Hei Gadis jangan Lari - Bab 14 Keputusan Nikita
Dibalik batu bata di belakang rumah Tommy, Angel segera membaringkan Saimon, Angin di musim panas ini membuat membuat Saimon selalu mengeluarkan beberapa patah kata.
Melihat tempat yang dipilihkan Angel, sungguh keterlaluan, dia pun tidak khawatir sedikitpun akan dipergoki oleh Tommy.
Angel tidak mengetahui bahwa di Bodoh Saimon ini, begitu datang sudah memiliki beberapa pemikiran, saat itu pandangan Angel tertuju pada Saimon.
Tangannya merangkul, membuat Saimon merasa nyaman.
Ketika Saimon mulai menggoyankan pinggulnya, memperhatikan pelan di hadapan wajah Angel, mulut Angel terbuka dan mengeluarkan suara mendengus ……
Kehangatan itu seketika membuat Saimon tegang, merasakan beberapa getaran tubuhnya sedang bereaksi.
Saat Saimon sedang menikmatinya, tiba-tiba sepasang tangannya meraba bagian belakang Saimon, saat itu matanya pun terbuka.
“Tidak usah takut Saimon, Jika Bibi menekan, kamu langsung masukkan. Jika bibi menarik ke luar, kamu langsung keluar, paham?”
“Oh …..”
Pikiran Saimon hanya satu, meminta sesuatu itu dikeluarkan, kemudian dia merebahkan Angel di lantai, melakukannya secara bergairah.
“Oohh ……”
Saat Saimon menyerukan Oh, Angel memeluknya erat.
Saat keduanya saling berpelukan, Angel kemudian menepuk Saimon : “Bagaimana Saimon? Merasa lebih bergairah dan berguna? Kami sungguh hampir saja menggencatku.”
Saat ini, Saimon sudah beristirahat sebentar dan kemudian berusaha mengembalikan nyawa nya, kembali berpura-pura menjadi orang idiot.
“Hehe, enak, berguna, mau lagi.”
Saimon berbicara sambil menggerakkan tubuhnya, merasakan Saimon sudah kembali seperti biasa, saat itu juga, dia segera melepaskan Saimon.
“Saimon, lain kali Bibi akan membuatmu lebih bergairah lagi ya, kalau sekarang, Bibi sudah tidak kuat.”
“Ohya, jangan pernah kamu sampaikan hal ini kepada Bibimu, paham? Kalau sampai dia tahu, Bibi Angel tidak akan mau bermain dengamu lagi.” Pesan Angel.
“Hehehe, tidak akan bilang, tidak akan bilang.”
Setelah selesai, Saimon menggunakan pakaiannya, kemudian berlari ke arah luar, meninggalkan Angel sendiri memberisihkannya.
Selain itu, Jacky yang pulang dengan kondisi yang kurang normal, sedang di introgasi oleh Nikita.
“Kamu ini kenapa, bukannya pergi mengantarkan uang? Lalu kenapa sampai berdarah begini?”
“Tidak tahu, pasti si anak gila itu!” sebenarnya Jacky tidak mengetahui siapa yang melemparkan batu padanya, dia asal saja menyebut Saimon.
“Huh, melakukan hal yang tidak wajar, apa akan mendapat balasannya?.” Ujar Nikita.
“Dia tidak akan lolos sehari pun dariku, aku pasti akan menemukan dan menghabisinya!”
Mendengar pernyataan Jacky, dan juga mengingat kondisi Saimon, dia akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan, “Kita lupakan saja lah, lagipula dia kan memang tidak waras, sekalipun dia tahu bagaimana kematian ayahnya, dia juga tidak akan melakukan apapun padamu.”
“Tidak! Dia hidup dari hari ke hari membuatku tidak nyaman, semua akan aman jika telah tewas.” Tiba-tiba Jacky memiliki tatapan lain.
Nikita yang melihat Jacky seperti tidak menghiraukannya, nada marahnya mulai meninggi, “Kamu ini sebenarnya kenapa Jacky? Sebenarnya daritadi mendengarkanku atau kenapa, kalau bukan karena kakakku, bagaimana mungkin kamu masih bisa berasa di Desa Zhao ini dengan aman menjadi Kepala Desa!”
Suara tinggi Nikita mengejutkan Jacky, Jacky menggerutu dalam hati melihat wajah marah Nikita, kalau saja bukan karena kakakmu sebagai Kepala Biro Keamanan Masyarakat, aku tidak akan mungkin bertahan denganmu lagi!
Rasa kesal Jacky tak tertahankan lagi dengan ditambahnya melihat Nikita yang keras kepala, “Kamu itu kenapa Nikita? Sudah diapakan dengan kamu dengan si gila itu? Atau kamu masih ingin melanjutkan sesuatu dengannya? Belum tentu sekarang masih bisa atau tidak!”
Nikita semakin menjadi-jadi mendengar pernyataan Jacky, “Ok, kamu benar-benar sudah berani mengajakku bertengkar, istrimu ini hampir tidak pernah dengan Saimon, kenapa? Istrimu ini lebih berguna, kenapa?”
Apa yang dikatakan Nikita adalah benar, dia hanya mengasihani Saimon, selain itu memang saat itu Saimon pernah membuatnya merasakan kebahagiaan yang belum pernah ditemuinya, dan beberapa hari belakangan ini, selalu memimpikan Saimon.
“Kamu! Nikita! Sampai kamu berani bermain gila dan menyelingkuhiku, jangan salahkan aku kalau aku berpaling!” Jacky murka.
“Huh! Aku memang mau menyelingkuhi kamu, kenapa? Sama seperti kamu yang sudah menyakiti wanita desa ini, lalu apa aku tidak boleh mencari yang lebih baik?”
Setelah Nikita selsai menyampaikan padanya, dia kemudian pergi berdesus.
Jacky sangat emosi melihat bayangan bayangan Nikita yang pergi menjauh, Kurang ajar, ada apa dengannya hari ini! Tapi, dengan begini dia semakin yakin untuk menghabisi Saimon.
Sejenak ia duduk, kemudian kembali marah dan lingling, tidak bisa! Aku harus menyuruh si Codet itu untuk membunuh Saimon, hanya dengan begitu dia akan tenang.
Selain itu, Nikita pun telah penuh dengan emosi dan obsesinya pergi menuju rumah Monica. Nikita sudah mengutarakan semuanya, dia pun tidak khawatir sedikitpun, dan tetap mencari Saimon.
Jacky, kamu sudah bebas bermain diluar sana dengan wanita-wanita, dan merendahkan semua lelaki disini, lalu kenapa aku tidak boleh mencari si bodoh itu?
Monica dan Fifi sedang duduk memikirkan sesuatu di rumahnya, tiba-tiba melihat Nikita yang masuk ke rumahnya begitu saja, mereka pun saling tatap, dirinya membantin bagaimana bisa harimau betina ini kemari.
Nikita dan Jacky berbeda, meskipun Jacky adalah pemilik kekuasaan di desa ini, dan meskipun Nikita adalah harimau betina, tapi Nikita pun juga bisa melampiaskan amarahnya ke Jacky saat dirumah, dan tidak pernah sekalipun melampiaskan amarahnya pada warga desa sekitar, saat ini melihat Nikita dengan raut wajah emosi, nafas tersengal-sengal, Monica dan Fifi saling menatap bingung.
“Monica, mana Saimon?” Nikita bertanya langsung begitu masuk rumahnya.
Mendengar pertanyaan Nikita, kedua kakak beradik itu diam seribu bahasa.
Nikita memandangi mereka berdua, memang terlihat sangat cantik, kulitnya putih, pantas saja si kurang ajar Jacky itu selalu mengintainya, kembali melihat Monica, ternyata memang terlihat cantik, kalau begitu …. Mereka pasti memliki pembahasan yang sama.
“Wah, adik kakak ini jangan emosi terlebih dahulu, aku datang membawa kabar baik.” Nikita tiba-tiba berubah manis.
Perubahan ini tiba-tiba mengejutkan kedua kakak beradik itu, tapi respon Monica lebih terkesan stabil dan tenang, menunjukkan sesuatu isyarat kepada Fifi, “Fifi, ajak Kak Nikita masuk dan berbicara.”
Mendengar kalimat Monica, tatapan mata Fifi melirik sinis Nikita, “Huh! Ayo masuk, memang sepertinya kamu tidak ada apa-apa.”
“Itulah makanya! Kita semua wanita, apa yang mau aku lakukan, heihei ……”
Nikita begitu masuk rumah, lirikan matanya menatap kemana yang ia suka, tiba-tiba pandangan matanya tertuju pada satu ranjang besar, dia pun bertanya-tanya, bukankan setelah rumah Saimon runtuh, dia selalu tinggal di tempat Monica? Lalu kenapa hanya ada satu ranjang, dia pun kembali berpikir.
“Monica, kalian hanya memiliki satu ranjang besar, apakah kalian berdua dan Saimon tidur bersama selama tiga hari ini?”
Novel Terkait
Love at First Sight
Laura VanessaUangku Ya Milikku
Raditya DikaPernikahan Kontrak
JennyThe Sixth Sense
AlexanderWonderful Son-in-Law
EdrickPengantin Baruku
FebiMeet By Chance
Lena TanAdieu
Shi QiHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)