My Cold Wedding - Bab 120 Kita Menikah Saja

David terbangun mencium aroma masakan.

Sakit kepalanya menyerang.

Dia mengernyit dan mencoba duduk, baru sadar kalau dia tertidur di tempat tidur Bella, selimut bermotif bunga, rumah yang bersih, lembut, dan tercium jelas aroma tubuh Bella.

Dapur dan kamar hanya terpisah oleh sebuah jendela geser, terdengar jelas juga suara tumisan sayur di atas panci.

Bella hanya memakai satu stel piyama, dengan celemek terikat di pinggangnya, mungkin karena piyamanya yang terlalu besar, tali piyama yang terikat di pinggangnya sangat tipis, rambutnya hanya terikat seadanya dengan karet rambut berwarna hitam, rambutnya jatuh lemas di bahu kirinya, sekali-sekali membalik badan, bisa terlihat wajah mungilnya, dan bibirnya yang sedikit tebal.

Bella kemudian memperhatikan dia, mengetuk jendela, melakukan isyarat menyikat gigi, mendesak dia untuk membersihkan diri.

David pun tertawa, kemudian kembali merebahkan dirinya sebentar, baru kembali bangkit menuju ke kamar mandi.

Pagi-pagi Bella sudah menyiapkan alat-alat mandi yang baru untuknya, David pun tersenyum, setelah mencuci muka dan menyikat giginya ia melihat ke cermin dan ada sedikit rasa canggung.

Bella meletakkan makanan di atas meja dan memanggilnya: “Setelah mandi langsung saja kemari untuk makan.”

“Dirumah ada…” David mengeluarkan kepalanya, rautnya sedikit canggung: “Pisau cukur?”

Bella melihat kumis dan janggut tipisnya, kemudian menggeleng: “Tidak ada.”

Wajah David langsung berubah kusut, kemudian menatap kosong dirinya yang berantakan itu.

Rambut acak-acakan, baju yang berantakan, kumis dan janggutnya juga berantakan, dia tidak pernah semalu ini, yang membuatnya semakin malu adalah, semua itu terlihat oleh Bella.

Bella saja sudah menolaknya, sekarang melihat dirinya yang sekarang, bukankah akan lebih menjijikkan?

“Kenapa belum keluar juga?”

David samar-samar berkata: “Tolong kamu pakai teleponku untuk menghubungi Albert, minta dia antarkan pisau cukur kemari.”

“Sudahlah, hari ini hari Minggu, Albert juga butuh istirahat.” Bella berkata: “Apakah hari ini kamu mau pergi ke kantor?”

David keluar dari kamar mandi, duduk di meja makan, “Apakah kamu menginginkan ku pergi atau tidak?”

Bella mengambil semangkok bubur putih untuk dirinya sendiri, kemudian menambah bebarapa jenis sayur dan mulai makan: “Apakah kamu sendiri ingin pergi?”

“Aku?” David melihat bubur di depan Bella, menyerngit.

“Aku hanya membuat porsi seorang, tidak ada untukmu. Aku hanya meminjamkan tempat tinggal untukmu, tidak harus membuatkan makanan juga untukmu juga.”

David terdiam, “Lalu apa maksud kamu mengetuk jendela tadi, hanya untuk melihatmu makan?”

“Tidak,” Bella kemudian menyodorkan sebungkus roti: “Diskon dari supermarket, satu dollar bisa membeli lima bungkus, walaupun aku tidak ingin mentraktirmu makan, tapi tidak setega itu sampai membiarkanmu kelaparan, nih, disana masih ada empat bungkus, semuanya untukmu.”

David menaikkan aslinya sambil menatap roti kering di tangannya, merek yang belum pernah dia dengar, tulisan di bungkusannya pun sudah buram, tanggal kadaluarsa pun sudah tidak ada, produk yang tidak jelas asal-usulnya.

Pluk, roti pun di buang.

“Aku tidak makan ini.”

Bella peduli hanya menatapnya sebentar: “Kalau begitu kamu tahan saja laparmu."

“Telepon Albert! Suruh dia antarkan makanan kemari!”

“Teleponku rusak, aku tidak melihat teleponmu, kamu telelpon saja sendiri,” Bella kemudian menyeruput sesendok bubur, mengecap seperti seekor ikan emas kecil, “Oh iya, jas dan kaos mu bau alkohol, jika mau di antarkan, sekalian saja.”

David dengan emosi pergi ke kamar mencari handphone-nya.

Mengelilingi kamar, tetapi tidak juga ketemu.

Dia mengacak-acak rambutnya, kemungkinan semalam tertinggal di klub.

Kembali ke meja makan, David dengan muramnya: “Kamu bantu saya beli dulu, nanti akan saya ganti berpuluh kali lipat.”

Saat Bella memakan suapan terakhirnya, dia berdiri menuju dapur untuk mencuci piring,

“Seratus kali lipat.”

“Tidak akan.”

“Seribu kali lipat!”

“Setriliun kali lipat pun tidak akan ku lakukan,” Bella selesai membilas sumpit dan mangkok, kemudian meletakkannya di rak piring, “Aku membiarkanmu tinggal untuk satu malam juga tidak menagihmu uang menginap, jika kamu sudah sadar langsung saja pulang.”

David emosi, menarik kursi dengan kasar: “Sedikit simpati pun tidak kau berikan, masih menyuruhku keluar?”

“Di antara kita ada masih ada apa yang harus disimpatikan?” dengan muka datar, melepas celemeknya kemudian menggantungnya, “Ada lagi, aku sudah mencari ahli kunci untuk mengganti gembok pintu masuk.”

David melontarkan kata-kata yang sudah tertahan lagi: “Kamu sudah kelewatan!”

“Begitu juga denganmu.”

David maju kedepan dan menahan bahu Bella, menunduk sambil menatap matanya: “Hal kejam apa lagi yang pernah aku lakukan dulu? Katakan satu per satu, semuanya akan aku tebus.”

Bella tidak sengaja mengungkit: “Kamu juga pernah membiarkanku telanjang sambil berlutut di depan makam kakakku semalaman….”

Baru mengungkit setengah cerita, Bella sudah menyesal.

David mulai membuka pakaiannya sendiri.

Saat dia bangun tidur, dia hanya memakai kaos putih kusut, sekali dibuka sudah tidak tersisa apapun.

Bella ingin mencegahnya, tetapi David sudah tengah melepaskan tali pinggangnya.

“Tolong jangan…” Bella dengan panik berkata: “Hei, aku cuma asal bicara, jangan kamu lepaskan lagi…”

David melepaskan tali pinggannya, kemudian matanya perlahan menoleh, dalam hati sudah ada rencana.

“Aku adalah seorang pria, apa yang sudah di ucapkan harus di buktikan,” Dengan wajah datar: “Apa yang pernah aku lakukan terhadapmu dulu, sekarang harus terulang sekali lagi.”

“Aduh kau ini…Aa!”

Dengan sekali gerakan David mengangkat Bella ke bahunya, dengan sekali tendangan membuka pintu kamar dan masuk kedalam, dengan kasar melempar Bella ke atas ranjang.

Kasur mengangkatnya, tapi kembali tertekan oleh tubuh yang berat.

Bella menatap David yang menimpa tubuhnya, marah semarah-marahnya hingga mau meledak: “Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri!”

Ini adalah kesempatan yang bagus, David tetap tidak berdiri, tetap membiarkan berat tubuhnya menimpa Bella, dia menggigit kecil bibir Bella seakan membalas dendam: “Hey benda kecil, apakah kamu tidak ingat bagaimana dulu kita bercinta? Hal ini harus terulang lagi, apa yang ku ucapkan harus di penuhi.”

Bella tersulut emosi, menaikkan lututnya menghantam buah zakarnya, David dengan sigap menghindar, menangkap kakinya dan membukanya, memposisikan dirinya di tengah kedua kaki Bella, kemudian kembali menimpa tubuh Bella, dengan satu tangan dia menahan tangan Bella yang memberontak dan menguncinya di atas kepala, tangan satunya lagi mulai bergerak melepaskan pakaian Bella.

Bella dengan panik berteriak: “Ini tidak termasuk! Berhenti kamu!”

“Harus termasuk, kalau tidak kita ganti posisi saja, kamu di atas.”

Bella meludahinya: “Brengsek! Kalau kau masih menggangguku, kamu percaya aku akan meminta Jane untuk mencari pria berotot untuk memperlakukanmu seperti ini?”

“Akan kutunggu,” Tangannya terus bergerak ke dalam pakaiannya menelusuri punggungnya, dengan terampil membuka kapit pakaian dalamnya, membuat Bella berdesah.

David berdehem sekali, dan tidak bisa menahannya lagi, mulai menciumnya dengan kasar, dengan tersenyum jahat: “bagaimana bisa menjadi seperti ini, baru saja sebentar sudah mengeras.”

“Ini salahmu!”

“Pria terhadap wanita, pada akhirnya hanya ada satu pikiran, hal yang tidak pernah terpikirkan.”

Bella tertawa sinis: “Direktur David, kamu jangan begitu sombong, rekaman kamu memohon kepadaku untuk tidak meninggalkanmu, Albert yang merekamnya dan mengirimkannya padaku, jika perlu aku tidak akan ragu untuk membuat ribuan salinan dan menyebarkannya di situs internet, dan memperlihatkan kepada orang-orang betapa memalukan seorang presiden perusahaan LS yang beribawa ini!”

David tidak bisa tidak menaikkan alisnya: “Berargumen dan berbaikan dengan pacar sendiri, apa yang memalukan dari itu?”

“Kamu…”

“Lagipula, akulah yang membiarkan Albert merekamnya.”

“Apaa…”

Saat Bella masih terkejut, David mulai menahan tubuhnya dan memasuki Bella, melihat ekspresi wanita yang sedikit kesakitan di bawahnya, tubuh dan hatinya merasa puas, menghela napasnya: “Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, Bella, apa yang terjadi semalam aku masih mengingatnya dengan sangat jelas, apa yang ku katakan semuanya masih teringat jelas…”

Dia membungkuk, menempelkan keningnya di kening Bella: “Kita menikah saja, lahirkan anak untukku…”

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu