My Cold Wedding - Bab 136 Ayuk Ke Pantai

Selesai berbicara, James melepaskan tangannya dari pegangan motor, dia melebarkan tangannya ke atas udara dan tertawa riang: “Baik, ingin pergi kemana?”

Karena motor tidak ada yang memegang, sedikit bergoyang, Bella menyadarinya, tapi dia tidak takut.

Motornya sama seperti pemiliknya ini, liar, tidak ter kontrol, tapi jujur, jika suka ya suka, jika tidak suka ya tidak suka, dengan terus terang dan tulus menunjukkan perasaannya kepada orang lain.”

Dan dia yang sekarang, dia butuh ke-terus terangan yang seperti ini.

“Pergi ke pantai!”

James tertawa renyah, kemudian mendorong kepala Bella lembut: “Baik, ayuk ke pantai.”

Jalan di siang hari itu, suara mesin puluhan motor Harley meraung di sepanjang jalan Kota Harriford, di belakangnya diikuti suara sirine polisi, saling bersahutan.

Tiba-tiba saja, motornya melompat, dan parabola yang indah terukir di udara, setelah itu terjatuh dengan keras di atas tanah, puluhan motor lainnya pun mengikutinya, seperti kesatria pada malam hari, mengalihkan mobil polisi ke seberang sungai.

Jantungnya terasa seperti mau meloncat keluar, tapi juga ada perasaan senang yang luar biasa.

Tiba-tiba James kembali memegang kendali motornya, menjaganya di sekeliling pelukannya.

Bella bertanya: “Kenapa tidak keren lagi?”

Kerongkongan James naik turun, dengan lembut menjawab: “Jika aku sendiri tidak apa, paling buruk mungkin aku akan jatuh dan menjadi cacat atau mungkin terseret di jalan sampai mati, tapi aku tidak mungkin membiarkanmu dalam bahaya.”

Hati Bella menjadi hangat.

Kemudian dia melanjutkan: “Tersentuh ya? Hahaha anak muda itu juga anak hilang di arena cinta, aku mengejar wanitaku dari Jalan Haining sampai ke pulau Hainan!”

Bella menggeleng sambil tertawa: “Jadi apakah kau belum memilih yang pas di matamu?”

“Tentu saja sudah,” James mengerucutkan bibirnya, “Bukankah aku sudah memilihmu.”

“Sembarangan bicara, aku tidak pernah mengejarmu kan?”

“Kamu pernah.”

Baru saja Bella ingin marah, James mengendarai motornya masuk ke dalam jalanan kecil pedesaan, jalannya tidak terlalu mulus, Bella sedikit tergoncang, mau tidak mau dia memegang erat lengan James.

Tidak jauh dari sana, terlihat matahari terbenam, merah seperti darah, seperti Deja vu.

Seakan-akan, dia mencium aroma terlahir kembali.

DI RUMAH SAKIT.

Di kamar pasien David sudah tidak tahu berapa lama dia menunggu Bella kembali, sebenarnya dia sangat khawatir, kemudian meminta perawat dan pelayan menjaga Kakek, kemudian turun sendiri mencarinya.

Setelah bertanya kepada beberapa penjaga rumah sakit, ada satu yang memberitahu, bahwa dia melihat Bella tadi sambil menutup mulut berlari ke toilet, terlihat tidak enak badan.

David tidak menyerah, langsung ke toilet mencarinya.

Dari kejauhan, melihat Cindy sedang mendorong kursi rodanya sendiri, keluar dari toilet, dilema menyerangnya.

“David…”

David dengan malas meresponnya, langsung melontarkan pertanyaan: “Dimana Bella?”

Wajah Cindy pucat pasi, “Aku sudah terluka seperti ini, kamu masih mengkhawatirkan dia?! Sebenarnya apa bagusnya dia, sampai pantas kau cintai dan kau lindungi?”

David menatapnya dingin, langsung melewatinya dan pergi menuju ke toilet.

Tetapi tidak ada orang sama sekali di toilet wanita.

“Tidak usah cari lagi!” Cindy menggertakkan giginya dengan penuh kebencian berkata: “Dia sudah pergi bersama selingkuhannya!”

David dengan marah berbalik menoleh: “James?”

“Benar! Dia James!” tiba-tiba mata Cindy berkaca-kaca, dengan murung berkata: “James menerobos masuk dan langsung memukulku, dia juga mengancam……dia akan membalaskan dendam Bella, dia akan memastikan keluarga Li akan membayarnya!”

“Ingin menjatuhkanku, kita lihat saja apa dia memiliki kemampuan seperti itu!” dengan langkah besar David berjalan keluar toilet, dengan dingin bertanya: “Dimana dia?”

Cindy mengangkat bahunya, dan tertawa: “David, apa kau sudah lupa, kakekmu juga bermarga Li…”

David tertegun, langsung berlari menuju kamar kakeknya.

Kamar pasien tertutup rapat, dia sampai harus menggunakan semua kekuatannya untuk membuka pintu--

Suara “bip bip” dari perangkat medis juga sudah tidak ada.

Ventilator kakek David juga sudah dilepaskan, jatuh berantkan di atas lantai, jarum infus di punggung tangannya juga jatuh, botol kaca yang berisi cairan obat juga jatuh ke lantai menjadi berkeping-keping.

“Kakek—“

David mulai berkeringat dingin, “Dokter! Mana Dokter!”

Pemandangan di depannya hampir membuatnya gila, David sudah hampir gila, melihat dokter dan perawat buru berlari kedalam, langsung membawa Kakek Li masuk ke ruang darurat.

“Biarkan aku masuk!”

“Maaf Tuan Li, tolong kerja samanya, kita pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menolongnya…”

David ditahan oleh beberapa dokter laki-laki muda, Kakek ternyata masih setengah sadar, dengan gemetar dia menjulurkan tangannya, dengan serak dia memanggil: “David…”

David sudah tidak memperdulikan yang lain, langsung melepaskan diri dari para dokter yang menahannya, langsung berjongkok menggenggam tangan kakek Li yang sudah kering dan keriput itu: “Kakek, aku akan menemanimu masuk, aku akan menemanimu di ruang operasi…”

“Tidak perlu…” Dengan sedih Kakek menaikkan alisnya: “Sudah tidak sempat, Kakek sudah kehabisan waktu…David, dengarkan kakek….”

Para penjaga rumah sakit masih ingin menariknya, tetapi David melawan mati-matian dengan emosi: “ENYAH SEMUA!”

“David…” Kakek mengisyaratkan dia untuk mendekat.

Hatinya hampa, dengan erat mengenggam tangan kakek Li, melihatnya bernapas dengan kesusahan, wajahnya mulai berubah berwarna keunguan, “Kakek….”

“Bella….itu Bella….”

David tersontak: “…..Bella yang mencelakaimu?”

“Bukan…David, 10 tahun lalu, orang yang menolongmu…bukanlah Anqila…tapi Bella…” Kakek menggunakan sisa kekuatannya, tapi masih sanggup berbicara seperti itu: “Akasia…Tuan Chen yang membantu memperbaiki gantungan kunci Akasia semalam itu menelepon, dia bilang dia sudah menemukan ukiran tulisan yang lain di gantungan kunci itu…”

“Kakek, kamu jangan bicara lagi, kita selamatkan kamu dulu….”

“Tidak…biarkan aku bicara sampai selesai….” Kakek dengan sekuat tenaga menariknya, tetapi asfiksia membuatnya tidak bisa berbicara lagi karena sesak napas, kemudian Kakek Li menggunakan sisa kekuatannya, menuliskan 4 buah huruf alfabet di telapak tangannya.

Di goresan terakhir, tangannya tiba-tiba jatuh tergeletak tak bergerak.

“Kakek—“

David berteriak histeris: “APA YANG KALIAN TUNGGU, CEPAT SELAMATKAN DIA!”

Dokter langsung memeriksa Kakek Li, menghela napas dan menggelengkan kepala: “Tuan Li turut berduka, pasien sudah…”

Apa…

David berdiri dengan goyah, kemudian mundur beberapa langkah ke belakang.

Kakek….

Dia mengangkat tangan kanannya, masih terasa sentuhan hangat dari Kakek.

Kakek menggunakan sisa kekuatannya, menuliskan sesuatu di telapak tangannya: [BXDL] 4 buah alfabet.

Di belakang gantungan kunci akasia masih terukir tulisan ini?

Itu…

Tiba-tiba dia terduduk di lantai, semua nya seperti menyiram kepalanya, semuanya sudah jelas.

BXDL, Bella X David Li

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu