My Cold Wedding - Bab 115 Kejujuran

“Kamu salah dengar, aku tidak pernah bilang.” Bella berbalik, merapat ke dinding ruang rawat.

David tidak berdaya, “Tidak, kalalu memang juga tidak apa, kalau begitu kita habiskan saja waktu kita disini, lihat siapa duluan yang akan menyerah.”

Bella menaruh curiga: “Apakah kau tidak perlu pergi ke perusahaan?”

“Berkatmu, setelah menerima telepon dari kakakmu, aku sudah menyia-nyiakan sebuah rapat penting dengan puluhan Direktur dari perusahaan lain, laporan keuangan tahun ini juga tidak begitu bagus, biarkan mereka menunggu dulu.”

Melihat David yang tidak akan berhenti jika tidak memeriksanya, Bella sebaik mungkin berusaha, akhirnya pun membalikkan badannya: “Aku sungguh baik-baik saja….”

Sepasang tangan yang besar itu langsung bergerak membuka pakaian Bella tanpa mendengar alasan apapun, langsung melihat di bagian pinggangnya terdapat sebuah memar kebiruan, dengan murung berkata: “Kamu ini terbuat dari besi? Memar begini parah, masih mengaku baik-baik saja?”

Bella memakai kembali pakaiannya, dengan mata sayu menjawab: “Luka ini tidak seberapa, diberi obat cair sedikit pasti akan segera sembuh. Dulu, apa yang terjadi di “dalam” dalam waktu lima tahun itu, luka di tubuhku lebih parah dari ini, jadi ini belum seberapa.”

Tanpa Bella beri tahu pun, David sudah tahu bahwa yang di maksud di “dalam” itu adalah penjara.

Lima tahun itu, untuk David, adalah tahun dimana dia sudah berhasil menangani berapa banyak kasus, mendapatkan profit yang lumayan, pasar saham perusahaan pun terus meningkat, dalam beberapa tahun itu sebenarnya dia tidak terlalu sering teringat akan Bella, untuk bertemu saja pun, tidak terpikirkan sedikitpun, karena setelah bertemu Bella…perasaannya akan menjadi dalam dan semakin dalam.

Seorang pengusaha, penghasilan menjadi prioritas, perasaan baginya hanya menjadi beban, David dari dulu berpikir seperti itu, tetapi setelah dia mendapatkan panggilan dari Delson hari ini, saat mendengar Bella dalam bahaya, tanpa keraguan sedikitpun, dia langsung membuka pintu ruang rapat dan langsung keluar berlari secepat mungkin.

Saat dalam perjalanan, yang muncul di pikirannya hanyalah bayangan saat tubuh Bella yang di penuhi darah lima tahun yang lalu, sekarat, tampak tak berdaya.

Dia sungguh tak ingin mengingat pemandangan itu lebih dalam lagi, dalam sekejap, hatinya seperti terangkat, tidak ada tempat untuk bersandar.

Sepanjang perjalanan menginjak gas sedalam-dalamnya, kemampuan mobil Maybach benar-benar di uji, saat sampai ke gang kecil itu, kebetulan dia mendengar kalimat yang di ucap oleh Bella “David adalah lelakiku, coba saja sentuh aku jika kamu berani?”

Hatinya sungguh tidak tenang, seakan semuanya sudah ada jawaban.

Seorang David yang tidak berperasaan, seorang David yang biasa membuat keputusan di atas meja saat bernegosiasi, seorang David yang biasanya tidak berhenti menolak orang lain, jatuh hati pada pandangan pertama pada gadis biasa ini.

Dia tidak mempunyai wajah yang sangat menarik, tidak tahu cara berpakaian dan berdandan yang cantik, keras kepala, berwatak kasar.

Tetapi karena dia sudah jatuh hati kepadanya, semua hal itu tidak menjadi masalah.

Alis David mulai turun, pandangannya terhadap Bella menjadi lembut dan hangat: “Kedepannya selama ada aku, tidak ada seorangpun yang bisa menyakitimu.”

Bella hanya mengira David adalah orang yang tidak akur dengan kakeknya, tidak ada hal spesial yang berkesan: “Orang yang tidak punya maksud apapun tidak akan berani menyakitiku, kamu juga sudah melihatnya, apakah kita sudah boleh pergi?”

David menganggukkan kepalanya, meraih tangannya dan keluar dari ruang rawat, Dokter itu memakai kacamata yang tebal melihat mereka: “Sudah selesai periksa?”

“Hem.” David menjawab: “Tolong beri resep obat untuk memperlancar sirkulasi darah.”

Dokter tua itu sambil menulis resep dengan polosnya bertanya: “Anak muda, saat bermain jangan terlalu gila, bukankah sudah pernah diterbitkan di koran, ada seseorang yang sudah menggunakan belut sawah akibatnya kehilangan nyawa kecil, penampilan elegan, tapi seleramu sungguh keras…”

Seluruh wajah David berubah menjadi gelap.

“Dokter, kami bukan….”

“Apanya yang tidak?” Dengan tidak ramah sang dokter tua berkata: “Tangan ditarik begitu kasar, bahkan dokter pun tidak diizinkan untuk melihat, panik sampai jadi seperti ini, masih bukan?”

Bella terdiam: “Aduh, kami benar-benar bukanlah….”

“Aku tidak peduli kalian benar-benar atau tidak, ini, lantai satu keluar dari lift belok kiri untuk mengambil obat, setiap hari teteskan pada luka memar, urut dengan sedikit tenaga, beberapa hari kemudian pasti sudah sembuh.”

Kedua orang itu mengambil resep dan keluar, tapi di tahan oleh sang dokter, dengan kacamata yang sudah hampir melorot ke ujung hidungnya, matanya mengarah kepada mereka: “Nak, kuperhatikan bagian atas hidungmu bersinar dan kedua pipimu merona, pasti akan ada yang merenggut itu darimu, kamu harus hati-hati.”

Bella tidak mengerti, hanya sembarangan membalas dengan beberapa kalimat langsung menarik David keluar ruangan.

Setelah mengambil obat, saat kembali ke mobil David mendapat panggilan telepon, menjawab sekedarnya, kemudian menatap Bella: “Adikmu sudah di temukan.”

Bella langsung panik, “Dimana?”

David langsung menjalankan mobilnya, setelah setengah jam berlalu, dia berhenti di gerbang rumah Keluarga Bella.

Bella bertanya: “Apakah Doni sudah kembali?”

“Dia diantar oleh polisi,” David memberi tahu Bella informasi yang dia dapat dari Albert: “Dia ingin melarikan diri ke Hongkong secara illegal, tapi tertangkap oleh kepolisian laut sudah beberapa hari, Albert lah yang membawanya kembali.”

“Apakah dia terluka?”

“Seharusnya tidak.”

Bella mengangguk-anggukan kepala, “Kalau begitu ayuk pergi, jika sudah ketemu, aku tidak perlu masuk lagi.”

David menyadari Bella menghindari keluarganya, bertanya: “Demi mencari dia kamu sudah terluka, mereka harus tahu tentang hal ini.”

“Tahu untuk apa,” Bella menangis pilu: “Semuanya punya kehidupannya sendiri, masing-masing hidup dengan damai itu sudah cukup, kita pergi saja.”

Di perjalanan, David mencoba se-natural mungkin bertanya: “Jadi apakah kamu sudah memilih Universitas?”

Bella menggeleng, sambil menyelipkan rambut yang berantakan di hembus angina ke belakang telinga: “Belum, akhir-akhir ini tidak ada waktu untuk mencari.”

David menjawab: “Perusahaan LS ada cabang di Amerika dan Eropa, jika kamu sudah memutuskan untuk pergi kesana beri tahu aku, jam di luar sekolah boleh pergi ke perusahaan bekerja bersama desainer tua, jauh lebih baik daripada yang di sebutkan di atas kertas.”

“Kalau begitu aku harus pergi dengan status siapa? Mantan istrimu, atau adik iparmu?”

“Bella,” David kemudian menepikan mobil: “Aku ingat aku pernah bilang padamu, aku ingin kembali menikah denganmu, pertanyaan yang kamu tanyakan dulu, aku sudah berpikir dengan matang, hari ini

aku akan menjawabmu dengan serius, aku mohon, aku akan memperlakukanmu dengan baik, bukan karena perasaan bersalah ataupun kasihan, tetapi aku benar-benar sudah mencintai…”

Tinglingling--

Suara telepon memotong ucapannya.

David dengan tidak senang meraih handphone nya, ragu-ragu, kemudian mengangkatnya: “Ada apa”

Si penelepon menyadari sikap dingin David, Cindy dengan geram menggigit bibir bawahnya, sambil melihat kedua kakinya yang di gips, tidak bisa melampiaskan amarah nya, sekujur tubuhnya gemetar: “David, kau sungguh kejam!”

“Aku dari dulu memang begini, kamu seharusnya sudah tahu.”

“Iya, aku tahu, dari dulu kamu juga kejam kepada Bella, aku sudah buta, mengira kau bisa baik kepadanya, baik kepadaku…”

“Cindy,” David memotong ucapannya: “Jika kamu masih ingin mengungkit hal ini kepadaku, aku akan menutup telepon. Aku sangat sibuk, tidak ada waktu untuk membahas masalah yang tidak berujung ini.”

“Tidak mau!” nada bicara Cindy tiba-tiba berubah, dengan sedih memohon: “David, kamu tidak boleh begini terhadapku, Kakak…dia mengawasimu dari Surga…”

“Kakakmu juga pasti merasa malu karena mempunyai adik sepertimu!” David tersulut emosi: “Cindy, demi Anqila, aku membiarkanmu hidup itu sudah termasuk baik hati, kau sudah membayar pembunuh untuk membunuh Anqila, sekarang ingin mencelakakan Bella, aku punya cara agar kau membayar itu semua dengan konsekuensi berpuluh atau ratus kali lipat, jika kau masih bersikeras, jangan salahkan jika aku sudah tidak peduli.”

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu