My Cold Wedding - Bab 51 Pesta Makan Menjelang Perceraian

Bella bangkit berdiri dan menyerahkan berkas pemindahantangan proyek kepada Valdo: “Direktur Valdo, saya minta maaf. Saya tidak ingin menerima proyek taman bermain ini.”

Valdo menerima berkas itu dan membolak-balikkan halamannya dengan asal. Ia lalu menatap Bella sambil menaikkan alisnya: “Karena David?”

Bella tidak menjawab.

Di dalam hatinya, sebenarnya Valdo sudah tahu jawabannya. Tapi masalah seperti ini agak sulit untuk diselesaikan: “Sebelumnya kita kan sudah menandatangani kontrak. Kalau kamu mau mengundurkan diri, sepertinya baru bisa saat pihak Perusahaan LS juga sudah menyetujuinya.”

Bella berujar: “Siang hari ini saya dan David akan pergi mengurus proses perceraian.”

Valdo tertegun, “Kamu benar-benar sudah memikirkannya dengan baik-baik?”

“Iya, sudah.”

“Baiklah kalau begitu,” Valdo berkata: “Berkas ini letakkan dulu saja disini, saya cari penggantimu dulu. Tapi Bella, kalau nanti proyek ini membutuhkan bantuan teknis, kamu harus bantu ya. Sekarang ini sangat sulit bagi perusahaan untuk mencari desainer bertalenta seperti kamu.”

Bella merasa senang: “Tidak masalah, yang penting jangan tulis nama saya saja.”

Saat jam istirahat siang tiba, Valdo menyetir mobilnya ke Perusahaan LS sekalian mengantar Bella ke depan pintu kantor catatan sipil.

Bella membawa seberkas dokumen dan setelah menunggu sebentar, ia melihat sebuah mobil Maybach berwarna perak perlahan mendekat.

Mobil Maybach perak itu berhenti pelan di depan Bella. David tidak turun dari mobil dan hanya berujar dari kaca jendela mobil yang diturunkan: “Sudah makan belum?”

Bella menggelengkan kepalanya dan menyondorkan berkas yang ia bawa. Ia menggoyangkan berkas itu di hadapan David: “Ayo cepat selesaikan prosedur ini. Aku akan makan begitu kembali ke kantor.”

“Ayo naik, kita makan dulu.” jawab David.

“Tidak usah,” Bella mengulurkan tangannya: “Perjanjian perceraiannya mana? Berikan kepadaku, akan kutandatangani sekarang juga.”

Raut wajah David berubah menjadi tidak senang dan dengan dingin menjawab: “Aku tidak membawanya.”

Sepertinya Bella sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik dari pagi. Ia pun mengambil selembar berkas persetujuan perceraian dari amplop dokumennya: “Kalau begitu pakai ini saja.”

David tidak langsung menerima berkas itu. Ia justru hanya menaikkan alisnya dan menatap Bella: “Kamu sudah mempersiapkan semuanya, ya?”

“Tidak juga. Semua sudah ada formatnya di internet, hanya tinggal mengunduhnya lalu dicetak. Aku ingat formulir yang dulu kamu berikan kepada James untuk kutandatangani juga memiliki format kira-kira seperti ini. Aku sudah tanda tangan, ini pulpennya. Sekarang kamu tanda tangan juga.”

David tertawa dengan dingin dan menerima berkas persetujuan perceraian itu. Ia membolak-balikkan beberapa halaman dengan asal, “Rumah tidak mau, uang juga tidak mau… Kamu sudah benar-benar siap untuk dibeli, ya?”

Bella sudah dari awal terbiasa dengan perkataan David yang dingin seperti ini, kata-kata pria itu tidak bisa menyakiti Bella lagi: “Ini masalahku. Setelah bercerai kita berdua adalah orang asing, aku punya hak untuk memilih.”

“Aku tidak setuju! Bella, dengarkan aku baik-baik. Kalau kamu berani menjual dirimu, aku juga berani mengambil nyawa kakak laki-lakimu yang penyakitan dan adik laki-lakimu yang banci itu!”

Kelopak mata Bella bahkan tidak terangkat: “Terserah. Selain menggunakan keluargaku untuk mengancamku, memangnya apalagi yang kamu bisa? Kakak laki-lakiku memang mengidap penyakit yang parah, daripada menderita terlalu lama lebih baik ia segera meninggal... Sedangkan adik laki-lakiku... Hahaha... Aku sudah melakukan semampuku untuknya, bahkan lima tahun yang lalu aku terpaksa menjadi seorang gadis klub malam demi dirinya.”

David menyipitkan matanya, tatapannya terlihat berbahaya: “Bella, sekarang kamu benar-benar sudah berubah. Menjadi dingin dan tidak punya perasaan.”

“Terima kasih banyak Direktur David, adalah sebuah pujian bagiku bisa menjadi seperti anda. Ayo tanda tangan.”

David menahan napasnya sejenak, meredakan amarah yang bergemuruh di dalam dada dan otaknya.

“Baiklah,” David tertawa, kemudian merobek berkas perjanjian cerai itu menjadi dua. Ia kemudian merobeknya lagi menjadi empat bagian, lalu meremas semua robekan kertas itu dan dihempas ke udara kosong, “Aku tidak akan tanda tangan.”

Bella mendengus, “David, apa maksudmu dengan bersikap seperti ini?”

Selesai bicara, Bella mengambil lagi berkas yang sama dari dalam amplopnya: “Kalau kamu ingin merobeknya, aku sudah menyiapkan cadangannya. Kalau kamu masih ingin merobeknya, kita bisa mencetaknya lagi kapan saja. Di sebelah ada toko cetak dan draftnya ada di dalam emailku. Sampai kamu puas merobeknya, baru kita bercerai. Akan aku tunggu.”

“Bella, apakah kamu begitu ingin cepat-cepat bercerai?”

Bella mengangguk, “Kalau tidak bercerai, apakah harus menunggu aku meninggal? Nyawaku kali ini hampir saja hilang, jadi aku harus hidup dengan sebaik mungkin di sisa hidupku.”

David mendengus geli, jarinya mengetuk pada roda kemudi: “Baiklah, aku setuju. Tapi bagaimanapun juga kita sudah menjadi suami istri selama delapan tahun, ayo kita lakukan pesta perpisahan dulu baru bercerai.”

Bella sebenarnya ingin menolak, tapi ia takut penolakannya akan berbuah pada penundaan perceraiannya. Lagipula, ini hanya masalah satu-dua jam dan setelah bercerai, mereka akan benar-benar putus hubungan. Anggap saja ini sebagai sebuah titik akhir dari kekonyolannya akan cinta selama bertahun-tahun.

Dengan pikiran seperti ini, Bella pun mengangguk setuju. Ia membuka pintu mobil dan naik.

David menyetir mobilnya dan membawa Bella pergi ke sebuah restoran mahal. David memesan makanan mahal semacam ‘Foie Grass Truffle Steak’ lalu memberikan daftar menu ke Bella: “Pesan apapun yang kamu mau.”

Bella tidak mengambil daftar menu itu dan justru menoleh kepada pelayan: “Saya pesan satu gelas jus jeruk saja.”

David mendengus mengejek: “Diet? Kau sudah cukup kurus, tidak banyak daging di tubuhmu.” David pun sontak teringat sensasi tubuh Bella di dalam dekapannya kemarin malam, sikapnya yang dingin dengan sigap menyembunyikan pikiran dan hatinya yang mendadak tidak bisa tenang.

“Tentu saja aku tidak berencana untuk diet. Hanya saja, perut orang miskin sepertiku tidak cocok untuk makanan orang berkelas seperti ini. Setelah ini, aku akan pergi makan makanan pedas.”

“Makanan yang terlalu pedas itu merusak lambung.” David mengerutkan alisnya.

“Aku tahu,” Bella tertawa: “Aku suka makanan pedas, tapi kamu dari dulu tidak pernah makan. Jadi dulu, demi kamu, aku tidak berani menambahkan cabai, bahkan setitik lada pun tidak berani kutambahkan. Sayangnya dari dulu kau tidak pernah sekalipun pulang makan.”

Bella menganggap pembicaraan tentang masa lalu ini seperti angin lalu, “Tapi ada baiknya juga, kemampuan masakku jadi terasah baik selama tiga tahun itu. Untuk memasak makanan yang kau suka seperti ini, kemampuanku tidak kalah dari koki Michelin.”

Tepat pada saat itu, seorang pelayan datang dan menyajikan steak.

Bella hanya memandang makanan itu sekilas, lalu berkata: “Ini bukan daging segar kan? Sepertinya sudah dibekukan paling sebentar enam jam.”

Pelayan itu tertawa tipis dan meminta maaf: “Maaf, daging ini adalah daging sampai tengah malam kemarin. Segera saya ganti dengan daging yang baru tiba.”

Bella tersenyum sopan: “Maaf merepotkanmu. Tolong ingatkan kokimu juga, tidak usah ditambahkan lada.”

“Baik, tidak masalah. Mohon ditunggu sebentar, saya minta koki untuk masak ulang.”

Melihat Bella yang sangat tenang dan bijak membuat hati David terasa campur aduk.

David yang dulu tidak pernah tahu bahwa Bella menyiapkan begitu banyak masakan untuknya di rumah. Tiba-tiba mendengar pengakuan Bella seperti ini membuat hatinya seperti diremas.

“Karena aku tidak pulang makan, jadi semua makanan itu... Kamu buang?”

Bella menyeruput jusnya dan berkata: “Mana mungkin aku tega membuangnya. Aku tidak punya uang, hanya bisa bekerja paruh waktu. Sepeser demi sepeser uang yang aku hasilkan aku gunakan untuk membeli bahan makanan berkelas itu, tapi pada akhirnya hanya bisa kumakan sendiri. Tapi seberapapun enaknya makanan itu, akhirnya aku menjadi bosan juga setelah selama tiga tahun terus-menerus memakannya. Tapi setelah itu aku bisa merasakan ternyata makanan di dalam penjara enak juga.”

Seorang pelayan pun datang menghampiri dan dengan cepat meletakkan masakan steak yang baru dan beberapa masakan lainnya. Ia lalu mengucapkan “Selamat menikmati” dengan sopan dan berlalu.

Kali ini Bella tidak mengatakan apapun.

David mulai mengangkat pisau dan garpunya, memotong sepotong daging sapi itu, dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Jelas-jelas sudah diganti dengan daging yang lebih segar dan tidak ditambah lada, tapi tiba-tiba David merasa steak sapi ini tidak berasa dan tidak menggugah selera makannya.

“Kakek bilang, kalau kamu ada waktu kosong, kamu harus berkunjung ke rumah dan memasak untuk kakek. Kakek sangat suka masakanmu.”

Bella menganggukkan kepalanya: “Baiklah, tapi kamu juga harus mulai mengajar Cindy untuk memasak. Tidak baik juga kalau aku terlalu sering pergi ke sana setelah bercerai.”

“Ia tidak bisa,” David sepertinya tidak terlalu suka nama Cindy diungkit: “Ia hanya bisa jalan-jalan, belanja, dan minum teh.”

Bella dengan dingin tertawa, “Benar juga, Cindy memang beruntung. Sudah mau bercerai saja keluarga calon mantan suamiku masih menjadi urusanku.”

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu