My Cold Wedding - Bab 106 Bella, Aku Datang Mencarimu

Pelayan mengangguk mengerti, membuka sebungkus obat bubuk lalu memasukkan semuanya ke dalam sup. Diaduknya sup itu dengan rata, lalu mencoba satu sendok, "Tuan, obat ini tidak memiliki rasa apapun."

"Bagus kalau begitu, bagus," Kakek David dengan senang menggosokan tangannya, "Semoga Bella bisa langsung hamil, haiya ... aku harus kembali melihat-lihat kamus. Aku kurang puas terhadap nama yang dipikirkan waktu itu, aku perlu mencari guru besar untuk membantuku mencarikan lagi."

Menjelang sore, kakek David sudah duduk menunggu di depan jendela, kemudian terlihatlah Maybach milik cucunya.

Pintu mobil terbuka, ternyata hanya ada David seorang diri.

Kakek David tidak senang, "Mana Bella? Kenapa tidak pulang bersamamu?"

Wajah David juga terlihat tidak senang, berjalan masuk menuju dapur lalu bertanya pada pelayan, "Hari ini apa menunya?"

Sebelum pelayan menjawab, kakek David sudah memotongnya, "Aku bertanya padamu, kenapa tidak membawa Bella pulang bersamamu?"

David berjalan menuju dispenser untuk mengambil air, kemudian meminumnya dua teguk, "Dia ... tidak enak badan."

"Tidak enak badan?!" Kakek David membelalakan mata, "Apa pusing dan mual-mual? Sudah membawanya ke rumah sakit belum? Harus diperiksa! Kamu nih, untuk apa pulang seorang diri, temani Bella, dong!"

David mengerutkan dahi, "Kakek, dia tidak hamil, hanya tidak enak badan saja. Selain itu dokter juga sudah berpesan, bahwa dia harus menjaga kesehatan, kakek yang terlalu terburu-buru."

"Aku terburu-buru atau kamu yang terlalu tidak terburu-buru?" kakek David begitu mengatakan ini langsung menjadi kesal, "Kamu sudah 30 tahun! Saat kakekmu berumur 30 tahun, ayahmu saja sudah bisa berlari kesana-kemari, saat ayahmu berumur 30 tahun, kamu sudah bisa membongkar televisi dan kencing sembarangan!"

Para pelayan tidak bisa menahan tawa, akhirnya tertawa dengan suara kencang.

"Apa bedanya? Ini namanya hubungan keluarga, mengerti tidak?" Kakek David tidak setuju sambil bertanya, "Kalau begitu hubungan kamu dan rubah itu apa masih belum bersih?"

David duduk di atas sofa sambil memejamkan mata, pura-pura tidak kedengaran.

"Ayo makan!" pelayan memajang makanan satu per satu di atas meja, membuat meja makan menjadi penuh. Terutama panci sup ayam itu, ditaruh begitu saja di atas meja, memakan tempat hingga separuh meja. David Li menatap heran.

"Bibi Wu, apa maksud semua ini?"

Pelayan tersenyum penuh kebaikan, "Tuan berkata biasanya kamu bekerja terlalu lelah, perlu membantumu memenuhi gizi. Awalnya dikira bahwa nona Bella juga akan datang, jadi dimasak lebih banyak. Namun sudah kita bungkuskan, saat pergi nanti, tuan muda ingat bawakan untuk nona coba, lihat apakah kemampuan masak Bibi Wu ada kemajuan atau tidak."

David mengerutkan dahi, saat mendengar 'bawa pulang untuk mencoba', awalnya sudah ingin menolak, namun kata-kata itu turun kembali.

Tidak habis dimakan, iya, sangat bagus.

David sedikit tidak tega, "Aku akan berdiskusi lagi dengan Bella."

Mendengar itu, kakek David menahan kesenangan dalam batinnya, "Diskusi juga tidak ada gunanya. Kulihat Bella sudah bulat keputusannya untuk meninggalkanmu."

David meminum sup dengan pelan, rasanya pas, tidak ada rasa aneh. Kali ini tidak dimasukkan obat?

Dia dengan curiga menatap pelayan, hanya menemukan mereka sibuk mencabut sisik-sisik ikan untuk kakek, tidak melihat adanya keanehan apapun. Kakek malah dengan raut wajah suram, sama sekali tidak menatapnya.

David melanjutkan minumnya.

Selesai makan, pelayan memberikan beberapa bungkus makanan, kemudian berpesan beberapa kali agar Bella harus mencobanya.

David hanya menjawab ringan, lalu mengendarai mobil dan pergi.

Berbeda dengan David, Bella malam ini tidur dengan nyenyak.

Setelah mengusir David pergi, ia mengunci pintu. Kemudian memindahkan sofa untuk memblokir pintu. Setelah itu baru kembali ke kamar dan menarik tirai, tertidur hingga larut malam.

Saat bangun, ruang tamu sudah sangat gelap dan kosong, dan tiba-tiba hatinya terasa sakit.

Bella menggelengkan kepala, memarahi dirinya sendiri yang tidak berguna.

Ia sendiri yang telah mengusir David, dan melihatnya tidak ada sekarang, tanpa sadar hatinya sedikit berharap.

Yang namanya wanita, memang agak repot.

Kulkas sudah dibersihkan hingga kosong, telur juga sudah dimakan. Bella sedikit menyesal, jika ia tidak dengan kesal membuang semua makanan tadi, setidaknya ia masih bisa mengganjal perut sekarang.

Kembali ke kamar dan berganti baju, Bella bersiap untuk keluar dan membeli makanan.

Sofa didorong kembali ke tempat semula dengan susah payah, pintu juga sudah dibuka kembali. Begitu Bella membuka pintu, seseorang duduk di atas lantai tepat di samping pintu, melompat kaget, orang itu tersenyum dengan senyum khasnya, "Bella, aku datang mencarimu."

Masih dengan baju kulit dan celana kulit, hanya rambut saja yang agak berantakan, wajah dipenuhi bekas darah, satu mata juga sedikit bengkak, meninggalkan seutas jahitan.

"Aku tidak ada tempat untuk tinggal, tidur di tempatmu boleh tidak?"

Bella melihat James Tang yang sudah hampir ambruk, mana masih ada hati untuk menolaknya. Bella membantu memopohnya masuk ke dalam. Meskipun James Tang kelihatan kurus, namun tetap saja ada perbedaan antara pria dan wanita. Jarak pendek dari pintu hingga ruang tamu, sudah membuat Bella sangat kelelahan.

Saat menaruhnya di atas sofa, James Tang meringis kesakitan.

Bella segera melepaskan tangan, "Kamu terluka dimana?"

"Aku tidak apa-apa, Bella. Biarkan aku tidur sebentar, sebentar saja ..."James Tang bergumam kecil, menggeser posisi kaki, matanya sama sekali tidak dapat dibuka lagi. Tak lama, terdengarlah bunyi dengkuran.

Sepertinya dia benar-benar kelelahan. Juga tidak tahu dia sudah berada di depan pintu berapa lama, rambut-rambut halus di dagunya terlihat luka memar, darimana asalnya luka-luka ini?

Pria dengan tinggi 1.8 meter lebih ini, sudah tertidur di sofa kecil dengan mengecilkan tubuh. Hampir setengah dari kakinya meggantung di luar. Sofa Bella yang awalnya berwarna putih, dapat terlihat jelas berubah menjadi sepetak warna merah.

Bella kaget, ia membuka resleting baju kulit James Tang, tanpa sadar menjerit, " Astaga ..."

Dari perut hingga pinggang belakang, besar lukanya hampir setengah tubuh. Luka itu begitu dalam, hingga samar-samar dapat terlihat dagingnya.

Bella tidak peduli lagi, ia menepuk-nepuk wajah James Tang, "Sadarlah, lukamu terlalu parah. Harus segera ke rumah sakit!"

James Tang bergumam sambil mengernyitkan dahi, "Kamu wanita ini kenapa begitu kejam, sengaja ingin membuatku tertangkap ya?"

"Tapi lukamu ..."

James Tang tidak bisa melawannya, memaksakan diri untuk duduk, dengan mata buram memandang Bella, "Tidak apa-apa, aku hanya luka sedikit, pangeran bahkan sudah tidak akan memeriksa perkara ini lagi, layak bukan!"

Bella terkejut, meskipun James Tang tidak mengatakan apapun, namun dia bisa menyadari dari perkataan dan lukanya, bahwa dalam waktu satu hari dan satu malam ini, James Tang telah mengalami kejadian hidup dan mati.

Dan akhirnya, James Tang-lah yang menang.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu