My Cold Wedding - Bab 122 Gembi Gu Dalam Bahaya

Bella belum memberikan pria itu jawaban.

Benang yang selama ini kusut tidak mungkin dapat terurai dalam waktu singkat. David juga tidak memaksa Bella sama sekali sama sekali, malah memberikan wanita itu waktu.

Hanya saja sejak saat itu, David akan datang ke apartemen kecil Bella setiap hari setelah pulang kerja dan tangannya akan membawa plastik dari supermarket. Ia memasukkan banyak barang ke dalam kulkas dan mengisinya hingga penuh, sehingga lama kelamaan barang kebutuhan David sehari-hari di dalam apartemen Bella semakin banyak. Ia hanya mengisi setidaknya setengah dari lemari pakaiannya, tapi ruang kosong untuk apartemen sekecil ini rasanya tidak ada.

Hari itu saat David sedang pergi bekerja, Bella memutuskan untuk segera memanfaatkan waktu dan merapikan apartemennya.

Tiba-tiba saja ponselnya terus berdering. Sebuah telepon dari nomor yang tidak dikenal yang berasal dari daerah berbeda.

Awalnya Bella berpikir bahwa telepon itu hanya semacam penipuan atau promosi semata. Siapa yang menyangka bahwa suara Gembi Gu yang sesenggukkan dan menangis akan terdengar dari ujung telepon ketika Bella mengangkatnya: “Bella... Aku takut sekali.....”

Bella merasa sangat terkejut dan marah begitu mendengar suara temannya: “Gembi?! Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Aku terus menerus mencari cara untuk menghubungimu! Walaupun kau memutuskan untuk kabur lagi, bukan berarti kau harus menonaktifkan ponselmu, bukan? Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu?”

Omelan Bella terasa sangat menohok bagi Gembi Gu, membuat hatinya terasa getir dan sesak. Ia pun berkata: “Bella, apakah kau bisa datang sebentar ke Kota C? Aku... Sepertinya aku hamil.”

Pukul tiga sore keesokan harinya, pesawat yang ditumpangi Bella pun mendarat di bandara Kota C. Berulang kali Bella membuka kertas yang diselipkan di kantongnya untuk memastikan alamat yang ia tuju. Bella lalu membuka salah satu pintu taksi dan duduk.

Begitu supir taksi itu melihat alamat yang tertera di kertas, ia segera menggelengkan kepalanya dan berkata selantang genderang: “Saya tidak akan pergi tempat ini, silakan anda mencari supir lain saja!”

Hati Bella menjadi sangat gelisah dan terasa panas terbakar. Gembi Gu sudah menjelaskan sedikit tentang kondisi kehidupannya sekarang ini, membuat Bella benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana bisa Gembi Gu yang sedari kecil hidup dengan nyaman dan dibesarkan dengan baik sekarang bisa sampai tinggal di tempat seperti itu.

Ia melihat waktu dan dengan keras hati berujar: “Pak supir, saya benar-benar ada masalah darurat di sana. Kalau anda benar-benar tidak mau mengantarkan saya, maka saya hanya bisa melapor kalau anda telah menolak penumpang.”

Begitu supir taksi itu mendengar ucapan Bella, akhirnya ia mulai menyetir mobilnya dengan berat hati dan kesal. Mulutnya masih tidak berhenti menggerutu: “Untuk apa gadis sepertimu pergi ke tempat seperti itu. Bisa masuk hidup-hidup belum tentu bisa keluar hidup-hidup...”

Satu jam kemudian, taksi itu pun berhenti di sebuah pedesaan yang terletak di daerah perbatasan.

Baru saja turun dari mobil, bau busuk yang sangat menyengat langsung tercium oleh hidung Bella. Orang-orang di sekitarnya berbicara dengan aksen pedesaan yang kental, pandangan mereka sangat kasar, vulgar dan tegas.

Bella menelan semua rasa tidaknyamanannya dan berjalan masuk.

Di sini benar-benar seperti labirin. Di sebelah kanan dan kirinya semua adalah bangunan dengan tinggi mencapai lima atau enam lantai. Begitu menengadah, langit seolah tertutup oleh kerudung yang sepertinya dipasang oleh pemilik gedung masing-masing, membuat langit terlihat sendu, suram, dan sangat menyedihkan. Padahal cuaca hari ini sangat cerah, tapi desa ini terlihat mendung.

Bella kembali melangkah maju dan pandangannya menangkap sebuah klinik dengan kondisi yang memprihatinkan.

Bella sekali lagi membuka lipatan kertasnya dan berulang kali memastikan nama klinik yang tertulis. Ia pun akhirnya berjalan masuk.

“Kamu datang kesini untuk periksa atau mencari orang?” Seorang suster di meja resepsionis bertanya dengan kasar.

Bella menjawab: “Aku datang mencari orang. Namanya Gembi Gu.”

Seulas senyum ringan terlukis di bibir suster itu dan dengan suara yang mirip geraman, ia berkata: “Kasur nomor 14, ada yang mencarimu!”

Terdengar derap kaki dari lantai dua. Sesosok orang yang kurus kering memunculkan kepalanya. Baju pasien ukuran besar benar-benar terlihat kebesaran di tubuhnya, sedikit gerakan saja membuat baju itu melorot dari pundaknya.

Wajah yang sangat kurus dan hanya sebesar telapak tangan itu membelalakkan matanya. Lalu matanya mulai tergenang dan dengan menyedihkan bicara: “Bella, kamu datang...”

Waktu berjalan begitu lama hingga akhirnya Bella sanggup untuk menopang tubuhnya sendiri. Sosok wanita di depannya yang terlihat lebih mirip seperti tengkorak dan sekujur tubuhnya yang kotor dengan bercak darah seperti baru saja keluar dari medan perang ternyata adalah Gembi Gu.

Kamar rawatnya sangat kecil, kira-kira tidak sampai 10 meter persegi. Tapi kamar rawat sekeceil itu benar-benar diisi padat dengan 10 buah kasur pasien. Setiap kasur ditempati oleh pasien, yang semuanya tentu saja adalah wanita bertubuh kurus kering. Saking kurusnya, otot-otot mereka sampai terlihat.

“Duduk saja di atas kasurku, disini benar-benar tidak ada tempat…” Gembi Gu tersenyum tidak enak hati. Ia menyingkirkan jauh-jauh selimutnya yang menguarkan bau tidak enak yang menyengat untuk memberikan sebuah tempat kosong agar Bella dapat duduk.

“Gembi, sebenarnya ada masalah apa? Kenapa kamu bilang mau aborsi saat kamu meneleponku?” Bella tidak sanggup melakukannya. Ia menarik tangan Gembi Gu sambil bertanya. Pukulan yang diterima hatinya karena masalah ini terlalu besar, tidak terhitung banyaknya pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan.

Gembi Gu merasa kikuk melihat pasien wanita lainnya. Ia menarik Bella keluar dari kamar pasien dan berjalan ke pinggir teras di lantai dua.

Disebut teras, tapi sebenarnya seluruh lantai hanya dibuat dari papan besi dan pipa besi yang disusun sendiri dengan acak. Orang yang berjalan di atasnya bisa merasakan getaran seperti lantai itu akan segera runtuh.

Gembi Gu sepertinya sudah menganggap hal ini biasa. Ia menoleh untuk melihat apakah ada seseorang yang mengikutinya. Setelah memastikan bahwa mereka berdua hanya sendirian, Gembi Gu kemudian menangis: “Bella, kamu harus membantuku… Selain kamu, aku benar-benar tidak tahu siapa lagi yang bisa membantuku…”

Gembi Gu kemudian menceritakan bagaimana ia dan Winston Liu kawin lari setelah konser selesai, juga bagaimana kehidupannya selama dua bulan ini. Bella mendengarkan ceritanya sampai selesai, dan amarahnya pun tersulut.

“Apakah ia benar manusia?! Bahkan iblis pun tidak sekejam itu! Gembi, kau ikut pulang denganku. Kita segera lapor polisi! Apa yang dilakukan Winston ini melanggar hukum!”

Gembi Gu menggelengkan kepalanya dan memohon: “Jangan, Bella, jangan lapor polisi... Mereka memiliki foto telanjangku... Aku tidak masalah kalau dipermalukan, tapi jangan sampai mempermalukan ayah, ibu, dan kakakku…”

“Tapi mereka juga tidak bisa membuatmu…” Bella mengeratkan giginya dengan kencang: “Kalau begitu bagaimana dengan janin dalam perutmu? Apa yang kau rencanakan?”

Gembi Gu menjadi gelisah: “Aku ingin melahirkannya, tapi aku juga tidak mampu membesarkannya seorang diri…”

“Gembi, kamu harus memikirkan ini baik-baik...” Hati Bella tersentuh. Tidak ada seorang ibu pun yang tega membunuh anaknya sendiri. Bella sendiri sudah merasakan kepahitan yang membuatnya kurus kering, tapi kondisi Gembi Gu sekarang… Apakah bobot tubuhnya bahkan mencapai 30 kilogram?

Dengan kondisi Gembi Gu yang sekarang ditambah dengan tempat kotor dan tidak higienis seperti ini, Bella khawatir anak yang dilahirkan Gembi Gu akan meninggal saat dilahirkan atau setidaknya anak itu pasti terlahir cacat.

“Bella,” Gembi Gu tidak hentinya menyeka air matanya: “Menurutmu apa yang terjadi dengan kita sehingga harus bertemu dengan para manusia yang lebih jahat dari iblis?”

“Di dunia ini masih banyak orang yang sangat kejam, ini hanya takdir kita saja yang tidak terlalu baik. Semua ini hanya kebetulan saja.” Bella menarik tangan Gembi Gu yang menyedihkan. “Sekarang kamu pulanglah dulu denganku dan tinggal bersamaku.”

Gembi Gu menarik kembali tangannya: ”Tidak bisa, aku tidak bisa kembali ke Kota Harriford. Kalau aku kembali, semua orang akan mengetahui aibku ini... Kalau begitu apa yang orangtuaku akan lakukan…”

“Mereka memperkosamu bergantian, ini juga bukan salahmu!” Bella tidak bisa menahan lagi geramannya: “Gembi, dengarkan aku. Kita cari pengacara dan pergi ke pengadilan. Mereka pasti bisa membuat orang-orang ini membayar semua perbuatannya!”

“Tapi…”

“Tidak ada tapi! Gembi, ayo kita segera pergi meninggalkan tempat ini!”

Bella menarik Gembi Gu segera keluar dari tempat itu tanpa membawa barang apapun. Mereka sampai di bandara secepat angin dan membeli tiket pesawat tercepat untuk kembali ke Kota Harriford.

Begitu pesawat mendarat, layar LED di terminal bandara memperlihatkan video musik Winston Liu. Di dalam video musiknya, pria itu terlihat sangat lincah menari dan ramah tersenyum. Begitu melihatnya, Bella langsung dipenuhi amarah sedangkan Gembi Gu yang berdiri di sampingnya terlihat depresi.

Sepanjang hidupnya, Gembi Gu hanya pernah mencintai seorang pria satu kali dan ia mengorbankan semua miliknya demi pria itu. Ia berharap akan bersama pria ini mengarungi kehidupan yang manis, tapi pria ini malah mengkhianatinya dan justru menyerahkannya kepada atasannya sendiri.

Tidak hanya itu, mereka juga masih memanggil beberapa orang lain untuk bersama-sama….

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu