Penyucian Pernikahan - Bab 62 Nyonya Kepala Desa

Kepala Desa terkejut, menoleh dan berkata sambil tersenyum: "Bukankah beberapa hari yang lalu aku sudah bilang, aku ingin obat yang baik untuk kejiwaan, bukankah sekarang ini aku mencarimu untuk mengambilnya? Hahaha."

Tentu saja aku sudah memikirkan hal ini. Aku sambil mengambilkan obat untuk Kepala Desa sambil berkata: "Oh, ternyata hal ini, tetapi apakah Kepala Desa terburu-buru? Apakah obatnya diperlukan sekarang?"

"Bukankah cucu perempuanku akan segera menikah dengan Rizki Syafarudin, anak dari Komisioner Nagoya? Aku ingin meminta obat untuk menjadi suplemen anak muda itu. Biasa seorang pria selalu merasa malu ketika akan menghadapi hal-hal seperti ini. Dalam dua hari terakhir ini, aku selalu merasa ada yang tidak beres dengan Rizki ketika aku berbicara dengannya secara pribadi. Jadi aku datang kepadamu untuk mendapatkan obat, hanya untuk memberinya sedikit kepercayaan, bukan? ”Kata Kepala Desa itu.

Aku berpura-pura tidak peduli dan berkata sambil tersenyum, "Iya, dia harus mendapatkannya, kalau tidak dia akan menjadi sangat pemalu pada saat waktunya tiba, kamu harus memberinya sedikit kepercayaan diri.”

Kepercayaan diri yang buruk, sudah jelas ditakuti oleh bajingan itu, sudah pasti dia takut, kamu tidak tahu seberapa ‘berani’nya dia, tetapi aku tidak bisa mengatakannya.

Kepala Desa mendengar perkataanku, dia mengangguk dan berkata sambil menatapku, "Gilang, pencucian cucu perempuanku Sarwendah Tan esok hari kuserahkan padamu. Akan sangat menguntungkan untukmu, tetapi kamu harus melakukannya dengan baik untukku. Jika terjadi masalah yang sama seperti yang dialami Selvi Maharani, aku tidak akan mengampunimu.”

Aku segera berkata: "Mengerti, Kepala Desa tenang saja, aku pasti akan melakukannya dengan baik."

Aku pikir dia yang akan melakukan pencucian, tidak disangka aku yang mendapat perannya?!

Begitu selesai berbicara, aku merasakan ada yang tidak beres. Bagaimanapun juga dia adalah cucu perempuannnya, bagaimana bisa dia menyuruhku ‘melakukan’nya kepada cucunya sendiri, bukankah ini namanya mencari masalah?

Pada saat yang bersamaan, aku malu dengan perkataan ‘melakukan’ yang diucapkan Kepala Desa. Kepala Desa juga merasa ada yang tidak beres, dan tidak bisa menahan malu, dan berkata, "Tidak apa-apa. Aku pergi dulu, kamu bisa melakukannya dengan baik saat kamu kembali. ‘Lakukan’ dengan keras, ‘lakukan’ dengan baik, eh ... "

Melihat ekspresi Kepala Desa itu, dia segera merasa malu dan aku dengan cepat memperbaiki suasana: "Baiklah, Kepala Desa, aku sudah tahu, Anda tidak perlu mengatakan, Anda harus bergegas pergi dan mengantar suami cucumu."

Ketika Kepala Desa terhuyung-huyung keluar pintu, aku tidak bisa menahan tawa. Meskipun orang tua itu egois dan bodoh, tetapi dia sangat lucu.

Tiba-tiba aku teringat bahwa setelah Trejo dibawa pergi, Rahmat Pota memanggil aku untuk datang ke rumahnya, ingin menanyakan sesuatu padaku. Dugaanku terkait dengan upaya Trejo untuk menangkap Selvi Maharani dan Alvia Sulistia. Tentu saja bagi Rahmat Pota, fokusnya ada pada Selvi Maharani, karena dampak dari kejadian semacam ini di desa yang dikelilingi oleh ide-ide feodal dan pemikiran masyarakat diperlukan.

Memikirkan hal ini, aku segera pergi ke rumah Rahmat Pota.

Dalam perjalanan menuju ke Rahmat Pota, Aku memikirkan perkataan Kepala Desa yang mengatakan bahwa tidak jadi memberiku profesi pencuci. Sejujurnya, meskipun awalnya terpaksa untuk melakukan pencucian, tetapi sekarang aku tampaknya telah jatuh cinta dengan profesi ini. Maka itu saat Kepala Desa berkata bahwa dia sendiri yang akan melakukan pencucian, aku langsung mengeluarkan reaksi yang bertentangan.

Ketika aku sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba aku melihat seseorang menyelinap ke sebuah rumah. Ketika aku melihat lebih jelas ternyata dia adalah Kepala Desa, tiba-tiba terasa sangat aneh. Orang tua ini baru saja keluar dari rumahku, tidak hanya tidak mengantarkan obat herbal itu kepada suami cucunya, tetapi malah menyelinap ke dalam sebuah rumah?

Aku segera mengikuti dia, baru menyadari bahwa itu adalah rumah Alvia Sulistia.

Di pintu, aku mendengar Kepala Desa berkata: "Tenang saja, tunjangan kemiskinan itu pasti menjadi milikmu, sayang."

"Aku sudah tahu, bandot sudah berapa umurmu, dan kamu masih melakukan hal semacam ini ~" kata wanita di dalam sambil berbisik-bisik, itu sangat mempesona.

"Ibu Alvia Sulistia?"

Ada perasaan terkejut di hatiku, yang sangat mengejutkanku adalah Kepala Desa ‘mencoba’ sangat banyak orang.

Ibu Sulis juga adalah seorang bunga desa ketika dia masih muda. Meskipun dia sekarang sudah tua, dia masih sangat anggun dan menawan, dan dia adalah wanita cantik yang terkenal di desa, jika tidak maka tidak mungkin melahirkan Alvia Sulistia, putrinya yang begitu cantik.

Mendengarkan mereka berdua membuatku terkejut, tetapi mendengarkan ibu Sulis apakah ini transaksi yang setara?

Akan ada subsidi kemiskinan di desa setiap tahun, dengan hanya beberapa kuota. Jika tidak ada sesuatu di balik ini, pasti tidak akan mungkin bisa mendapat subsidi.

Benar saja, aku mendengar kepala desa tua berkata: "Amel, aku tidak melihatmu dalam beberapa hari, payudaramu sepertinya semakin besar ... Bokongmu lebih bulat, sungguh sangat lembut ... Biarkan aku menguji apakah itu benar."

ibu Sulis dengan genit menggoda Kepala Desa itu: " Boyo , katakan saja jika kamu ingin menyentuhnya. Apakah kamu masih harus seperti ini? Kenapa kamu tidak mencari gadis kecilmu, malah mencari aku?"

"Mana ada gadis muda yang bisa lebih mempesona darimu? Lihatlah elastisitas payudara dan bokongmu, siapa yang berani mengatakan kamu sudah tua."

"Hei ... oh ... Boyo... Boyo, remas saja dengan tanganmu, mengapa kamu melakukan ini dengan tanganmu, lebih lembut sedikit, ah ... ah ... oh, sudah berapa umurmu, apakah tidak takut tubuhmu tidak akan tahan? "Kata ibu Sulis dengan suara gemetar, sesekali berteriak.

Kepala Desa itu tersenyum, lalu berkata: "Tidak apa-apa, aku selalu kuat, Amel , kamu tengkurap, aku sudah tidak tahan lagi, oh ... kamu masih pandai melayani orang."

"Ah ... Em, kamu lebih lembut sedikit, kenapa memakai tenaga sekuat ini, aku sudah… sudah tidak tahan."

Aku hanya mendengar Kepala Desa berkata: "Nyaman kan, meskipun kamu sudah tua, tetapi kekuatanmu masih ada, ngomong-ngomong, Xue Xiang sangat mewarisi gen-gen baik dan cantikmu.”

"Um ... ya ... ya, ya, setiap ... setiap kali ... melihat Alvia seperti melihat diriku yang masih muda." Kata ibu Sulis.

"Ya, tidak banyak gadis di desa kami yang bisa menyaingi Alvia," kata Kepala Desa itu.

Setelah selesai mendengar perkataan Kepala Desa, terdengar suara hantaman antar fisik, sangat jelas bahwa Kepala Desa itu menggunakan tenaganya lagi.

"Ah… Bo, Boyo lembutlah sedikit, sudah terlalu kuat, lembut sedikit, ah! Aku tidak tahan, pelan sedikit."

Aku hanya mendengar ibu Sulis yang terengah-engah, sambil berkata: "Tapi Alvia akan segera menikah."

Terdengar Kepala Desa itu tersenyum dan berkata: "Baiklah, saat itu tiba aku akan menjadi pencuci."

Setelah ibu Sulis mendengarnya, tubuhnya menjadi kaku, dia melihat Kepala Desa dan bertanya, "Pen … pencucinya bukankah Gilang Ramdhan?"

"Pencuci yang sekarang adalah dia, tapi tidak akan lagi setelah beberapa hari ke depan, jadi ketika Alvia menikah, pencucinya adalah aku," kata Kepala Desa itu.

Setelah mendengar ini, ibu Sulis akhirnya mengerti, dia mendorong Kepala Desa itu pergi dan berkata, "Bajingan tua, tidak apa jika kamu meniduriku, tapi kamu masih ingin meniduri putriku?"

Setelah mendengar sampai di sini, aku langsung pergi. Aku juga sudah yakin bahwa tujuan Kepala Desa ingin menjadi pencuci adalah ingin meniduri Alvia Sulistia, hal ini membuat gue sangat kesal. Meskipun Alvia Sulistia tidak terlalu tertarik padaku, bagaimanapun dia merupakan salah satu dari tiga bunga desa, dan ketika aku bermain di tempat tidur dengan Alvia Sulistia dan Selvi Maharani malam itu, aku merasa aku dengan Alvia Sulistia saling mencintai.

Terlebih lagi, profesi pencuci ini diberikan kepadaku ketika tidak ada yang berani mengambilnya, ini merupakan kesempatan bagus, dan sekarang itu diambil lagi dariku? Hal baik apa yang kamu inginkan? Aku bukan lagi seorang pengecut, sekarang aku sudah memiliki Dewi Danau, apa yang aku takuti?

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu