My Cold Wedding - Bab 1 Pernikahan Yang Hancur

Alat tes kehamilan, terlihat dua garis warna merah. Bella memegang alat itu dengan erat, seluruh jarinya memutih, dan hampir tidak dapat mengendalikan tubuhnya yang terus bergetar.

Dia menelepon nomor yang di kenalnya, teleponnya terus dijawab oleh mesin penjawab otomatis: Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Sebenarnya bukan tidak aktif, tetapi di blokir oleh pria itu.

Bella tersenyum pahit, dia bertanya kepada pembantu di rumahnya untuk meminjam telepon, tidak lama teleponnya langsung di angkat.

“Merry, Ada apa?”

“......David ini saya.”

Dia terdiam untuk waktu yang lama, lalu hanya menyeringai :“Bella, kamu sungguh bisa memainkan sebuah trik!”

Setelah selesai bicara, bersiap untuk menutup telepon.

Bella dengan terburu-buru mengatakannya: “Tolong jangan tutup teleponnya! Tolong jangan tutup teleponnya... David, saya hamil...”

Jantungnya berdebar-debar, Bella sangat gugup mengepalkan tangannya, menunggu keputusan laki-laki tersebut.

Dia merasa dirinya, di mata pria itu merupakan wanita berhati ular yang sangat beracun, dan merasa dia seorang pembohong besar.

Kedatangan seorang anak itu, mungkin bisa memperbaiki hubungan kita, dan mungkin saja dia bisa memandang saya mengandung anaknya, lalu menghabiskan sisa waktunya untuk tinggal bersamaku...

“Gugurkan saja anak itu”

Dengan tanpa ragu-ragu, dia mengunakan kata-kata yang sedingin es, seperti satu ember air dingin jatuh di atas kepala Bella.

Bella seperti tersambar petir, menahan emosi: “Dia itu adalah darah dagingmu!”

Suara David seperti badai salju yang menembus ke dalam tulang, “Kamu tidak pantas mengandung anakku.”

Tut... tut... tut...

Dia menutup teleponnya!

Sepuluh menit kemudian.

Pintu depan villa di dorong kuat oleh seseorang, membuat Bella terkejut, seketika tatapannya menjadi kosong, di depan dia hanya melihat David yang berdiri berlawanan dengan arah cahaya, tatapannya yang dingin menancap ke dalam perutnya.

“Jika kita menyianyiakan waktu akan memperburuk keadaan di sini. Ayo sekarang pergi ke rumah sakit untuk mengugurkan anak itu.”

Bella seketika merasa panik, berusaha mengeluarkan senyum di wajahnya: “David, anak ini tidak berdosa...”

“Bagaimana dengan Anqila? Apakah dia berdosa?” Pria itu mencekik lehernya, karena menahan rasa sakit air mata Bella mengalir keluar: “Jika bukan karena kamu memberikan saya obat itu lalu naik keranjang saya, yang menikah dengan saya pasti Anqila! Dia tidak akan sakit hati lalu pergi ke Klub malam untuk bermabuk-mabukan, dan mati dengan mengenaskan!”

Bella berusaha melepaskan diri, “Sekelompok orang yang menelanjanginya itu bukan saya yang memanggil mereka, dia adalah kakakku. Bagaimana bisa saya menyakiti dia?!“

David dengan sekuat tenaga menghempaskannya ke lantai, berlutut lalu mencubit dagunya: “Sekelompok orang itu sendiri mengaku bahwa kamu yang menyuruh mereka! Saat Polisi menginterograsi saya sudah mendengar semuanya!”

“Bagaimana bisa... David tolong percayalah padaku, saya benar-benar tidak ...”

“Bahkan sampai sekarang kamu masih berdalih?” David menjengut rambutnya sampai seluruh tubuhnya terangkat, ketidak peduliannya telah memutuskan hubungan mereka, dan membuat dia jatuh ke dalam rumah yang sangat dingin: “Bella, kamu memang sangat kejam yang seharusnya mati adalah kamu!”

Sakit di bagian kulit kepala sudah mati rasa, tetapi tidak sesakit bekas luka di hatinya, Bella menangis sampai tidak bersuara lagi: “David saya tidak memberikanmu obat bius, saat itu saja juga pingsan, ketika bangun kamu sudah berbaring di sampingku. Jika saya tahu kamu cinta terhadap kakak saya, saya tidak akan mungkin menikah denganmu...”

Pria itu sesuka hatinya melempar dia ke samping, seolah-olah dia selembar kain rusak.

Sakit. Rasa sakit yang masuk ke dalam hati.

Seluruh tubuh Bella mulai bergemetaran, dengan berhati-hati melindungi perutnya, berlutut di depan hadapannya, memohon belas kasihan mengatakan: “Saya tahu kamu sangat membenci saya. David, kamu ingin memperlakukanku seperti apapun saya akan menerimanya, permintaan saya hanya satu yaitu ampuni nyawa anak ini, anggap saja saya memohon kepadamu...”

“Tidak mungkin.”

Dua kata yang di ucapkannya menghancurkan seluruh harapannya. Dan di detik berikutnya, seluruh pakaiannya telah di koyak, bahkan pakaian bagian bawah juga tidak bersisa.

Pria itu menyeretnya dengan telanjang bulat berlutut di depan altar Anqila: “Pada hari kematian Anqila juga seperti ini setiap inci tubuhnya di penuhi luka, kamu juga harus merasakan apa yang telah diderita olehnya, selama satu malam berlutut meminta maaf di depan Anqila !”

Bella tidak dapat merasakan dingin lagi, matanya tertutup. Dia tahu secara tidak langsung membuat Anqila mati dengan mengenaskan, jadi dia selalu berdoa untuk jiwa Anqila. Selama tiga tahun pernikahannya setiap hari dia menyesali perbuatannya.

Berlutut di depan kakaknya, dia bersedia.

Bella berkata: “Baik, saya sudah berlutut, tetapi anak...”

“Baik-baik sekarang belutut, besok baru kita bicarakan.” David memutar tubuhnya, dan naik ke atas, di ruang tamu hanya tersisa pakaian yang terkoyak dan keadaan yang berantakan.

Di bawah lututnya Bella merupakan lantai marmer yang sangat dingin, hawa dingin itu masuk ke dalam tulang, dan masuk kedalam hatinya. Demi anaknya. Dia rela untuk berlutut, menerima semua kepahitan ini.

Setelah tengah malam, di bagian luar mulai terdengar suara petir menyambar, udara berubah menjadi sedingin es, Bella kedinginan sampai membuat bibirnya berubah warna unggu, menggigit keras giginya menahan penderitaan ini, sepasang tangannya melindungi perutnya, memberikan sedikit kehangatan kepada bayinya.

Akhirnya, langit menjadi cerah.

David muncul dari lantai dua di sebelah tangga, dia sedang berbicara dengan seseorang di dalam telepon, perlahan turun dari tangga.

Bella melindunggi perutnya, menantikan dia turun.

“David, Anak ini.. bolehkah saya...membiarkannya hidup...”

“Saya tidak bisa membunuhnya dengan tanganku sendiri.”

Pria itu berkata begitu membuat hatinya merasa tenang, akhirnya dapat bernafas dengan lega, Bella merasa sedih sedikit lagi mengeluarkan air mata: “David, terima kasih...”

“Jangan berterima kasih terlalu awal.”

Tidak lama suara David terdengar, dari luar villa terdengar suara pintu di dorong, satu rombongan pria berbadan besar masuk ke dalam, dengan hormat menyapanya: “Bos David.”

“Baik” David menunjuk ke arah Bella yang berlutut sampai tidak dapat berdiri lagi, “Bawa dia ke klub malam, kalian harusnya sudah tahu harus berbuat apa.”

Bella hanya diam kaku di sana, klub malam, bukannya itu tempat Anqila meninggal.

Terlihat seperti sebuar bar, tetapi sebenarnya tempat itu merupakan tempat berjudi, dan tempat wanita malam beroprasi!

Ternyata yang di katakan tidak akan“Mengunakan tangan sendiri” membunuh anak saya, ternyata ini arti sesungguhnya!

Pria itu ingin dia pergi ke klub malam menerima semua penghinaan itu, lalu mengugurkan anak itu...

“Bella, sudah saya bilang, hutang darah harus di bayar dengan darah.”

Wajah wanita itu sekejab berubah pucat, mengelengkan kepalanya dengan putus asa. Sayang sepasang kakinya telah mati rasa dan tidak dapat berdiri lagi, dia berusaha mengapai kakinya David, dengan sangat hina berkata: “David, saya mohon kepadamu, yang saya kandung ini adalah anakmu. Tunggu anak ini lahir, kamu ingin bagaimana menyiksaku saya tidak keberatan...”

David menendangnya: “Ini merupakan hutangmu terhadap Anqila, kamu harus membayar dengan cara yang sama!”

Memberikan isyarat pada pengawalnya: “Bawa dia pergi.”

Dengan matanya melihat pengawal telah membawanya, Bella menangis sebesar-besarnya, dan bersujud di depan pria itu:“David, saya berlutut di depanmu, ampuni anak ini, saya mohon padamu...”

Peng, peng, peng…

Bunyi dahi yang menyentuh lantai, terdengar suara yang keras. Tetapi dengan tatapan dingin David hanya melihatnya saja, dan tidak bergerak sedikitpun.

Tidak berdaya, Bella berlutut mengarah ke posisi jiwa Anqila, menangis sampai tidak bersuara, “Kak saya bersalah, saya tidak benar, saya minta maaf kepadamu. Jika jiwamu ada di langit tolong bujuk David, ya? Saya mohon kepadamu kak...hu...”

Urat di kepalanya tiba-tiba mengencang, David menjambak rambut dia dan memaksa dia mengangkat kepalanya, satu lagi tangannya mencekik lehernya, tangannya perlahan mencekeknya semakin kuat: “Jangan kira setelah kamu meminta maaf semua masalah telah terselesaikan. Hutangmu terhadap Anqila tidak akan pernah bisa terbayar!”

Melihat kebelakang ke arah pengawal, “Kalian masih diam menunggu apa!”

“uhuk... uhuk....” Bella dengan kuat di banting ke lantai, dengan batuk yang parah, tenggorokannya terasa sakit seperti terbakar, pengawal telah datang untuk membalik badannya, mengunakan tali yang tebal mengikat kaki dan tangannya, bertanya: “Bos David, mau membawa dia pergi ke klub malam kan... Apakah ingin di bawa untuk melayani tamu?”

Itu adalah istri dari Bos David, pengawal tidak berani bertindak sembarangan, harus bertanya yang jelas dulu baru bertindak.

sepasang matanya David yang tatapannya penuh ancaman: “Klub malam mau melakukan urusan apa, apakah saya harus mengatakannya lagi?”

“Mengerti, saya akan menjelaskannya kepada bos yang ada di klub malam.”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu