Hei Gadis jangan Lari - Bab 134 Bibi Jahat
Fifi tiba-tiba didorong oleh Saimon, secara naluriah ingin bangkit, begitu dia bangkit, menyentuh bagian bawah Saimon, dan langsung berseru.
“Ah, kak, kamu lihatlah, Saimon, sangat besar dan panas.”
Saimon tertekan dalam hati, sudah saat seperti ini, mengapa Bibi kecil masih takut, bukankah dia sudah beberapa kali melihat barang dirinya? Kapan bukan sebesar ini.
“Fifi, jangan takut, barang Saimon lebih besar daripada biasa, wanita menyukai yang seperti ini, apa kamu tidak melihat Nikita sering datang? Hanya sakit saat pertama kali, kamu menahannya sebentar dan semuanya akan berakhir.”
Monica berkata dengan susah payah, barang Saimon besar untuk dampak visualnya tidaklah sedikit, jika bukan karena hari ini harus membiarkan Saimon dan Fifi melakukan, melihat Fifi begitu takut dan menghindar, dia dari awal sudah tidak bisa menahan untuk menggantikan Fifi.
Hanya setelah pernah melakukan dengan barang besar Saimon, baru dapat mengetahui manfaat dari barang ini.
“Kak, aku takut. Kalau tidak hari ini sudahlah. Lagipula, Saimon juga akan pergi ke kota untuk berobat, tunggu ketika dia telah sembuh, aku baru melakukannya dengan Saimon.” Tangan Fifi menahan bawahnya, meskipun hati Saimon sangat terburu-buru juga tidak bisa memasukkannya.
“Ini, gadis ini, mengapa sudah sampai saat seperti ini malah berubah pikiran. Kamu lihatlah pembuluh darah Saimon sudah keluar, apakah dia bersedia?” Monica berkata dengan tak berdaya.
Saimon mendengar perkataan Fifi, juga ingin menangis tetapi tidak bisa, berkata dalam hati, mengapa Bibi kecil selalu berubah pikiran disaat yang paling penting, apakah dia sungguh begitu takut?
“Aku tidak, Bibi jahat, Bibi mencelakai Saimon, Saimon sudah sangat membengkak, Bibi tidak mau melakukannya, huhu…..” Saimon bergumam dengan bodoh, matanya penuh dengan “eskpresi menderita”, sepertinya jika tidak melakukan, itu akan meledak di detik berikutnya.
Fifi melihat ekspresi menderita Saimon, kemudian melihat pembuluh darah biru Saimon yang menonjol dibawah, lalu berkata dengan lemah kepada Monica.
“Kak, kalau tidak kamu gantikan aku saja, aku akan memperhatikanmu dan Saimon dari samping, agar lain kali aku sudah tahu harus bagaimana melakukannya.”
“Ah? Adik, kamu, mengapa sudah saat seperti ini dan kamu malah berhenti ditengah jalan.” Usul Fifi membuat Monica sedikit tergerak, tetapi merampas adik ditengah jalan seperti ini, wajahnya kurang lebih akan merasa malu.
Dan Saimon mendengar usulan Fifi, matanya langsung bersinar, berkata dalam hati Bibi kecil sungguh tidak bisa diandalkan, untungnya ada kehadiran Bibi Monica, dia diam-diam melirik reaksi Monica, melihat wajahnya sedikit kesulitan, tahu bahwa dia sedikit malu.
“Bibi, Saimon sakit, huhu, Bibi kecil sangatlah jahat, ingin membunuh Saimon. Wah, sakit sekali.”
Saimon melihat Fifi menutup dengan erat, mengetahui dirinya tidak bisa melakukannya, dia langsung berbaring di kasur dan berguling-guling, seiring tubuhnya yang bergerak, hanya dapat melihat tongkat merah terus berguncang di langit.
Melihat Saimon berguling dikasur dengan kesakitan, dalam hati Fifi sangatlah merasa bersalah, lalu berkata kepada Monica.
“Kak, kamu cepatlah, kamu lihatlah Saimon begitu menderita. Bukankah kamu mengatakan suka berhubungan dengan Saimon? Kamu anggap saja sedang membantuku, kalau tidak, Saimon tidak tahu akan ribut sampai kapan.”
“Dasar kamu, lihatlah kamu yang begitu tidak berguna, jelas-jelas sangat menginginkannya, tetapi setiap kali saat terakhir, membuatmu ketakutan sampai gemetar, dan masih membiarkanku membereskannya untukmu. Kamu takut terhadap apa, kamu menggertakkan gigi dan mencobanya lagi.” Meskipun Monica juga ingin segera berbaring di bawah Saimon, tetapi jika begitu mudah menyetujuinya, sepertinya sedikit tidak sabaran, setelah kejadian ini pasti akan ditertawakan oleh Fifi.
“Kak, kamu jangan menyalahkanku lagi, kamu lihatlah Saimon, ei, Saimon tidak boleh menggaruknya, itu akan berdarah…….” Fifi melihat Saimon menggaruk bagian bawahnya, langsung berseru.
“Huhu, Bibi tidak menyukai Saimon, Saimon tidak menginginkannya lagi, Bibi jahat.”
“Kak, kamu lihatlah Saimon, kamu gantikan aku saja.” Fifi sangatlah panik.
“Baiklah, kamu, kamu cepat turun, aku akan naik.” Monica melihat suasana panik Saimon hampir tidak terkendali, juga tidak bisa memikirkan wajahnya lagi, segera melangkah ke kasur.
Saimon melihat Monica akhirnya naik ke kasur, dalam hatinya sangat bahagia.
“Bibi, Bibi yang terbaik.” Saimon menuruni barang itu lalu merangkak ke arah Monica.
“Dasar bodoh, masih mengetahui Bibi baik.” Monica menyentuh Saimon, berkata dalam hati, Saimon sungguh menarik minat wanita, dan juga hanya wanita tak berpengalaman seperti Fifi yang akan takut sakit.
“Hihi, Saimon paling menyukai Bibi Monica.”
Saimon kali ini sungguh tidak bisa bersabar lagi, melihat Monica memanjat kemari, juga tidak bertele-tele lagi, sepasang tangan menarik celana Monica.
“Dasar bodoh, sudah pandai menarik celana wanita, sungguh hebat. Ah, pelanlah, celanaku sudah hampir robek.”
Terlepaskan, bagian indah dan halus Monica begitu diperlihatkan, Saimon langsung menatapi dengan bodoh, sialan, milik Bibi Monica adalah yang paling bagus.
“Saimon, jangan melihatnya lagi, cepatlah, kalau tidak kamu akan meledak.”
Monica berkata, Saimon masih belum sempat bangkit, dia telah mendengar Fifi yang sudah selesai mengenakan pakaian, berkata: “Ei, Kak, kamu lihatlah sudah betapa basahnya dirimu, lebih basah dariku, masih menolak, hihi………”
“Gadis ini, masih berani menertawakanku, jika bukan karena kamu berhenti ditengah jalan, apakah perlu aku yang menggantikanmu? Ei, Saimon, pelan-pelan…….”
Ketika Monica dan Fifi sedang berbicara, Saimon sudah memasukkannya.
“Saimon menyayangi Bibi, tidak akan kuat, hihi, Bibi Monica yang terbaik, huh, Saimon tidak mau suntik dengan Bibi kecil lagi.”
“Dasar bodoh, telah menemukan sarang dan langsung melupakan Bibi, iya? Bukankah hanya tidak membiarkanmu menyuntik? Huh!” Mendengar perkataan Saimon, Fifi menepuk bokong Saimon, kemudian mengamati dengan baik-baik.
“Saimon jangan menggigit puncak Bibi, Bibi sakit.” Monica melihat Saimon menundukkan kepala dan memakan puncaknya, segera berkata.
“Tidak, Saimon suka memakannya, Saimon memakan dan mendorong Bibi, hihi, Saimon sangat bahagia. Apakah Bibi bahagia?” Saimon berkata sambil bergerak.
“Dasar bodoh, ah, bagus, Bibi bahagia, sangat nyaman, Bibi ingin bersama Saimon selamanya.” Monica memeluk kepala Saimon dengan erat sambil bergumam.
Setelah mengucapkan beberapa kata, merasakan dalam Monica semakin basah, kekuatan Saimon semakin kuat, suara berhubungan terus terdengar, dan Monica juga tidak bisa menahan untuk menegakkan badan, menyambut Saimon dengan sekuat tenaga, merasakan kepuasan besar dari Saimon, tidak bisa menahan untuk bersenandung dengan lembut.
Dan Fifi yang sedang mengamati di samping begitu mendengar uara nyaman Monica, hanya merasakan seluruh tubuhnya sedikit panas, kemudian melihat Saimon yang menguburkan diri dalam kedua puncak Monica, pinggangnya terus bergerak, dalam hati berkata, apakah rasa ini sungguh enak?
Fifi benar-benar tidak bisa menahannya lagi, menundukkan kepala dan mengintip bagian dimana Monica dan Saimon berhubungan.
Hanya melirik sekilas, matanya langsung menjadi lebar.
Novel Terkait
Dewa Perang Greget
Budi MaThe Winner Of Your Heart
ShintaUnplanned Marriage
MargeryKisah Si Dewa Perang
Daron JayUntouchable Love
Devil BuddyKing Of Red Sea
Hideo TakashiPernikahan Kontrak
JennyHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)