My Cold Wedding - Bab 62 Uangnya, Anggap Saja Aku Yang Meminjamnya Darimu

Dokter di rumah sakit sedang mempersiapkan operasi untuk nanti malam. Bella sedikit buru-buru, "Jadi begini, penyakit jantung kakak kambuh lagi. Dokter bilang harus melakukan transplantasi jantung baru bisa menyelamatkan nyawanya. Sekarang beruntung sekali telah menemukan jantung yang cocok, dan malam ini operasi akan dilakukan. Bisakah kamu menyampaikan pada David, pinjamkan dulu uangnya padaku, pasti akan kukembalikan ..."

Sebelum Bella menyelesaikan kata-katanya, Cindy langsung menolak dengan berkata, "Tidak bisa, uang suamiku, atas dasar apa meminjamkannya padamu?"

Bella menahan emosinya, "Kakak kedua, dia ini kakak kandung kita."

"Kakak? Dia hanya seorang penyakitan. Meskipun berhasil diselamatkan, selanjutnya juga harus terus meminum obat. Aku kan adiknya, bukan ibunya, masa harus mengurusinya seumur hidup?"

"Tidak perlu mengurusnya, aku yang urus, oke? Uangnya anggap saja aku yang meminjamnya. Mau pakai bunga juga gak apa-apa." Bella berkata, "Kakak kedua, anggap saja aku memohonmu, bagaimanapun nyawa ini menyangkut nyawa kakak Delson ..."

Dari ujung telepon terdengar suara laki-laki, Cindy langsung mematikan sambungan telepon. Ia memblokir nomor Bella, lalu menghapus riwayat telepon, dan menjawab dengan suara lembut, "Delson ..."

David menuntunnya duduk ke atas sofa, dan dengan halus melepas tangannya dari Cindy. Delson bertanya, "Kamu sedang hamil, harus duduk baik-baik. Tadi telepon dari siapa?"

"Salah sambung, orang yang menawarkan asuransi kesehatan. Aku matikan saja," jawab Cindy.

David mengangguk-anggukkan kepala. Sambil mengenakan pakaian ia berkata, "Kamu istirahat yang baik di rumah, aku pergi ke perusahaan dulu."

Cindy dengan manja menggelayuti leher David. Seluruh tubuhnya masuk dalam pelukan David, "Kamu akhir-akhir ini tinggal di rumah paviliun tua, jika untuk merawat kakek ya sudah. Tapi kamu jarang-jarang kembali, tidak bisakah menemaniku lebih lama? Anak juga perlu dimanja sejak dalam kandungan, dia juga ingin mendengar suara ayahnya."

Melihat Cindy yang sudah mengangkat sedikit perutnya, David tidak mendorongnya jauh, setuju untuk tinggal. Akhir-akhir ini memang dia kurang perhatian pada Cindy, Anqila menyuruhnya untuk menjaga Cindy dengan baik, ia hanya bisa menurutinya.

"Sayang, besok temani aku periksa kandungan ya?"

"Aku suruh Asisten Albert saja, perusahaan ..."

"Sebelumnya saat aku pergi ke rumah sakit, semua ibu hamil ditemani oleh suami mereka. Hanya aku sendiri yang ditemani asisten. Semua orang mengira Albert itu suamiku. Saat ditanya aku bahkan bingung bagaimana cara menjelaskan pada mereka ..." Saat mengatakan ini, Cindy seperti akan menangis, matanya merah, "Melihat pekerjaanmu yang sibuk, mau sesusah apapun aku tidak mengatakannya padamu, takut menjadi beban bagimu. Tapi aku tetap saja merasa sedih ..."

Mendengar itu, hati David seperti teriris. Ia mengambil tisu lalu menyeka airmata Cindy, tanpa sadar berkata dengan suara lembut, "Jangan menangis, besok aku temani kamu, ya?"

Cindy akhirnya tersenyum, sambil memeluk pinggang David ia berkata, "Suamiku paling baik."

David menepuk-nepuk punggung Cindy untuk menenangkannya. Bagaimanapun Cindy adalah perempuan yang mengikutinya, juga yang mengandung anaknya, mau menolaknya juga, tetap saja tidak tega.

Tangan Cindy dari pinggang David turun perlahan, hingga ke selangkangan, dimulai dari sentuhan ringan, hingga dirasanya tubuh David mengeras, ia baru menambah kekuatan. Cindy mengangkat kepalanya dan berkata di telinga David, "Sayang ... kita sudah lama tidak bersama, kamu mau gak ..."

"Sudah, jangan bercanda, kamu sedang mengandung." David menangkap tangan Cindy dan menaruhnya ke samping.

Akan tetapi tangan Cindy kembali lagi ke tempat semula. Tangannya masuk melalui sudut handuk, lalu menggerakannya naik turun, "Aku kangen padamu ... berikan padaku, ya?"

Merasa benda dalam tangannya mulai berubah menjadi panas dan besar, Cindy terus menggodanya, meninggalkan kecupan di samping bibirnya, "Sayang, sayang ... masuki aku, ya?"

Semenjak melakukannya sekali di paviliun tua, David hingga hari ini tidak pernah melakukannya lagi. Sekarang ia mulai tidak bisa menahannya, nafasnya menjadi berat.

"Sayang, coba kamu pegang, jantungku berdetak sangat cepat."

Telapak tangan David dipindahkan oleh Cindy keatas dadanya. Karena faktor kehamilan, detak jantungnya menjadi berdetak lebih kencang. Akan tetapi yang sekarang dipikirkan David, adalah kejadian satu bulan lalu.

Saat itu dia juga hanya menutupi tubuh bagian bawahnya dengan lilitan handuk, dan Bella berada di bawahnya. Karena memberontak, Bella membuka mulut kecilnya, dengan nafas tersengal-sengal dan dada yang naik-turun, terasa pas dalam genggamannya ....

Yang punya Cindy ini ... terlalu kecil.

Tidak hanya kecil, namun juga turun, tidak padat, kulit tidak seputih Bella, saat dipeluk tidak sehalus Bella. Tubuh Bella mempunyai suatu aroma yang khas, sedangkan dari tubuh Cindy hanya tercium bau kosmetik yang menyengat, yang sebenarnya ... membuat ia tidak tahan.

Dia melepaskan Cindy, lalu berdiri dan memakai kembali handuknya dengan benar. Sambil memunggungi Cindy, ia berkata, "Kamu tidak mudah mengandung bayi, sebaiknya berhati-hati."

Cindy memeluknya dari belakang, lalu mencium punggungnya, "Tapi aku kangen padamu ..."

Telepon berbunyi, memecahkan suasana kamar.

David lagi-lagi melepaskan Cindy, berjalan menuju sofa dan menjawab telepon.

"Kakek."

Kakek David berkata dengan nada tidak senang, "Sudah satu bulan, Bella tidak juga datang ke paviliun tua. Apa kamu membuat dia marah lagi?"

David menjelaskan dengan pasrah, "Aku juga sudah sebulan ini tidak bertemu dengannya."

"Apa? Apa sudah menelponnya?"

"Sudah, tapi dia tidak mengangkatnya."

"Kalau begitu berarti dia marah padamu. Oh iya, saat kalian tinggal di paviliun tua hari itu, apa ..."

David menjawab dengan sekadarnya, "... iya."

Kakek David menunjukkan suara senangnya, "Sudah satu bulan, jika dia hamil, maka sudah bisa diperiksa. Kamu cepat cari dia, siapa tahu Bella sudah mengandung keturuanan keluarga kita."

Setelah mendengarnya, David jadi semangat, lalu segera menjawab, "Baik, aku segera mencarinya."

Setelah menutup telepon, David sudah tidak ada niatan untuk tinggal lagi. Segera mengganti baju bermaksud keluar rumah.

Tangan Cindy menahan pintu keluar, "Kamu mau mencari Bella, kan? Tidak boleh!"

"Cindy ..."

"Tidak boleh ya tidak boleh! Dia saja sudah meninggalkanmu, kamu masih mau mencarinya? Biarkan saja dia mati di luar."

Mendengar ucapan Cindy, wajah David mengeras, "Dia adalah adikmu."

"Memangnya kenapa kalau adik? Dia merebut cowokku, jadi dia adalah wanita murahan yang tidak tahu malu!"

"Cukup!" David akhirnya tidak bisa menahan kemarahannya. "Dari segi hukum, Bella masih berstatus istriku. Dari segi perasaan, yang aku cinta adalah Anqila, sampai kapanpun aku bukanlah cowokmu!"

"Tapi anak dalam kandunganku adalah anakmu!" Cindy berteriak dengan emosi, "Aku saja bersedia melahirkan anakmu, jadi kamu juga harus mendengarkan apa kataku!"

David mendengus dengan dingin, "Bella juga saat itu pernah mengandung anakku, dan akhirnya kubawa ke klub malam. Apa kamu juga ingin mencobanya?"

Cindy mematung. David mendorongnya lalu tanpa keluar dari apartemen.

Dalam perjalanan menuju perusahaan, David ingin menelpon Bella, tapi kenapa ia tidak menemukan nomor Bella dalam kontaknya.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu