Hei Gadis jangan Lari - Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
Fifi, yang penasaran, ingin segera bangun dan meraih bocah kecil yang aneh itu. Ketika Saimon ingin mencoba untuk menghentikannya, ia pun sudah terlambat. Fifi sudah berhasil menangkapnya, lalu dia dengan bingung bergumam pada dirinya sendiri, bertanya ini barang apa.
Namun, selanjutnya dia, saking terkejutnya, segera menutup mulutnya dan menatap Saimon dengan pandangan tak percaya. “Saimon, apakah ini milikmu?" Dalam sela perkataannya, dia masih mengepalkannya dengan keras.
Tangan lembut Fifi membuat Saimon tidak bisa menahan dirinya untuk mendesah. Dengan tubuh seksi Fifi dan raut yang tampak bimbang, membuat tubuh Saimon semakin panas bergairah. Benda di tangan Fifi juga ikut menjulang tinggi, seolah-olah ingin membuka tangan Fifi.
"Bibi, tolong cepat lepaskan tanganmu, cepatlah pergi tidur. Aku..."
Saimon hanya merasa ia sudah tidak bisa menahan dirinya, ingin sekali mendorong bibinya yang cantik itu. Namun, akal sehatnya mengatakan kepadanya bahwa dia tidak boleh melakukannya, setidaknya tidak boleh sampai menyakiti bibi Fifi ketika bibi Monica sedang menderita. Saimon pun segera mendorong Fifi, kemudian berlari ke kamarnya dan menutupi kepalanya dengan selimut.
Sedangkan Fifi yang berada di belakang sama sekali tidak memperhatikan wajah malu Saimon. Setelah Saimon melarikan diri, dia masih dapat merasakan kehangatan yang tersisa di tangannya, lalu bergumam pada diri sendiri.
“Saimon sudah menjadi dewasa."
Keesokan harinya, ketika matahari bersinar cerah di langit, Fifi meneriaki Saimon untuk segera bangun dan pergi ke ladang. Melihat Fifi sedang berdiri di depan ranjangnya sambil merenungkan sesuatu, Saimon pun terkejut, langsung menarik celananya ke dalam selimut dan segera memakainya. Setelah itu, dia baru berani menunjukkan wajahnya, dimana tindakannya ini membuat Fifi tertawa menawan.
“Ternyata kamu masih tahu malu, ya. Cepatlah bangun."
Karena Monica kemarin telah kehilangan keperawanan, dan Jacky juga begitu kasar, makanya tubuhnya masih belum pulih kembali. Saimon mengkhawatirkan tubuh Monica, jadi dia meminta Fifi untuk menjaganya di rumah, sementara Saimon sendiri pergi ke ladang jagung dengan memikul cangkul.
Di pagi ini, Desa Zhao sudah sangat ramai, dapat terdengar suara ayam berkokok dan anjing menggonggong, serta dicampur dengan omelan orangtua yang sedang mengajar anak mereka untuk berhenti mengompol, membuat desa yang riuh ini tampak penuh dengan kehidupan. Tentu saja desan ini akan terasa seperti di surga tanpa adanya Jacky yang suka membuat kekacauan.
Begitu memikirkan perbuatan jahat Jacky, Saimon menjadi marah dan mencengkeram erat cangkulnya, sampai-sampai dapat terdengar bunyi akibat gesekan antara telapak tangan dan gagang cangkulnya, tapi itu tetap tak mampu meredakan amarah pada hatinya.
Begitu Saimon memasuki ladang jagung, dia, dengan napas terengah-engah, melampiaskan amarahnya di ladang, seolah-olah menganggap rumput-rumput yang dicabutnya adalah Jacky, tidak berhenti bergumam pada dirinya sendiri.
“Bangsat kamu, Jacky. Aku akan membantaimu. Aku akan membunuhmu. Dasar kamu anjing…”
Di saat Saimon terus bergumam memaki-maki Jacky, ia tiba-tiba merasa ada yang mencolek bahunya, lalu diikuti dengan suara teriakan di belakangnya. “Saimon!”
Saimon langsung menolek kepalanya, tetapi begitu ia menoleh, sebuah karung goni dalam sekejap menutupi kepala hingga ke badannya, kemudian dia pun diangkat oleh orang-orang.
Saimon yang tiba-tiba ditangkap oleh orang-orang menjadi ketakutan. Ia dengan gila bergumul untuk melepaskan dirinya. Dia adalah remaja yang memiliki tubuh kuat dan tenaga yang besar, sampai-sampai membuat tiga empat orang dewasa itu harus mengerahkan tenaga mereka.
"Pukul dia!" Ini adalah kalimat terakhir yang didengar Saimon, lalu kepalanya pun langsung dipukul dengan tongkat.
Melihat Saimon pingsan, pemimpin tersebut segera membuka karung yang ada di tubuhnya, melihat wajah kekanak-kanakan Saimon, lalu menggelengkan kepalanya.
"Bocah malang, hah."
"Bos, bagaimana kalau kita membiarkan dia pergi? Anak ini tampaknya masih kecil, jika dia meninggal seperti ini, sungguh menyedihkan, kan."
"Omong kosong apa ini. Bahkan jika kita melepaskannya, dan Jacky masih merelakannya, apakah kakak iparnya yang merupakan kepala Biro Keamanan Masyarakat itu akan mengampuni kita? Cepatlah, jangan banyak berbicara. Ikatkan batu pada tubuhnya, lalu lemparkan dia ke kolam ikan, masalahnya pun beres, bukan.
……
Air kolam ikan yang dingin pada pagi hari itu telah membangunkan Saimon. Ketika dia menyadari bahwa dirinya berada di dalam air, dia secara terburu-buru berjuang untuk berenang ke atas, tetapi dia tiba-tiba menyadari bahwa tangan dan kakinya diikat. Dirinya telah dimasukkan ke dalam karung goni dan tubuhnya diikatkan dengan batu.
Gravitasi pun membuat tubuhnya terus tenggelam, membuatnya bisa merasakan suara ikan berenang di luar karung goni.
Dia masih memiliki banyak hal yang harus dilakukannya, masih harus melindungi kedua bibinya, tidak bisa membiarkan kematin ayahnya menjadi sia-sia, dan masih harus meneruskan garis keturunan keluarganya. Naluri untuk bertahan hidup yang besar itu mampu membuatnya terus berjuang, tetapi dia merasa seolah-olah tidak bisa mengeluarkan tenaganya. Dia pun marah sekaligus merasa cemas. Perlahan-lahan, kecepatan dirinya tenggelam menjadi semakin cepat.
Ketika tubuhnya membentur keras dasar permukaan air, kesadarannya mulai memudar, tangan dan kakinya mulai melemah, dan dia pun tahu bahwa dirinya akan meninggal.
Namun, tiba-tiba dia secara samar melihat ada seekor ikan besar yang muncul begitu saja. Dia merasa ini tidak masuk akal, tetapi dia benaran melihatnya. Dia tidak tahu bagaimana ikan itu bisa masuk ke dalam karung, dan dia juga tidak punya waktu untuk memikirkannya. Dia pun melihat ikan itu berubah menjadi pil hitam, dalam sekejap memasuki mulutnya.
Kemudian dia merasakan aliran udara hangat mulai menggumpal di tubuhnya. Dia merasa udara ini seolah akan meledakkan tubuhnya. Dia saking sakitnya berputar di bawah air, dimana rasa sakit yang hebat itu membuatnya tak bisa menahannya lagi. Dia pun meraung ganas di dasar air, dan air di kolam ikan yang diaduk olehnya terus bergulung-gulung. Tali yang mengikatnya pun diputuskannya, karung goni itu dirobeknya, dan dia merasa tubuhnya seakan terkoyak-koyak.
Dia pun menendang dengan kuat, dimana suara tendangan dari kolam ikan menggapai ke langit, menghasilkan belalai air. Kemudian rasa sakit, yang sepuluh ribu kali lebih kuat dari saat dia di air, mulai menyerbunya, membuatnya berteriak nyaring. Lalu dia terjatuh di rerumputan pada samping kolam ikan dan pingsan.
Di saat yang sama, penduduk desa yang baru saja memasuki ladang tiba-tiba merasakan tanah bergetar di bawah mereka. Mereka saking takutnya meneriak "gempa bumi, gempa bumi" dan kemudian berlari ke desa. Namun, ketika mereka baru saja keluar dari tepi ladang, getaran di bawah kaki mereka tiba-tiba berhenti, seakan-akan apa yang terjadi sebelumnya tidak terjadi, membuat mereka binggung, menggaruk-garuk kepala dan bergumam, “Apakah itu mimpi?"
Namun, tidak hanya mereka yang mengira bahwa mereka sedang bermimpi, bahkan Saimon merasa bahwa dirinya sedang bermimpi. Ketika matahari menyinari wajahnya melalui celah rumput liar, dia menggelengkan kepalanya yang terasa pusing, terbangun dan bergumam dalam hatinya.
"Ada apa ini? Bukankah aku sudah tenggelam? Bagaimana aku bisa naik?"
Kemudian dia teringat dengan ikan itu, lalu teringat dengan rasa sakit yang seakan menusuk tulangnya. Ketika memikirkannya sekarang, dia pun merasa sakit sampai-sampai sekujur tubuhnya bergetaran. Saimon bukanlah orang bodoh, dirinya telah ditenggelamkan ke dalam kolam, sekali memikirkan sudah langsung tahu bahwa itu pasti perbuatan Jacky untuk membalas dendamnya.
Dia pun mengutuk Jacky dalam hatinya, berpikir bahwa kali ini dia tidak akan mengampuninya. Jika dirinya tidak membunuhnya, dia nanti akan sadar bahwa dirinya belum terbunuh, lalu dia akan mencoba untuk membunuh dirinya lagi.
Ketika memikirkannya Saimon pun ingin segera kembali ke desa untuk membunuh Jacky. Namun, saat ia hendak berdiri dengan tenaga, ia tiba-tiba merasa tubuhnya menjadi ringan, lalu terdengar suara angin mendesau, dan dia dalam sekejap melompat setinggi empat lima meter. Dia saking terkejutnya, jatuh kembali ke tanah, menjadi gelisah dan mulai berpikir keras.
Dia pun mulai memeriksa tubuhnya. Dia dalan sekejap mencium bau busuk yang menyengat, lalu memandang ke tubuhnya, mendapatkan barang hitam seperti kotoran melekat di sana. Ia pun segera terjun ke dalam kolam ikan.
Novel Terkait
Cinta Yang Berpaling
NajokurataMy Superhero
JessiWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Tak Biasa
SusantiPerjalanan Selingkuh
LindaIstri kontrakku
RasudinHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)