My Cold Wedding - Bab 152 Aku Membencinya, Aku Mencintainya

Bella melambaikan tangan, "Tidak perlu, tidak perlu, nilaiku bagus dan aku mendapat beasiswa untuk semester berikutnya, cukup untuk menutupi biaya kuliah dan biaya hidup. Aku awalnya ingin memberi tahu kalian bahwa semester depan aku akan mengundurkan diri."

Bibi Mei tampak sedih dan memegang tangannya dengan tidak rela, "Kami tidak punya pilihan. Lagi pula, ini adalah cucu pertama, dan adalah cucu kesayangan kami ...."

"Yang pertama?" Bella sedikit terkejut, "Jadi Nino itu ..."

Dia selalu berpikir bahwa Nino Ning, yang berusia lima tahun, adalah cucu dari Paman Zay dan Bibi Mei, ternyata bukan?

Bibi Mei melihat kanan dan kiri dengan waspada, menariknya ke samping, menghela nafas dan berkata, "Anak ini sangat kasihan, orang tuanya adalah imigran gelap, ayahnya meninggal di laut, ibunya sama sepertimu, bekerja di tempat kami, tidak begitu lama melahirkan Nino ini, tetapi tidak punya KTP jadi tidak bisa ke rumah sakit ... persalinan sulit, jadi ..."

Setelah mendengarnya, Bella menjadi tawar hati.

"Aku dan Paman Zay selalu tidak tega memberitahukan kepada Nino, karena dia masih kecil sehingga takut dia tidak bisa menerimanya, jadi selalu kukatakan sebagai cucu kami. Tetapi Echo, kami akan pergi ke Sidney, dan anak perempuanku dan menantuku belum tentu mau menerimanya ... aku ada sedikit permohonan ..."

Tanpa menunggu Bibi Mei menyelesaikan kalimatnya, hati Bella langsung tergerak.

"Aku adopsi, Bibi Mei, aku yang akan memeliharanya."

Suaranya terdengar sedikit bergetar dan memegang tangan Bibi Mei hingga terasa sakit.

"Anak yang baik," Bibi Mei menepuk punggung tangannya, "Kamu selalu tegar, tidak pernah mengungkit masa lalumu, tetapi Bibi Mei dapat melihat, di negaramu kamu tidak melewati harimu dengan baik, Nino anak yang pengertian, sangat mudah diurus, tinggal di sini menemanimu juga baik."

Seminggu kemudian, restoran paman Zay dan Bibi Mei secara resmi ditutup.

Bella ikut mengantar mereka, sepanjang perjalanan Nino Ning merangkul boneka robotnya, matanya memerah seperti seekor kelinci, tidak berkata apapaun.

Bibi Mei meneteskan airmata, "Nino, Paman Zay dan Bibi Mei sudah akan pergi ke tempat lain, mulai sekarang kamu ikut dengan tante Echo, kamu harus menjadi anak yang baik, mengerti?"

Seorang anak usia 5 tahun, yang tingginya belum mencapai pinggang Bella, matanya sudah penuh dengan kesedihan menatap dunia ini.

"Nenek ... jangan tinggalkan Nino ... Nino akan patuh, sangat sangat patuh, Nino akan membantu bersih-bersih toko, akan rajin belajar, jangan tinggalkan Nino ..."

Bibi Mei merangkul Nino Ning dalam pelukannya dengan menangis diam-diam, "Nenek ... Nenek minta maaf padamu, Nino, nenek akan kembali menjengukmu nanti. Bukankah kamu paling menyukai tante Echo?"

"Hua hua hua ---" Nino Ning tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, menangis tersedu-sedu di pelukan Bibi Mei, "Nino tidak mau berpisah dengan nenek. Ayah dan ibu tidak menginginkanku lagi, nenek juga tidak menginginkanku. Daniel tetangga kita berkata benar, Nino adalah seorang anak yang tidak diinginkan siapapun, huahuahua ...."

"Bukan, bukan, ayah ibumu bukannya tidak menginginkanmu, jangan menangis, jangan menangis....,"Bibi Mei dengan segera menghapus airmata di pipi Nino Ning, tetapi dia sendiri semakin lama airmatanya semakin banyak mengalir.

Paman Zay yang berdiri disamping diam-diam juga ikut meneteskan airmata, tetapi kereta api tujuan Sidney akan segera berangkat. Dia menggigit bibirnya dan mendesak, " Ayo, jangan mengulur waktu lagi."

Bibi Mei yang sedang menggendong Nino di pelukannya, terus-menerus memohon pada Bella, "Echo, Bibi memohon padamu, rawat dia baik-baik, pastikan untuk merawatnya baik-baik."

Nino Ning memeluk paha Bibi Mei dan menangis meraung-raung, boneka robot kesayangannya juga dilepaskannya. Suara tangisannya yang berasal dari hatinya yang terdalam seperti sebuah jarum, membuat hati Bella terasa sakit sekali.

"Nino ..." Bella menghapus airmatanya, jongkok ke bawah dan membuka lengannya lebar ke arah Nino, "Nino jangan menangis, mendekatlah ke sini ... ke ... ibumu di sini."

Tangisan Nino Ning sedikit mereda, seperti seekor binatang buas yang ditelantarkan, tetapi dimatanya terlihat masih ada sedikit harapan, "Tante Echo ..."

Bella tidak mamapu menahannya lagi, dia berjalan ke depan merangkul tubuh kecil di depannya, "Jangan menangis lagi, ibu yang tidak baik, ibu yang tidak melindungimu dengan baik, Nino, kakek dan nenek hanya pergi liburan. Nanti ibu akan membawamu menjenguk mereka, ok?"

Tidak tahu apakah hati seorang anak kecil masih sangat polos sehingga mudah ditipu atau karena anak ini sangat merindukan kasih sayang seorang ibu, dia menghapus air matanya dan merengek, "Bibi Echo, apakah kamu sungguh ibuku?"

Mata anak ini memandang Bella dengan penuh harapan dan dengan hati yang terluka, "Aku adalah ibumu, Nino, dan ibumu ini tidak akan pernah meninggalkanmu lagi."

Nino akhirnya percaya, menangis di pelukan Bella dengan lebih keras lagi, "Aku sudah tahu Tante Echo adalah ibuku, Tante Echo adalah anak perempuan dari kakek dan nenek, Nino adalah cucu dari kakek dan nenek, jadi pasti Nino adalah anak dari Tante Echo ..."

Paman Zay datang menghampiri, membantu Bibi Mei untuk berdiri, dan mengangguk penuh rasa terima kasih.

Bella menghapus airmatanya dan membungkuk dalam-dalam kepada Bibi Mei dengan Nino Ning dalam genggamannya.

Setahun yang lalu, dia kehilangan anak keduanya, dan Tuhan memberinya Tom yang aktif dan lucu.

Enam tahun yang lalu, dia kehilangan anak pertamanya. Sekarang Tuhan memberinya Nino.

Bella hanya bisa bersyukur kepada Tuhan.

Bersyukur kepada Tuhan karena ia dipercayakan seorang anak dalam pengasuhannya, sehingga dia bisa menebus segala sesuatu yang telah terjadi.

Di malam hari, Bella tidur dengan Nino Ning di rumah sewaan kecil.

Mata Nino masih terbuka lebar, berada di lengan Bella, dan mereka tidak bisa tidur.

Bella menepuk punggungnya dengan lembut, "Nino tidak mengantuk?"

Nino menggelengkan kepalanya, "Nino ingin melihat ibu lebih lama ..." Dia tampaknya menyadari bahwa dia salah, dan bertanya dengan hati-hati, "Tante Echo, bolehkah aku memanggilmu ibu?"

Hati Bella sedikit terenyuh, ia mencium puncak kepala Nino, "Tentu saja, Nino adalah permata hati ibu."

"Ibu ..." Mulut Nino Ning memipih ingin menangis, tetapi masih tetap bertahan, "Bu, Nino akan nurut, akan sangat patuh dan benar-benar patuh, Nino boleh tidak mau mainan Transformers lagi, tapi ibu jangan meninggalkan Nino lagi, ya?"

Bella mengelus rambutnya yang halus, "Tidak akan, ibu tidak akan pernah meninggalkan Nino lagi."

Jawaban ini memuaskan Nino, dengan bermanja dia menjawab, " Nino juga tidak akan meninggalkan ibu."

"Apakah Nino menyalahkan ibu?"

"Menyalahkan apa?"

"Menyalahkan ibu ... Tidak bertemu denganmu lebih awal."

"Tidak kok, Nino tahu, ibu pasti mempunyai alasan tersendiri."

Dengan sekuat tenaga Bella menahan air matanya agar tidak mengalir turun, anak ini sangat pengertian hingga membuat orang merasa kasihan.

"Ibu ..." Nino menengadahkan kepala, kemudian bertanya dengan suara anak kecilnya, "Ayahku, apa yang beberapa hari ini selalu melihat ibu dari kedai kopi seberang?"

Bella menggeleng, "Bukan, dia hanya teman baik ibu. Apa Nino suka padanya?"

Nino mengangguk, lalu menggeleng, "Nino dapat melihatnya, dia berlaku sangat baik terhadap ibu, tapi Nino tahu, ibu pasti paling menyukai ayah."

Bella tidak dapat berkata apa-apa.

Nino bertanya lagi, "Ibu, ayah itu orang yang seperti apa?"

"Dia," Bella mengangkat sudut bibirnya, "Dia sangat bisa melakukan banyak hal, sangat hebat, oh bukan, melainkan sangat sangat hebat."

"Juga sangat tampan bukan?"

"Iya, sangat tampan."

"Kalau begitu kenapa ibu mau meninggalkannya? Satu keluarga bersama-sama bukankah sangat baik?"

"Karena ..." Bella berhenti, "Karena dia melakukan beberapa hal yang tidak baik, ibu tidak bisa memaafkannya untuk sementara waktu."

"Kalau begitu apa ibu masih mencintai ayah?"

Pertanyaan ini, Bella tidak bisa langsung menjawabnya.

Setelah Bella kembali melihatnya lagi setelah lewat agak lama, Nino sudah tertidur lelap dalam lengkungan lengannya. Sedikit membuka mulut kecilnya, dalam tidur pun ia tetap merasa tidak tenang, memegang tangan Bella dengan erat.

Bella menggendongnya dalam pelukan, kemudian menyelimutinya dengan selimut.

"Ayahmu ..." Bella menghela napas, "Aku membencinya, tapi yang lebih banyak adalah ... Aku masih mencintainya."

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu