My Cold Wedding - Bab 52 Sepertinya Ia Tidak Terburu-buru Untuk Bercerai

Raut wajah David menjadi sedikit tidak senang: “Bella, kamu jangan sarkastik. Kita tidak mungkin menikah kalau bukan karena dulu kamu dan ayahmu membuat perhitungan denganku.”

“Benar, kalau dihitung-hitung, hanya dalam satu hal ini saja aku bersalah padamu,” Bella menghabiskan jusnya dalam sekali teguk, “Aku benar-benar minta maaf telah menunda masa jayamu selama delapan tahun, Direktur david.”

David meletakkan pisau dan garpunya lalu menyenderkan punggungnya: “Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”

“Kata perpisahan,” ujar Bella, “Aku masih ingat saat magang di perusahan LS, ada satu saat dimana aku beruntung bisa bertemu denganmu. Kalimat pertama yang kau katakan padaku adalah, jadi orang harus ada tata caranya, terutama saat ada awal dan ada akhir.”

David tertawa ringan: “Pernahkah terjadi hal seperti ini? Aku tidak ingat.”

“Waktu itu hanya ada kakak perempuanku dihatimu, orang lain tidak kamu pandang. Jadi, wajar saja kalau kamu tidak ingat. Tapi kalimatmu ini sangat membekas untukku. Walaupun pernikahan kita diatur oleh ayahku, tapi aku masih ingin berjalan bersamamu. Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, dulu aku memang gila.”

Bella mentertawakan diri sendiri. Ia lalu melihat masih tersisa sepotong besar steak sapi di hadapan David: “Sudah selesai makan belum? Kalau sudah, ayo kita pergi. Lebih cepat kita urus maka akan semakin cepat selesai. Aku masih harus bekerja.”

David mengambil kembali garpu pisaunya dan mulai memotong daging steaknya: “Belum.”

Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain menunggu.

Tiba-tiba terdengar dering ponsel David.

Ketika Bella melihat nama “Cindy” muncul di layar ponsel David, ia pun menarik kembali tatapannya dalam diam.

“Suamiku, kenapa kamu tidak ada di kantor?”

David berdeham sejenak: “Iya, ada sedikit urusan yang harus ku urus di luar.”

Cindy merasakan hawa dingin dan datar dari suara David. Ia pun bertanya dengan nada menyelidik: “Apakah kamu sedang bersama dengan orang lain? Apakah aku telah menganggumu?”

“Tidak,” David melirik Bella sekilas, lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar untuk menjawab teleponnya: “Katakanlah, ada apa kamu mencariku?”

Nada bicara Cindy menjadi sedikit tidak senang: “Sudah beberapa hari ini kamu tidak pulang. Aku jadi cemas melihatmu bekerja terlalu keras, jadi hari ini aku mengantarkan sup sehat untukmu.”

Hati David pun melembut: “Kamu belajar cara memasak sup?”

“Iya, aku belajar dari program di TV. Katanya ini suplemen khusus dan berkhasiat untuk... Hal itu.” Nada suara Cindy perlahan menghangat: “Suamiku, kita sudah lama tidak melakukan... itu.”

Sedikit perasaan bersalah terbersit. David memandang sekilas sosok di dalam ruangan itu, Bella masih duduk di tempatnya dengan postur yang sama. David melihat ponselnya dan mencoba berujar dengan sopan: “Sekarang kamu sedang hamil, kesehatan janin lebih penting. Lagipula belakangan ini aku sedang banyak pekerjaan, benar-benar sibuk dan harus menginap di kantor.”

Cindy merasa sedikit kecewa dan hanya bisa setuju dengan saran David. Ia akhirnya bertanya: “Suamiku, sebenarnya kapan kamu akan bercerai dengan Bella?”

“Setelah kesibukanku kali ini selesai.”

“Oh.” Cindy berkata: “Apakah karena dia bergantung denganmu jadi kamu tidak berani menceraikannya? Suamiku, dengarkan aku. Ibu Bella itu nyonya ketiga yang tidak tahu malu, demi menikah dengan ayahku ia bisa menghalalkan segala cara. Mereka adalah pasangan ibu dan anak yang hanya melihat uang. Ia mau mengulur-ulur waktu seperti ini pasti cuma karena uang.”

Di dalam ruangan, Bella berulang kali melihat jam pada ponselnya dan merasa sedikit panik. Ia pun melirik David yang sedari tadi juga sedang memperhatikannya.

Sinar mata David langsung berpindah. Karena sedari awal ia memang tidak terlalu memperhatikan apa yang dikatakan Cindy, David pun langsung setuju dan berkata: “Masih ada hal yang harus ku urus disini. Kamu pulanglah dulu, biar Asisten Albert yang mengantarkanmu pulang. Kamu sedang hamil, lain kali jangan sembarangan pergi kemana-mana.”

Setelah David menutup telepon dan kembali ke ruangan, Bella sudah mengenakan kembali jaketnya dan berdiri: “Masih ada sisa waktu 30 menit sebelum jam kerja. Lebih baik kita mengurus prosedurnya dulu, acara makan bisa kita atur lagi lain waktu.”

David memasukkan ponselnya ke dalam saku, lalu duduk dan melanjutkan makannya: “Kenapa harus begitu tergesa-gesa? Tunggu sampai aku selesai makan.”

Bella terlihat gusar: “ Benar-benar tidak akan keburu.”

“Kalau tidak keburu, kita urus di lain hari saja.” David dengan santainya memotong daging steaknya. Namun karena sudah dingin, dagingnya seperti karet yang sangat sulit dipotong.

Setelah David selesai makan, kedua orang itu akhirnya kembali ke kantor catatan sipil. Pegawai di dalam kantor pun memberitahu Bella: “Maaf nona, tapi antrian nomor hari ini sudah habis. Silakan kembali lagi besok.”

Bella terkejut: “Mau bercerai saja harus ambil nomor?”

Pegawai itu tertawa canggung: “Tidak tahu apa yang terjadi belakangan ini, tapi sekarang adalah masa puncak perceraian.”

Hati Bella merasa ada sedikit kejanggalan yang terjadi, tapi kemudian ia merasa dirinya hanya terlalu banyak berpikir.

Saat Bella membalikkan tubuhnya, David pun merentangkan kedua tangannya ke samping dengan pasrah: “Sepertinya tidak bisa diurus hari ini.”

Dari semenjak Bella memberikan berkas cadangan persetujuan perceraian kepadanya, hati David seperti merasakan sesuatu. Pernikahan ini, ia sepertinya tidak mau terlalu cepat bercerai.

Sepertinya ada rasa bersalah yang ia simpan pada Bella. Seperti ada rasa kasihan, tapi David juga tidak tahu pasti perasaan apa ini. Hanya saja sekarang, kebencian yang merasuk tulangnya lima tahun lalu itu tidak lagi terasa sama.

Intinya, sebenarnya masih ada kaitannya dengan dua buah video yang keluar di pengadilan baru-baru ini.

David pun bertanya kepada Bella: “Sepertinya pengadilan akan segera mengumumkan keputusannya. Kalau kamu mau kompensasi, katakan padaku kapan saja.”

Bella berjalan keluar dari kantor catatan sipil, dokumennya sudah ia bawa lagi di dalam amplop: “Aku tidak butuh kompensasi, anggap saja ini sebagai balasan karena aku sudah merebut suami kakakku.”

Bella kemudian melambaikan tangan dan memanggil sebuah taksi.

“Pak, saya pergi ke properti keluarga Valdo.”

Supir taksi itu dengan lancar menyetir mobilnya. Ia pun dengan segera menyadari adanya keanehan dan bertanya pada Bella: “Nona, apakah anda sedang bermasalah dengan orang lain? Mengapa mobil Maybach di belakang itu terus mengikuti kita?”

Bella menoleh ke belakang, dan ternyata yang mengikutinya adalah mobil David.

Bella menjawab: “Tidak tahu, mungkin hanya kebetulan pergi ke arah yang sama.”

Supir taksi itu masih membuka mulutnya tapi akhirnya ia tidak berbicara lagi, dengan serius menyetir.

Bisa diikuti oleh sebuah mobil Maybach dan penumpangnya adalah seorang wanita. Mereka pasti bukan orang biasa, lebih baik diam dan tidak banyak bertanya.

Setelah turun dari mobil, Bella tidak lagi memandang sekitarnya dan langsung masuk ke lift pintu utama.

Mobil Maybach berwarna perak itu berhenti sejenak di pintu masuk dan baru beranjak pergi setelah melihat Bella berlari kecil masuk lift.

Pada akhirnya Bella tetap terlambat kembali, dua menit lebih lama dari waktu absen sore hari. Bella baru saja kembali ke tempat kerjanya ketika ada seseorang yang mengetuk mejanya.

Roger membawa setumpuk berkas dan berkata: “Kemana saja kamu sepanjang siang? Seharian aku tidak menemukanmu. Perusahaan LS sudah memberikan respon terhadap rapat tadi pagi, tapi aku tidak bisa mengerjakan desain gambarnya. Harus kamu sendiri yang mendesain.”

Bella menerima berkas itu dan secara kasar melihatnya sekilas. Ia kemudian mengerutkan alisnya: “Apakah jarak gedungnya harus selebar ini? Bukankah ini tidak masuk akal? Sangat jelas ini pemborosan uang.”

Roger mengedikkan bahunya: “Siapa yang tahu? Kita menjalankan berdasarkan permintaan perusahaan LS sajalah.”

“Kapan desainnya dibutuhkan?”

“Katanya sih besok pagi sebelum jam masuk kerja, makanya aku mencarimu. Satu lusin gedung! Dan waktunya hanya sore ini! Yang pasti sih aku tidak bisa, sepertinya harus kau yang beraksi.”

Bella membuat estimasi kasar, seharusnya ini semua bisa selesai diperbaiki dengan semalaman begadang. Bella pun mengangguk: “Baiklah, aku mengerti. Aku bisa memperbaikinya.”

Roger mengangguk: “Kalau begitu kuserahkan saja padamu, aku masih harus kembali ke perusahaan LS untuk meneruskan pekerjaanku. Oh iya, kudengar dari Direktur Valdo, katanya kamu bersiap untuk mundur dari proyek ini?”

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu