati penyakit Saimon?”

“Ini aku belum pasti juga. Dokter jenius itu berkata seperti sangat nyata. Aku lihat, lebih baik cepat daripada lama. Lagipula, cepat atau lambat, kamu tetap menjadi milik Saimon. Coba saja, jadi atau tidak pun, kita tidak rugi.”, kata Monica dengan ketus.

“Benar, aku dan dia akan.......”

Saat Fifi baru saja mengatakan ingin melakukannya dengan Saimon, dia pun melihat Saimon yang terbengong melihat bagian bawahnya dan langsung tersadar bahwa bagian bawahnya setengah telanjang. Kemudian, dia pun berteriak kencang dan mau menaikkan celana, tetapi tangannya ditarik oleh Monica.

“Kamu bodoh ya? Ini Saimon lagi ada feel, cepatlah lakukan.”

Fifi seketika mengerti dan mendengarkan perkataan Monica dan melepas habis bawahannya. Sekarang bawahannya telanjang bulat, Saimon yang melihat itu pun terbengong dan meneteskan air liurnya.

“Saimon, apakah bagian Bibi yang ini bagus? Apakah kamu menginginkannya?” Fifi memandu penunjuknya ke bagian bawahnya.

“Bagus Bibi, Bagus! Saimon suka.” Saimon berkata dengan ekspresi bego. Dia tidak berpura-pura, dia memang sedikit idiot sekarang. Siapapun yang melihat pemandangan menggoda ini pun pasti terbengong.

“Kalau begitu, Saimon ikut Bibi ke atas tempat tidur ya. Bantu suntikkan Bibi.”

Fifi berkata sambil menggandeng tangan Saimon dengan hati-hati ke tepi tempat tidur.

Monica yang melihat Fifi sudah memandu Saimon dengan perlahan ke tepi tempat tidur, dia pun segera menutup pintu kamar. Dia berjaga di depan tempat tidur sambil mengawasi gerak-gerik Fifi.

Meskpun dikatakan agak sedikit tidak enak melihat adik perempuan sendiri melakukan hal itu dengan pria, tetapi ini sedikit khusus. Saimon sedikit tidak wajar, jadi takut terjadi sesuatu.

“Saimon pintar, sini suntikkan ke Bibi. Begitu suntik, maka penyakit akan segera sembuh.” Penyakit yang dikatakan Fifi adalah penyakit idiot ini.

“Bokong ini sangat besar dan putih, Saimon ingin memakannya.”

“Oh? Ternyata Saimon suka dengan bokong besar Bibi ya. Jika begitu, Saimon harusnurut dan suntikkan Bibi, maka Bibi akan membiarkan Saimon mengigit bokong besar dan putih Bibi ini, ya?”

Fifi sambil berbicara pun sampai ke tempat tidur, kemudian tergeletak di atasnya. Dia sangat khawatir dengan tindakan selanjutnya Saimon.

Monica yang melihat keseluruhan urutan peristiwa, melihat adik perempuannya tinggal memasuki tahap terakhir dengan Saimon, seketika hatinya terasa kosong. Dia terpikir dengan dirinya kemarin malam yang ingin melakukan itu dengan Saimon ...., seketika dia merasa bersalah kepada Fifi. Dia terus mengingatkan dirinya bahwa Saimon adalah adik iparnya, tidak boleh berpikir sembarangan.

Meskipun dia terus mengingati dirinya, tetapi di kepalanya telah mengkhayal. Dia berkhayal yang sedang tertidur di tempat tidur itu adalah dirinya sendiri. Matanya pun tertutup, kedua kakinya pun merapat.

Dia seperti melihat Saimon sedang berada di atasnya. Sangat bertenaga, seperti Nikita yang memperlakukannya. Perasaan ini membuatnya tidak tahan untuk mendesah dan memanggil nama Saimon.

Tetapi ketika ketika dia sudah mau mencapai puncaknya, tiba-tiba Fifi berteriak kencang, “Saimon, kamu mau kemana? Cepat kembali!”

Monica seketika sadar, selanjutnya dia melihat Saimon melompat turun dari kasur dan berlari ke pintu keluar. Dia pun dengan segenap tenaganya menahan Saimon.

Tetapi siapa yang tahu begitu berdiri, tiba-tiba bagian bawahnya merasakan suatu kepuasan. Kemudian kedua kaki yang tadinya merapat tiba-tiba bergetar. Ternyata ini bisa membuatnya merasa seperti terbang ke lapisan awan di atas.

Ketika Monica sedang menikmati kepuasan di tubuhnya. Namun saat Saimon datang tiba-tiba, dia pun menahan perasaan itu dan menahan Saimon. Akan tetapi, dia tidak memiliki kekuatan. Begitu ditabrak Saimon, dia pun terjatuh ke lantai. Saimon dengan sigap menahan bokong besarnya dan kemudian lari dengan ekspresi bodohnya.

“Kak, kamu tidak apa-apa kan. Apa yang terjadi, mengapa wajahmu begitu merah?” Fifi yang melihat kakak perempuannya jatuh, dia pun tidak kepikiran lagi dengan Saimon.

“Oh. Kakak, ini kakak panas.” Monica takut Fifi mencurigai sesuatu, kemudian mengalihakn pembicaraan dengan bertanya, “Ada apa dengan Saimon? Bagaimana bisa penyakitnya kambuh dan dia kabur begitu saja?”

Begitu membicarakan hal ini, wajah Fifi sangat kasihan, dengan tersedak berkata, “Kak, apakah Saimon tidak menyukaiku? Nikita yang menggodanya sekali, dia langsung tertarik. Aku sudah membuka celanaku, tetapi dia kabur juga. Huhuhu...”

Mendengar perkataan adik, Monica tahu sesuatu. Adiknya pasti melakukan kesalahan yang membuat Saimon tersinggung dan tidak tertarik.

“Jangan berpikir bodoh, adikku. Saimon itu menyukaimu. Jika tidak, dia tidak akan menjagamu.”

“Benar, tapi....”

“Aku menebak pasti kamu di bagian mana berbuat kurang bagus, makanya membuat Saimon kambuh.” Monica menjelaskan.

Ketika Monica dan Fifi sdang menganalisis alasan di balik kegagalan ini, Saimon yang sudah kehabisan akal pun kabur dari desa. Dia berpikir tadi hampir saja tidak bisa menahan, hatinya sedikit takuy.

Dia berpikir kejadian tadi, berpura-pura bodoh melakukan hal itu dengan Fifi, itu bukanlah suatu ide. Jika begini terus, maka Fifi akan berpikir bahwa dirinya tidak menyukainya dan menjadi depresi atau sebagainya, maka itu akan menjadi masalah. Sepertinya harus segera membereskan masalah si brengsek, Jacky dulu.

Saat dia sedang berpikir, dari kejauhan dia melihat ada dua orang yang sedang berjalan kemari. Itu sepasang wanita dan pria, setelah dilihat lebih teliti, ternyata itu Jacky dan........ Adik perempuannya, Jessline!

Jessline ini seumuran dengan Saimon, adik yang lahir saat Ayah Jacky sudah sedikit berusia. Gadis itu sekolah di luar desa. Dia tidak akan terlihat di desa ini, kecuali hari libur. Jika saja dia tidak berjalan dengan Jacky, mungkin Saimon tidak bisa mengenali gadis itu.

Melihat kedua orang itu mengobrol ceria sepanjang jalan, Saimon berpikir sesuatu. Dia berpikir si Jacky ini mengapa tidak ada di rumah selama dua hari ini. Ternyata pergi menemani adik tersayangnya.

Meskipun si Jacky ini si penjahat di desa, tetapi dia sangat menyayangi adik perempuannya itu. Kedua orang tua Jacky meninggal di waktu yang cepat, bisa dikatakan bahwa Jacky lah yang membesarkan Jessline dengan susah payah dan telah menganggapnya seperti anaknya sendiri.

“Eh, Kak, sejak kapan desa kita ada seseorang yang idiot?”, kata Jessline sambil menyiniskan matanya ke arah Saimon.

“Dia? Oh, kamu tidak mengenalinya ya. Dia adalah Saimon.”, jawab Jacky.

“Saimon? Me, mengapa menjadi idiot begini?” Jessline terkejut sampai membesarkan matanya. Yang dia tahu bahwa Saimon adalah seseorang yang cerdik dan pintar. Setengah pria di desa ini pun tidak sebanding dengannya.

“Aizz. Siapa yang tahu, mungkin ini balasan karena sering berbuat jahat.”

Jacky tidak ingin adiknya tahu terlalu banyak mengenai Saimon, dia pun menariknya dan melewati Saimon,

“Br*ngsek, B*ngke, aku terkena karma? Yang seharusnya terkena karma itu kamu tahu! Dasar br*ngs*k yang tidak punya ot*k!” Saimon mencaci maki di belakang mereka.

Melihat bokong Jessline yang bergoyang kesana-kemari, hatinya berpikir cara berjalan wanita yang sekolah di luar itu berbeda dengan gadis di desa. Itu sedikit menggoda. Ketika dia berbalik untuk pergi, tiba-tiba dia terpikir satu hal.

“B*ngsat. Oh iya, bagaimana jika aku melakukan hal itu kepada adik tersayang Jacky? Si Jacky pasti sangat marah!”

Kilas balik saat kecil dimana Jessline selalu bermain nikah-nikahan dengannya, Saimon berpikir hal ini akan berhasil.

Dia pun memukuli pantatnya dan dengan bodoh-bodoh berlari mengejar bayangan Jacky dan Jessline. Dia harus mencari muka dulu di depan Jessline, memberikan kejutan kepada Jacky.

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu