My Cold Wedding - Bab 102 Aku Adalah Bajingan

"Aaaa ---- David tolong aku ---"

Seruan Cindy terdengar ditelinganya, tetapi David berjalan terus ke arah Bella. Saat ini, hanya Bella yang ada dipikirannya, tidak ada lagi yang lain.

Brak ----

Cindy jatuh ke lantai dengan keras, menimbulkan suara yang membuat orang sekitarnya merinding.

Bella di saat tali terlepas sudah pasrah sambil menutup mata, tapi tidak disangka, ia tidak merasakan sakit yang sudah dia perkirakan, melainkan dirinya yang jatuh di pelukan hangat seseorang.

David berguling di tanah dengan Bella di pelukannya. Dengan cepat ia berdiri sambil membantu Bella berdiri, ia bertanya dengan khawatir, "Kamu tidak apa-apa, kan? Apa ada yang terluka? Hm?"

James juga bergegas datang, tetapi ia terlambat. Melihat David sudah menangkap Bella, ia menghentikan langkahnya.

Bella dalam pelukan David menggoyangkan sedikit lengannya, luka di lengannya yang besar membuat David kaget.

Setelah dengan jelas melihat siapa yang menolongnya, mata Bella seketika lembab, "Kenapa kamu.... Bukannya kamu tidak cinta sama aku? Kenapa masih mau menolongku?!"

"Bella, maafkan aku, semua ini salahku," David memeluknya dengan erat. Tanpa bisa ditahan, ia mencium air mata Bella, "Ini semua salahku, aku minta maaf padamu, jangan menangis ..."

Bella memberontak dipelukannya, seperti orang yang terluka, Bella berteriak, "Lepaskan aku!"

"Aku tidak akan melepaskanmu!" David menahan tangisannya, dengan mata merah berkata, "Mulai saat ini, aku tidak akan melepaskanmu lagi!"

"Atas dasar apa, selalu kamu yang memutuskan, kamu yang menyuruhku pergi, kamu yang menyuruhku tinggal, sebenarnya apa yang kamu pikirkan?" Setelah melewati ambang kematian, Bella mengeluarkan semua penderitaan yang ada di pikirannya dengan menangis, dia sudah menahannya cukup lama, "Aku sudah melepaskanmu, tapi kenapa kamu selalu muncul di hadapanku? Kamu sengaja bukan tidak ingin melihatku mendapat ketenangan? David, kamu memang bajingan!"

David diam dipukul oleh Bella, ia memeluk Bella erat dalam pelukan. Hati manusia memang harus sampai pada titik terakhir baru bisa dilihat dengan jelas. Ketika Bella bertanya apakah dia menyukai Anqila, David baru menyadari, bahwa dia sudah lupa akan kenangannya dengan Anqila, bahkan wajah Anqila saja sudah samar di bayangannya. Rasa cintanya pada Anqila, dimulai karena rasa terima kasih, jikalau rasa terima kasih itu sudah tidak ada lagi, maka hubungan itu tidaklah berarti apa-apa.

Sebaliknya, saat Bella terjatuh, bayangan Bella terbayang jelas dalam benaknya.

Bella juga ingat betapa dirinya malu dan seberapa besar harapannya ketika David berkata mau menikahinya

Dia juga ingat ketika dia dengan hati-hati memberitahu David bahwa mereka sudah punya bayi

Saat dia disakiti hingga tidak berbentuk dan terbaring di rumah sakit, dia hanya bisa dengan lemah dan tak berdaya sambil mengalirkan air mata berkata, "Kamu tidak bisa selalu memperlakukanku seperti ini ..."

Bella menangis dalam diam, dengan mempertaruhkan semua harga diri dan haparannya untuk hidup, dia bertanya, "Apakah kamu mencintaiku?"

Semua ini, seperti potongan film yang dalam beberapa detik berlalu dengan cepat. David bahkan dengan kaget menyadari, bahwa semua potongan memori yang menyangkut Bella, bahwa Bella tidak pernah membela dirinya sendiri, Bella selalu menerima kemarahan darinya, menerima semua penyesalan yang dirasakannya akibat kematian Anqila, menerima semua paksaan dari Cindy ....

Sampai detik terakhir, Bella bahkan masih berpesan padanya, harus menjaga kakaknya baik-baik.

Bella adalah wanita yang seperti ini, seperti sekuntum bunga Napas Bayi, yang tersembunyi diantara daya tarik bunga-bunga lain, namun malah hidup dengan lebih baik daripada bunga lain, lebih terang, tenang, tanpa perlu bersaing.

"Aku adalah bajingan, terserah kamu mau memukul dan memarahiku," David mencium pucuk rambutnya. Setelah membuka mantel, David melilitkannya ke tubuh Bella rapat-rapat, membungkus Bella erat dan langsung menggendongnya, "Aku bawa kamu ke rumah sakit dulu."

Berjalan hingga setengah, David menghentikan langkahnya. Kemudian berkata kepada James yang ada di belakangnya, "Direktur James, kali ini anggap saja aku berhutang padamu. Lain kali jika kamu memerlukan bantuanku, aku pasti akan membantu."

James mengangkat bahunya acuh tak acuh, menyembunyikan kesedihan dan rasa sakit dalam matanya dengan baik. Dia menunjuk ke arah Cindy yang terbaring berlumuran darah di tanah, "Masalah nanti, kita bahas saja di kemudian hari. Kamu mau bagaimana bereskan dia?"

David berhenti sejenak, "Minta tolong Direktur Tang untuk panggilkan ambulans."

James Tang menaikkan alisnya, "Maafkan jika aku terlalu berterus-terang, namun waktu ambulans menuju ke sini, dengan keadaannya yang demikian, entah bisa bertahan atau tidak."

"Kalau begitu, tergantung nasibnya saja."

Setelah berkata demikian, David melangkah dengan lebar keluar.

Dalam kegelapan, sebuah mobil Maybach berwarna perak melaju dengan cepat seperti pertir, menerobos semua lampu merah dan melaju terus menuju rumah sakit.

Albert yang sudah menerima telepon dari David, menunggu di rumah sakit sejak tadi. Melihat David keluar dari mobil dengan Bella dalam gendongannya, ia bergegas pergi menyambut, "Direktur, rumah sakit sudah diatur semuanya, kecuali dokter anak dan dokter andrologi, semua dokter telah bersiap menunggu perintah."

"Baik," David berjalan lurus kedalam rumah sakit dengan Bella dalam gendongannya, tanpa menghentikan langkah, ia berkata, "Beritahu semua rumah sakit besar di kota Harriford, jika ada yang bersedia menerima Cindy, maka artinya menjadi musuh dari perusahaan LS."

"Baik!" jawab Albert, lalu berkata, "Direktur, tadi tuan David menelpon kemari, katanya teleponmu tidak bisa dihubungi."

David sudah memasuki sebuah bangsal, dengan hati-hati ia menaruh Bella di atas kasur, kemudian menyelimuti Bella dengan baik, "Apa yang kakek katakan?"

"Dia berkata ..." wajah Albert sedikit canggung.

Alis David terangkat dan berkata, "Katakan."

"Itu ... tuan berkata anda harus segera pergi ke Kantor Urusan Agama untuk rujuk dengan nona Bella, kalau tidak pergi ...," Albert melanjutkan dengan takut, "Dia menyuruhku untuk menaruh obat dalam makananmu, lalu dia sendiri yang akan membawamu ke sana ----"

"Sepertinya tidak perlu obat lagi," David menyunggingkan senyumnya, "Namun panggilkan dokter dulu, lakukan pemeriksaan keseluruhan untuk Bella."

Albert tersenyum mengerti, "Baik!"

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu