Hei Gadis jangan Lari - Bab 50 Ingin tapi Takut

Saimon, yang bersembunyi di kegelapan di kejauhan, mendengarkan percakapan keduanya, hanya merasa musim semi benar-benar tiba, berpikir kalua dia benar-benar bisa memiliki Bibi Monica, dia merasakan darah mendidih di sekujur tubuhnya, dia merasa beruntung hari ini tidak mengurus Jessline si gadis kecil itu, kalau tidak, menggunakannya tanpa mandi, bukankah itu akan menodai Bibi Monica?

“Ah, Fifi, tapi Kakak agak takut sekarang.” Kata Monica ragu-ragu.

“Hm? Kakak, apa yang harus ditakuti? ” tanya Fifi tidak yakin, dia tidak keberatan jika kakaknya akan bergabung dengan Saimon duluan, apa lagi yang dia takuti.

"Adiknya Saimon benar-benar terlalu besar, kamu tahu situasiku, pertama kalinya dengan si bajingan Jacky, aku tidak jauh berbeda dengan milikmu, Saimon bodoh, dia tidak tahu keras lembut, kalau dia memperlakukan aku seperti dia memperlakukan Nikita, aku akan mati kesakitan.” Kata Monica malu-malu.

Setelah mendengarkan Kakaknya, Fifi mengerutkan kening, apa yang dikhawatirkan kakaknya juga apa yang dia khawatirkan, dia tiba-tiba iri pada Nikita saat ini, bahkan dia tidak pada Saimon, sungguh bahagia.

Saimon di kegelapan mendengarkan alasan kenapa mereka berdua ragu-ragu, ternyata itu karena dia terlalu besar, mengutuk di dalam hatinya, kedua Bibi khawatir, itu benar-benar tidak perlu, wanita lain ingin pria yang adiknya besar, mereka malah khawatir karena terlalu besar.

Tapi, ini juga menunjukkan kalau kedua bibinya polos, tidak tahu banyak tentang pria dan wanita, ini membuat keinginan Saimon untuk melindungi menjadi lebih besar, tidak boleh mengecewakan kedua bersaudara tersebut.

"Itu juga, bagaimana kalau..." Mata Fifi berputar, "Kita ikat Saimon, aku akan menekannya di atasnya, dengan begitu, terserah kamu untuk memutuskan masuk sebanyak apa, kalau sakit, pelan-pelan, kalau tidak, lanjutkan, bagaimana?"

Kata-kata Fifi membuat Saimon yang sedang menguping mimisan, selama Bibi Monica bisa disuntik, jangankan mengikatnya, cukup menutupinya dengan selimut dan hanya menyisakan barang yang berguna di luar juga boleh.

“Kalau begitu, kalau begitu, bukankah kamu harus melihat di samping?” Kata Monica malu.

“Ah, Kak, kamu kepepet hingga melakukannya dengan tangan, kamu masih peduli tentang ini? Selain itu, ketika Saimon dan aku melakukannya, bukankah kamu juga harus ada di samping?” Fifi membujuknya.

Mendengar kata-kata Fifi, Monica ragu-ragu sesaat, berpikir setiap kali Fifi ingin berhubungan dengan Saimon, dia juga menontonnya, simpul di hatinya langsung terlepas.

"Baiklah kalau begitu, Fifi, jangan salahkan Kakak merebut Saimon, Kakak juga tidak tahu apa yang terjadi akhir-akhir ini."

“Baiklah, Kak, jangan bicarakan itu, selagi Saimon sedang tidur sekarang, ayo cepat, biarkan kamu makan puas malam ini.” Kata Fifi, menarik Monica ke dalam rumah, merasakan masih ada sedikit kelembapan di tangan Monica, di dalam hati berkata Kakaknya benar-benar menahan diri hingga rusak.

Pada saat ini, Saimon sudah berbaring di tempat tidur lagi, berpura-pura tidur, mendengar langkah kaki yang berantakan, dia tertawa bahagia di dalam hati.

Segera, kedua kakak adik itu memasuki kamarnya, melihat Saimon sedang tidur, Fifi berbisik pada Monica, "Kak. Lihat Saimon masih tidur, kamu perhatikan dia, aku akan mengambil tali."

Katanya sambil berbalik dan pergi, dan Monica, perasaan nyaman barusan masih belum hilang, melihat Saimon tertidur, yang masih menggunakan selimut, dia gatal, secara naluriah menempelkan kakinya.

Dia tidak bisa menunggu tali Fifi, menelan ludah, berjalan menuju tempat tidur, tangan kecilnya jatuh langsung ke selimut Saimon, Saimon yang nyaman hampir tidak melompat.

"Saimon, adikmu ini sangat besar, Bibi suka dan takut, nanti kamu tidak boleh sembarangan menggunakan tenaga ya, Bibi takut." Gumam Monica, membuat Saimon meledak dengan darah binatang buas.

Fifi akhirnya datang, "Kak, ini, cepat ikat Saimon."

Dengan kerja sama yang disengaja Saimon, dua kakak adik itu mengikatnya dengan cepat, Fifi berkata dengan wajah memerah, menatap Saimon yang diikat.

"Kak, jangan tercengang lagi, cepat buka celana dalamnya."

Hal ini sudah dilakukan sampai di sini sekarang, Monica tidak malu-malu lagi, langsung melepas celana Saimon, kemudian si pria besar itu melompat keluar.

"Ya, Kak, Saimon tidur saja sebesar ini, kamu cepat duduk di atasnya selagi kamu masih basah, agar tidak sakit kalau kamu terlalu kering nanti."

“Fifi, bantu aku untuk menahannya, jangan biarkan dia jatuh, aku akan duduk sekarang.” Monica juga sedikit khawatir.

Sst... Kemudian barangnya Saimon ditangkap oleh tangan kecil Fifi yang dingin, tidak bisa menahan hawa dingin, benar-benar nyaman, dingin, mati rasa, membuatnya tidak bisa menahan menggigil dengan nyaman.

"Kak, cepat, nanti Saimon semakin besar, kalau tidak masuk, kamu bisa mati kesakitan nanti." Fifi mendesaknya, melihat Saimon yang semakin besar, dia juga sedikit berharap.

“Fifi, kamu, kamu tahan ya, aku, aku datang!” Monica tampaknya sudah mengambil keputusan dan tiba-tiba duduk.

Aduh...

Kemudian Saimon berteriak kesakitan.

Membeku beberapa saat, bangun duduk dari tempat tidur, di dalam hati berkata, Bibi, tulus sedikit boleh tidak, tepat sasaran sedikit, pantat besar ini, hampir saja mendudukinya hingga patah.

Melihat rasa sakit dan keringat Saimon di sekujur tubuh, kedua kakak adik itu sangat takut sehingga mereka bergegas untuk melihat barang Saimon.

"Sai, Saimon, kamu baik-baik saja, kan, sakit tidak?"

Barang Saimon hampir hancur, apa bisa tidak sakit?

“Kak, bagaimana kalau lupakan saja, pantatmu mendudukinya, Saimon kesakitan hingga keringat dingin, aku khawatir itu tidak bisa digunakan hari ini.” Kata Fifi menyarankan.

“Hm, kalau begitu, ayo cepat pergi, Saimon, kamu tidur baik-baik.” Monica memandang Saimon dengan rasa bersalah, sepertinya dia harus menahannya lagi hari ini.

Melihat kedua kakak adik itu pergi, Saimon langsung meringkuk menjadi udang kering, benar-benar hampir patah.

Waktu berlalu, keesokan paginya, karena menyebabkan rasa sakit pada Saimon tadi malam, Monica bangun dan mendatangi Saimon untuk melihat-lihat, melihat apa ada masalah besar, dia menepuk dadanya dengan rasa takut.

Setelah makan, Fifi mengeluarkan tali lagi, ingin mengikat Saimon dan menyeretnya ke tanah, tapi Saimon dan Angel baru saja membahas bisnis untuk mencari uang kemarin, hari ini harus mengikuti Andy ke kota untuk mengetes air, bagaimana bisa dia pergi kerja dengannya, dia akan berlari keluar.

Tapi saat ini, ketika melihat Jessline si gadis memasuki rumah, dia sedikit tertegun, gadis kecil ini tidak benar-benar terlalu terkejut dengan kekuatannya sendiri, jadi dia datang lagi pagi-pagi.

Dan menyaksikan Jessline masuk ke rumah, kedua kakak adik ini mengerutkan kening, berkata dalam hati mereka, gadis ini berani datang? Apa jangan-jangan dia tidak tahu hal buruk apa yang dilakukan Jacky?

Tentu saja Jessline tidak tahu hal-hal buruk yang dilakukan Jacky, bagaimana mungkin Jessline, kesayangan Jacky, mengambil inisiatif untuk menceritakan apa yang sudah dilakukannya.

“Kakak-kakak, aku datang mampir.” Jessline masuk ke kamar sambil tersenyum, meskipun dia memanggil kakak, tapi matanya terus menatap Saimon, terutama posisi celananya.

Dia memikirkannya sepanjang malam kemarin, Kakak iparnya benar, hal terpenting dari pria adalah kegunaannya!

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu