Hei Gadis jangan Lari - Bab 23 Suntik
Melihat gaya Fifi, Saimon menelan ludahnya, dia ketakutan, kali ini Bibi benar-benar sangatlah aneh, “Ah, tidak, tidak, Saimon takut, tidak mau suntik!”
Suara Saimon sangat kuat, dia tahu bahwa saat ini harus membiarkan Monica menyadarkan Fifi, kalau tidak Fifi benar-benar akan melakukan sesuatu.
“Ah, Fifi, apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan, lepaskan……” Monica yang mendengar teriakan Saimon segera bergegas masuk, melihat wajah Fifi yang tergoda dengan barang itu, dengan terburu-buru memeluk tubuh Fifi, lalu mengguncangnya dengan keras, “Fifi, Fifi! Sadarlah, sadarlah”
Fifi dengan segera tersadarkan, melihat dirinya sedang memegang itunya Saimon, dia terkerjut lalu berteriak, dan langsung melepaskannya, “Kak, Kak, ini, ada apa ini?”
Monica menghela nafas, memeluk Fifi lalu berkata, “Kamu sudah terlalu banyak tekanan, jadi dikendalikan oleh iblis. Fifi, kamu berpikirlah lebih terbuka, jangan terlalu stres, cepat atau lambat Saimon akan menjadi milikmu, siapapun tidak bisa merebutnya. Biarlah Saimon beristirahat hari ini, besok kakak akan membantumu menangani Saimon.”
Sekarang Fifi mengerti apa yang terjadi pada dirinya tadi, kemudian dia langsung menangis, “Kak, aku tidak ingin Saimon mati, aku ingin menikah dengannya.”
“Kakak mengerti, Saimon tidak akan mati, setelah menyembuhkan penyakit Saimon, aku akan membiarkan kalian menikah, oke?” Monica membohongi Fifi.
Saimon memandang Fifi terkendalikan oleh iblis karena dirinya, didalam hatinya sangat sedih, sekarang dia baru mengetahui seberapa dalam perasaan Fifi kepada dirinya, melihat Monica terus menghibur Fifi, Saimon dengan segera memakai celana lalu melompat turun dari kasur dan memeluk mereka berdua.
“Bibi tidak nangis, Saimon patuh, Saimon tidak akan membuat Bibi nangis.”
Kemudian ketiga orang itu berpelukan, menyium wangi wanita yang terpancar dari tubuh Bibi, Saimon sama sekali tidak memiliki keinginan, hanya ada tanggung jawab dan rasa bersalah.
Meskipun begitu banyak perubahan yang terjadi dalam 2 hari ini, tetapi kita harus melihat ke depan, tanaman diladang telah ditinggalkan selama beberapa hari, jika tidak membersihkannya lagi, takutnya rumput akan lebih banyak daripada jagung, setelah selesai menghibur Fifi, sekeluarga makan bersama, dan kakak beradik membawa Saimon turun ke ladang.
Di perjalanan, Saimon melihat tali yang diikat dipinggangnya, didalam hati tak berdaya, kedua bibi takut dirinya akan hilang, jadi mereka mengikatkan dirinya dengan tali.
Ketiga orang berjalan dijalan sangatlah menarik perhatian, kedua gadis cantik membawa seseorang yang bodoh, ini bisa menjadi percakapan sebelum dan sesudah makan didesa kecil yang membosankan ini.
Memasuki ladang jagung, Fifi mengikat salah satu ujung tali ke tangannya sendiri, kemudian membungkuk, memegang cangkul lalu mulai mencangkul, membunguk dan menekuk kaki, memperlihatkan bokong yang besar, ini membuat Saimon menelan ludah, lalu berkata dalam hati, Bibi sedang menyiksaku atau melindungiku.
Gaya bokong Fifi yang bergerak, awalnya Saimon masih bisa menahannya, tetapi kemudian, Saimon sedikit tercengang, tubuhnya mulai panas, tubuh yang mengikuti bekakang bokong Fifi tanpa sadar berjalan kedepan.
Fifi sedang membungkuk mencabut gulma, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mendorong bokongnya, begitu berbalik melihat Saimon melihat bokongnya dengan terbodoh, lalu benda itu menyentuh tubuhnya.
Fifi yang terkejut langsung menutup mulutnya, mengangkat kepala lalu melihat Monica yang menundukkan kepala untuk mencabut gulma didepan, dia menelan ludah, matanya tertegun, lalu berkata dengan suara kecil.
“Apakah Saimon menyukai bokong Bibi, dan ingin menyuntik Bibi?”
Saimon hanya merasa kebingungan dikepalanya saat ini, didalamnya kosong, seperti benar-benar bodoh, mendengar perkataan Fifi, secara naluriah berkata.
“Bokong besar, bokong besar, sangat lembut, sangat lembut, Saimon ingin memakannya.”
Fifi yang mendengar perkataan Saimon, langsung tersipu malu, memikirkan lagipula harus melakukannya dengan Saimon besok, dan pada saat ini Saimon sudah menginginkannya, jika tidak memberikannya sekarang saja, kalau tidak besok Saimon mulai bodoh lagi, dan tidak menurut akan merepotkan.
“Baik, Saimon ingin makan, maka Bibi akan memberikanmu. Apakah masih ingat bagaimana cara menyuntik semalam? Nanti Bibi akan melepaskan celana, dan kamu seperti semalam berbaring diatas tubuh Bibi, oke?”
Fifi berkata lalu menegakkan pinggangnya, tangan kecil menyentuh kemari, merasa itu-nya keras, didalam hati Fifi sedikit takut.
“Suntik, Saimon akan menyuntik Bibi, suntik.”
“Ya, baik. Bibi akan melakukannya untuk Saimon dulu, begitu Saimon sakit, Bibi akan membiarkanmu menyuntik, oke?” Fifi berkata lalu langsung melepaskan celana Saimon, meskipun bukan pertama kalinya berjumpa, tetapi berjumpanya lagi masih terasa sangat berdampak.
Tangan kecil Fifi dengan canggung meniru gaya Nikita, mengutak-atik barang Saimon dengan lembut, pada saat ini pikiran Saimon kosong, menatap Fifi dengan terbodoh, bahkan tidak merasakan kenyamanan bagian bawah tubuhnya, tetapi dia secara naluriah membesar.
“Sudah, sudah, Saimon lihatlah kamu benar-benar sakit.” Fifi berkata dengan gembira ketika melihat milik Saimon membesar.
“Saimon sudah sakit, suntik, suntik.”
Mendengar Saimon tahu untuk mencari lubang, Fifi sangat gembira, dengan ringan melepaskan tali pinggang, dan berkata dengan menggoda.
“Saimon patuh, datang dan berikan suntikan kepada Bibi, Bibi jauh lebih baik daripada Nikita, bengkaknya akan hilang begitu Saimon masuk.”
Ketika Fifi berbicara, suaranya bergetar, disatu sisi dia sangat ingin masuk dengan cepat, namun dia khawatir tentang itu, disisi lain, khawatir ini adalah pertama kalinya, membiarkan Saimon memperlakukan dirinya seperti Nikita, tubuhnya mungkin tidak akan tahan.
“Suntik, suntik, Saimon ingin suntik, hihi.”
Ketika Saimon bergumam dengan bodoh, Fifi mengertakkan giginya dan langsung melepas celananya, menampakkannya diladang jagung ini.
Dibawah perut bawah yang mulus, sepasang paha ramping, kulit seperti giok, bagian tengah bahkan lebih indah, seperti tulang bunga yang sedang tumbuh, membuat Saimon yang terjebak dalam kebodohan itu secara naluriah menelan ludah.
Tatapan mata panas Saimon yang seperti pisau tetuju disepasang kaki Fifi, membuat tubuhnya tidak bisa menahan untuk gemetar.
“Suntik, suntik.”
Saimon berjalan maju secara naluriah, melihat Saimon sedikit demi sedikit mendekatinya, Fifi tanpa sadar mulai gugup.
“Benar, Saimon berjalan maju, berjalan lagi sudah bisa menyuntik Bibi.”
Fifi bahkan sudah membayangkan aksi kuat Saimon ditubuhnya, tetapi ketika Saimon selangkah lagi sudah dapat menyentuh dirinya, tiba-tiba terdengar suara Monica dari belakang badan.
“Fifi, apa yang kalian lakukan?”
Novel Terkait
His Soft Side
RiseCinta Tapi Diam-Diam
RossiePejuang Hati
Marry SuMenaklukkan Suami CEO
Red MapleAwesome Guy
RobinEverything i know about love
Shinta CharityGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)