Hei Gadis jangan Lari - Bab 192 Rasa kekeluargaan

Saimon melihat ekspresi wajah Icha yang tidak sabaran, ia sempat tertegun, wanita ini benar-benar sangat seksi, hanya sebentar saja, dua kakinya seperti banjir yang melanda.

Tapi ketika Saimon melihat Icha semakin gegabah, ia semakin santai, Saimon tersenyum nakal, mengulurkan tangannya meraba tubuh Icha dengan lembut, pelan-pelan jarinya bermain semakin ke bawah, menggeligitik dan membuat Icha semakin mendesah seksi.

“ Saimon, jangan main lagi, aku tak sanggup menahan lagi.”

“ heheh. Ini masih awal, kakak sudah tak tahan, masih ada semalaman, kalau sekarang aku berikan, apa lagi permainan kita?”

Saimon mencuri senyum, perlahan-lahan mengulurkan jarinya dan meraih kedua kaki Icha.

Icha menunggu aksi Saimon dengan tegang, tapi tiba-tiba ia merasa kakinya mati rasa, ia mendongak dan melihat pada Saimon sedang tersenyum licik, kedua jarinya bermain dalam tubuhnya, ICha tersenyum malu.

“ kamu ini kenapa banyak trik, ayolah cepat masukkan, aku hampir mati gelisah dibuat kamu. “

Saimon senyum-senyum mendengar kata-kata Icha, aku sengaja, kalau kamu tidak, bagaimana aku bisa senang, harus kubuat dirimu membatalkan agen-agen lainnya。

“ Kak Icha , asikkah?”

“Saimon, jangan main lagi, apa yang nyaman, tak tahan lagi, cepatlah, berikan padaku, kamu membuatku sangat gelisah. “ Icha berkata dengan tergesa-gesa.

“ hehehe, masak iya, kalau sekarang aku masukan, kamu pasti asyik sampai minta mapun? “ Saimonn berkata sambil memainkan jarinya.

“ aaakkhh…Saimonku, susahh… susah sekali, mana bisa jarimu di banding dengan barang di bawahmu itu, cepat, asalkan kamu berikan padaku, aku akan memenuhi apapun permintaanmu.”

Icha tak tahan lagi, sambil memiringkan kepalanya, seluruh pinggangnya terasa tegang, wajahnya merona merah, sepasang mata indahnya memandang nanar pada Saimon.

Melihat ekspresi Icha, Saimon tahu ia tak tahan lagi, dengan tersenyum nakal ia berkata.

“kalau begitu aku ingin kakak memecat agen-agen lain dan hanya berikan padaku, bisa? “

“ ok, ok, jangankan memecat mereka, bahkan kamu menginginkan posisiku,, juga kuberikan. “

Icha telah kehilangan akal sehatnya, tak bisa berpikir jernih lagi, hanya menginginkan Saimon, sekujur tubuhya dikuasai gairah yang membara, bahkan bicarapun tak bertenaga lagi.

“Saimon, jangan berkelit lagi, kalau kamu tidak cepat kemari, mau mati rasanya aku, “ Icha berkata dengan sangat panik.

Mendengar persetujuan Icha, Saimon sangat senang, tapi ia tahu ini keputusan gegabah yang dibuat Icha, perjanjian seperti ini kurang bisa dipercaya, tapi ia bisa melihat kalau para pialang pasar ini di hati Icha juga seperti ada dan tidak, dengan begitu ia pikir kelak akan membujuk Icha, tidak takut Icha tak akan terpancing.

Saimon harus menyingkirkan Jevon dari pasar, hanya dengan cara seperti ini bisa membereskan Jevon si penindas ini.

“hehe, Kak Icha, kalau begitu aku akan datang sekarang,

,ini terlalu banjir, hampir menenggelamkan jariku. “

“kata-katamu manis sekali, ayo cepat, aku tak sabar menunggu lagi.”

Saimon tak lagi bertele-tele, ia langsung menindih tubuh Icha.

“ aaakkhh….”

Icha menjerit penuh kepuasan, “Saimon sayang, kamu benar-benar sangat memukau, hampir membuatku mati nikmat. “

“mana mungkin aku tega membunuhmu, kelak siapa yang menemaniku melakukan permainan ini.”

“dasar ….. kamu punya modal besar, kenapa takut tak ada wanita mau denganmu, melihat kamu begitu terampil, jangan—jangan kamu sering melakukannya dengan wanita lain. “Icha berkata dengan sekuat tenaga, pinggangnya mulai menegang.

Pekikan Icha tidak berhenti sepanjang malam, terus berlanjut hingga pukul 4 subuh, keduanya terlelap nyenyak dengan saling berpeluk erat.

Saat Mentari pagi terbit, Saimon terbangun, melihat wanita di sampingnya masih tidur, menepuk-nepuk bokongnya.

“haizz, kak Icha, cepat bangun dan kerja.”

Icha membuka matanya perlahan, “ tertidur lagi, hari ini tidak usah ke pasar.”

Saimon terdiam dan tertegun sesaat, menghela nafas , Icha seorang yang punya kuasa besar di pasar, kalau tidak pergipun tak ada yang mengatur, matanya menelusuri sekujur tubuh Icha, dalam hatinya memberi satu penilaian lebih pada Icha, dalam hati berpikir harus bisa memanfaatinya.

Icha boleh tak bangung tapi Saimon tidak, dengan terengah-engah ia mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar, mengunsi pintu tengah, berharap Icha tak bisa keluar, kalau sampai kelihatan orang akan runyam.

Saimon mulai membereskan beberapa hal di toko, banyak yang harus ditangani.

Sepagi ini juga tidak ada orang yang datang, dengan tenang ia membereskan toko, dan pada saat ini, terdengar suara Icha dari dalam, Saimon segera membuka pintu, ia melihat Icha sudah berpakaian , dan tahu ia akan pergi, hatinya merasa lega.

“Kak Icha, kamu mau pergi? “ Saimon melihat Icha dari atas kepala ke ujung kaki.

“ kenapa? satu malam merasakan nikmat tak tega membiarkan kakak pergi? “Icha memutarkan badannya dan menempel pada Saimon, buah dadanya yang membukit menindih lembut ke dada Saimon.

“bukan kakak yang kecanduan dan tak ingin pergi? “ Saimon mencengkeram bokong Icha dengan kuat.

Icha mulai merasa Saimon akan beraksi lagi, pelan-pelan mendorong tubuhnya, “ Saimon, gak bisa lagi, aku baru teringat ada sesuatu yang harus dibereskan di pasar, aku harus pergi sekarang. Tunggu sampai malam aku datang bertempur denganmu.”

tidur di lantai tak senyaman tidur di atas ranjang.

Dengan tergesa-gesa, Saimon kembali ke rumah Melisa, Melisa sangat gembira melihatnya pulang, baru saja ia hendak mendekati Saimon, tapi Saimon sudah terbaring kelelahan di atas ranjang.

“gimana pun ranjang lebih nyaman.”

Mendengar keluhan Saimon, Melisa melihat keletihan di wajah Saimon, sambil mengelus wajahnya dengan lembut … ia merasa simpati, Saimon masih begitu muda, harus bekerja keras seperti ini, sungguh telah membebaninya.

Melisa merebahkan tubuhnya di dekat Saimon, membiarkan Saimon tertidur pulas.

Saimon tertidur sampai sore menjelang malam, ketika terjada ia melihat Melisa terbaring di sana, ada secercah kebahagiaan menyelimuti hatinya, segera bangkit dan menanak nasi, dan makan malam bersama Melisa, setelah berbincang sesaat , dan pergi ke toko dengan sedikit rasa tidak rela.

Bersama Melisa di rumah ini Saimon sungguh merasakan kehangatam sebuah keluarga, jujur saja, kalau bukan karena pegawai di toko kekurangan orang, ia tak ingin pergi.

Seperti yang diduga, ketika Saimon tiba di toko, Icha sudah menunggu di luar, melihat rona wajahnya seperti bunga semi yang mekar, hati Saimon menjerit getir, apakah wanita ini masih tidak puas.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu