My Cold Wedding - Bab 114 Jika Kamu Tak Buka, Aku Yang Bantu Membukanya

“Berhenti bercanda!” Sang pria terlihat tidak percaya: “Siapa yang tidak tahu Direktur David sudah mempunyai pacar? Bahkan sebelumnya dia membawanya ke kantor, siapa bicara omong kosong?”

Saat berbicara, Bella pun menghampiri.

Beberapa wanita tua juga tidak beranjak, berkumpul di satu sisi melihat pertunjukan.

“Aku sarankan lebih baik kamu patuh, jangan paksa aku.” Tangan Bella yang menggenggam pecahan beling semakin erat, keputusan sudah bulat, merencanakan hal yang paling buruk.

Tetapi…

Dia melirik tumpukan sampah yang kotor dan bau di samping kakinya, jika mati disini sungguh tidak pantas.

Pria yang di lukai masih meraung kesakitan, tetapi kedua temannya sudah tidak peduli, pakaian Bella pun sudah compang-camping akibat ditarik-tarik, kulit putih pun dipenuhi darah, warna pekat yang membuat kedua orang itu kebingungan, alkohol dalam tubuh bereaksi, hasrat pun meluap: “Jika sudah menolak tawaran, maka jangan salahkan jika aku tidak ramah.”

“Pergi kamu Sialan!” Pecahan beling di tangan Bella di arahkan ke kerongkongan sendiri:”Darahku yang terciprat di badanmu juga tak bisa kau hindari, setidaknya kita mati bersama!”

Bella refleks mulai meraba telepon genggam di dalam kantong celana, kosong, hilang terjatuh di tempat yang jauh saat bergelut dengan wanita-wanita tua, tertendang oleh wanita tua agresif ke dalam tumpukan sampah.

Dia menengadah menatap ke langit, dalam keputusasaan dia menutup mata, tangannya mulai bergerak…

Tiba-tiba, pergelangannya merasakan nyeri.

Suara pecahan beling jatuh ke lantai, berguling beberapa kali, kemudian ditahan dibawah kaki seorang pria bersepatu kulit.

Dari sudut mata, pria itu menghalangi sebagian besar cahaya matahari, cahaya halo terpancar di sekitar tubuhnya, membungkusnya di dalam pancaran cahaya.

Seperti saat pertama bertemu, David berjalan ke arahnya, menariknya ke dalam pelukan, dengan tatapan dingin: “Siapa yang telah mengusik wanitaku?”

“Da, David?”

“Oh Tuhan, ternyata benar David?”

Bahkan pria yang wajahnya terluka itu tersontak membelalakkan mata hingga hampir keluar: “Bagaimana seorang David menginginkan wanita jalang?”

Kata “Wanita Jalang” baru terucap, sekujur tubuhnya langsung terbang, menabrak dinding dengan sangat keras, kemudian berguling hingga ke tumpukan sampah.

“Siapa lagi yang berani menyinggung wanitaku, pikir saja sendiri akibatnya.”

Dari luar suara sirine polisi mendekat, dalam sekejap mata sudah sampai di penghujung gang.

Beberapa wanita yang berantakan itu mulai saling mendorong dan kabur , para pemabuk juga ingin kabur, tetapi alkohol yang di konsumsi membuat tidak bisa lari jauh, akhirnya di tangkap oleh para polisi.

Delson dengan wajah panik berjalan: “Bella kamu bagaimana? Apakah kamu baik-baik saja?”

Bella pun melihat bercak darah di tangannya, dan terkekeh: “Tidak apa, ini semua darah mereka, bukan darahku.”

Delson pun menganggukkan kepala, “Baguslah jika kamu tidak apa-apa, aku langsung melapor ke polisi baru menghubungi David, tidak disangka malah dia yang datang lebih cepat dari polisi.”

David bahkan tidak berkata apapun, mengangkat dagunya untuk memeriksa lehernya, baik-baik saja, kulit juga tidak ada yang terluka, bekas darah itu pasti dari pecahan kaca.

“Tangan.” Dia berkata, “Perlihatkan padaku.”

Bella mengerutkkan keningnya menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya:”Tanganku baik-baik saja.”

David bersikeras, seperti seorang orangtua yang galak: “Perlihatkan.”

Melihat Bella masih tidak bergerak, David pun mulai menarik tangannya dengan keras, membuka tangannya…

Luka sobekan yang sangat dalam hampir terlihat membelah tangan menjadi dua, kulit terkelupas, seluruh telapak tangan merah dipenuhi darah.

David mulai emosi, sambil menaikkan alis bertanya: “Ini yang di sebut baik-baik saja? Lantas bagaimana yang di sebut ada apa-apa?”

Bella ingin menarik tangannya kembali, tapi digenggam dengan erat oleh David, bagaimana pun tidak bisa ditarik, dia kemudian memecahkan botol sekedar menunjukkan kepadanya.

Polisi pun membekuk para pemabuk ke dalam mobil polisi, datang menanyakan David dan Bella mengenai hal yang terjadi, Bella sudah menceritakan sebagian besar, Polisi menganggukan kepala tanda mengerti, dengan yang diceritakan oleh Delson sebagian besar sama, “Kita masih harus merepotkan kalian berdua untuk mengikuti membuat laporan.”

“Laporan nanti saja dibuat,”David mulai menggendong Bella ala pengantin:“Dia terluka, kita bawa dia ke rumah sakit dulu.”

Bella ingin memberontak, tetapi para polisi itu tampak sangat mengenal David, tanpa penolakan, mengamankan para pemabuk kemudian pergi.

Dalam waktu sekejap sampailah di rumah sakit.

Dokternya berusia sekitar 60an lebih, dia memberi Bella disinfektan, mengoleskan obat, menggulungnya dengan perban , dan tidak lupa bertanya: “Apakah masih ada yang terluka?”

Bella secepat mungkin menggelengkan kepala: “Tidak ada lagi.”

“Nona, lebih baik diperiksa lagi, saya lihat di pakaianmu banyak jejak sepatu.”

Sekali Dokter itu mengucapkan hal itu, David mulai memperhatikan, dengan spontan: “Apakah harus melakukan CT Scan? Atau X-Ray?”

“Tidak perlu, lihat dia berjalan saja tidak ada mengeluh sakit, tulangnya seharusnya baik-baik saja, hanya saja harus diperiksa apakah kulitnya terluka, jika terluka maka harus diberi obat. Wanita cantik seperti dia, jika banyak bekas luka tidak bagus kan?”

Alis David pun mulai naik: “Siapa yang memeriksa? Anda?”

Dokter pun membalas: “Saya kan Dokter! Di hadapan dokter maka tidak peduli gender!"

“Apakah ada dokter wanita?”

Sang Dokter mendengus: “Tidak ada!”

“Pinjam ruangan rawat.” Balasnya, kemudian mulai menggendong Bella berbalik badan menuju ruangan rawat, menutup gorden, dengan tatapan dingin: “Buka!”

Bella melotot: “Aku bilang baik-baik saja artinya baik-baik saja, kamu jangan seenaknya saja! Aku masih harus mencari adikku!”

“Adikmu akan saya bantu cari,” David sambil berbicara langsung mencoba melepas pakaian Bella, “Kamu tidak buka, aku yang bantu kamu buka.”

Bella menahan bajunya dengan sekuat tenaga, mulai emosi: “Dasar kurang ajar, atas dasar apa aku harus menurutimu?”

“Ya karena aku adalah lelakimu,” David tersenyum, dengan rasa senang tak tertahan berkata: “Kamu yang bilang sendiri, aku dengar itu.”

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu