Penyucian Pernikahan - Bab 4 Jatuh Dari Tebing

Aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya, ternyata adalah Mahmud. Mengingat perkataan yang baru saja dikatakan olehnya, tiba-tiba hatiku terasa tidak tenang.

Selvi juga segera bangkit, dan bertanya kepada Mahmud : “Apa……apa maksudmu?”

Mahmud berkata: “Tadi bukannya kamu mengatakan kamu belum merasakan kenikmatan sebagai seorang wanita? Ini aku dapat membantumu.”

“Membantuku?” Selvi memikirkannya sejenak, setelah mengetahui maksud dari Mahmud, dia pun berkata: “Aku tidak mau. Ingin meniduriku, tidak mungkin!”

“Kamu membiarkan aku untuk menidurimu, bisa saja aku dapat membujuk pamanku, untuk melepaskan kamu.” Mahmud berkata.

“Iya?” Mata Selvi tiba-tiba bersinar, tampaknya dia tidak ingin mati juga.

“Tentu saja.” Mahmud pun berjalan mendekati Selvi dengan matanya yang terlihat licik.

Aku merasa sedih di dalam hatiku, wanita cantik seperti Selvi akan ditiduri oleh Mahmud. Keperawanan Selvi seharusnya adalah milikku, siapa sangka aku tidak berhasil mendapatkannya, bahkan Ahmad juga tidak mendapatkannya, sebaliknya membuat Mahmud mendapatkan keuntungan.

Mahmud melirikku, dan berkata: “Biarkan aku tunjukkan kepada kamu, apa itu seorang pria.”

Sambil berkata, Mahmud pun mulai ingin melepaskan celana Selvi.

Selvi tiba-tiba mendorong Mahmud dan berlari menuju luar.

“Kurang ajar!” Mahmud marah, dia didorong oleh Selvi dan terpeleset. Setelah dia bangkit, Selvi sudah berlari menuju ke luar.

“Kamu jangan lari!” Mahmud sangat marah dan mengejarnya dari belakang.

Aku tertegun sejenak, melihat tidak ada orang, aku pun segera melarikan diri.

Siapa sangka baru saja berjalan sampai di depan pintu, sudah ditemukan oleh seseorang.

“Gilang, kenapa kamu keluar?” Orang itu bertanya.

“Aku……aku mau ke toilet.” Sambil berkata aku pun berjalan dengan cepat menuju ke arah toilet.

Setelah berjalan tidak terlalu jauh, aku pun mendengar seseorang berteriak di belakang: “Gilang, kamu jangan lari!”

Aku pun terkejut, dan segera berlari dengan cepat.

Kemudian terdapat beberapa orang yang mengejarku dari belakang.

Pada saat ini adalah pagi hari, terdapat banyak orang yang ada di desa, jika mereka mengeliling aku, dapat dipastikan aku tidak akan bisa melarikan diri. Melihat orang yang mengejarku dari belakang semakin mendekatiku, aku pun berlari menuju ke arah gunung.

Selama bertahun-tahun, aku sering berburu di atas gunung, dan juga sering memetik jamur dengan buah liar di sana untuk mengisi perutku, tidak ada orang yang lebih mengenali gunung itu selain aku, aku yakin sekali ketika aku sudah sampai ke puncak gunung, mereka jangan berharap akan dapat menangkapku.

Benar saja, ketika aku mulai memasuki kawasan gunung, orang-orang itu tidak mengejarku lagi, dan mereka pun langsung berbalik untuk pulang.

Aku berencana untuk berada di atas gunung selama dua sampai tiga hari, sampai Ahmad dikebumikan.

Tiba-tiba, aku mendengar suara dari atas gunung, aku pun mendengarnya dengan fokus, sepertinya adalah suara Selvi.

Aku merasa ragu, kemudian aku pun perlahan mendekati tempat suara itu berasal.

Setelah mendekati tempat itu, aku sangat kaget, aku melihat Mahmud sedang menindihSelvi.

“Lepaskan aku! Beraninya kamu untuk memperlakukan aku dengan seperti ini, aku adalah kakak iparmu!” Selvi berkata.

“Hehe, bukannya kamu belum berhubungan badan dengan kakak sepupuku? Bagaimana dapat dikatakan sebagai kakak iparku? Jika kamu menurutiku, aku dapat menjamin kamu tidak akan mati.” Mahmud mengatakannya dengan sambil hendak melepaskan celana Selvi.

“Jika aku mati, aku juga tidak akan menerima permintaanmu!” Selvi terus melawannya. Tetapi, dia tetap ditindih oleh Mahmud, dan dia pun tidak berhasil melawannya.

“Jika kamu ingin mati, lebih baik memberikan kenikmatan kepadaku terlebih dahulu.” Mahmud berkata.

Tiba-tiba, Selvi pun melihat keberadaan aku, dan segera berkata: “Gilang, tolong aku!”

Mahmud membalikkan kepalanya, melihat adalah aku, dia pun berkata: “Kamu juga melarikan diri?”

Aku pun tertegun sejenak, dan berkata: “Kamu segera lepaskan Selvi.”

Mahmud masih menindih Selvi. “Aku pasti akan meniduri Selvi ! Kamu segera pergi, jika tidak, nanti aku akan menangkapmu, dan besok kamu akan dikuburkan bersama kakak sepupuku!”

“Jangan pergi!” Selvi segera menangis, “Gilang, apakah kamu seorang pria? Jika kamu pergi, aku akan membencimu seumur hidup ini!”

“Bagaimana mungkin dia adalah seorang pria? Jika dia adalah pria, kalian berdua juga tidak akan dikuburkan bersama kakak sepupuku.” Mahmud mengatakannya dengan sambil menarik celana Selvi, dan dia sama sekali tidak menganggap keberadaanku.

Yang dikatakan Mahmud memang benar, jika aku berhasil melakukan penyucian terhadap Selvi, kami berdua tidak akan mati.

Tetapi, Selvi akan diperkosa oleh pria itu, aku tidak dapat melakukannya.

Aku memungut sebuah batu dan berjalan mendekati Mahmud, kemudian aku pun memukul belakang kepalanya dengan batu itu.

“Ugh!” Mahmud mendengus, dia membalikkan kepalanya dan memelototiku. Aku pun mengambil batu untuk melemparnya lagi, tetapi Mahmud segera menghindarnya, dan berkata: “Beraninya kamu untuk memukulku, aku akan membunuhmu!”

Aku mengetahui diriku tidak dapat melawan Mahmud, melihat dia mulai bangkit, aku pun mengambil batu untuk melemparnya lagi, lalu aku berkata: “Selvi cepat lari!”

Mahmud mengelus bagian belakang kepalanya, tangannya pun berlumuran darah. Dia sangat marah dan memelototiku, kemudian dia pun berjalan mendekatiku dengan ganas.

Aku pun segera berlari ke atas gunung.

“Dasar, jangan lari!” Mahmud sambil mengejarku di belakang dan berkata dengan marah.

Aku besar dengan memakan nasi yang diminta dari orang lain, aku sangat miskin, dalam menghadapi orang seperti Mahmud, aku pun merasa takut. Tadi melemparnya dengan menggunakan batu, juga merupakan naluri seorang pria untuk menyelamatkan seorang wanita, setelah itu aku pun merasakan terlalu tergesa-gesa.

Melihat Mahmud terus mengejarku dari belakang, aku sangat panik, kemudian aku pun tiba di tepi tebing.

Tebing ini bernama Tebing Sembilan Kematian, yang merupakan tebing yang sangat curam, dan sama sekali tidak dapat melihat dasarnya itu apa dari atas. Orang-orang di desa mengatakan, di dasar tebing itu terdapat sebuah rawa, tidak ada satu pun yang berani untuk pergi ke sana. Karena di sana terdapat semburan gas rawa, bahkan beberapa ekor burung yang terbang melewatinya saja juga akan langsung jatuh ke dalam rawa itu.

Saat ini sudah tidak memiliki jalan lain lagi, Mahmud sudah berada di belakangku, dan seketika aku merasa tidak berharapan lagi.

“Beraninya kamu untuk merusak rencanaku, hari ini adalah hari wafatmu! Setelah membunuh kamu, aku baru pergi membereskan Selvi.” Mahmud segera berjalan menuju ke arah aku berdiri, dan dia langsung menendang perutku.

Aku merasakan perutku sedikit sakit, kemudian aku pun mundur tujuh sampai delapan langkah ke belakang. Tiba-tiba kakiku tidak menginjak apa pun, dan aku pun terjatuh dari tebing itu. Kemudian aku pun mencium bau yang aneh, aku hanya merasakan yang dilihat oleh mataku semuanya hitam, dan akhirnya aku pun pingsan.

Ketika aku bangun, aku menyadari setengah tubuhku berada di dalam rawa, aku ingin meminta tolong, tetapi tidak peduli bagaimana aku berteriak, aku tidak dapat mengeluarkan suaraku!

Seketika aku merasa tidak berharapan lagi, aku mengetahui, jika diriku dapat mengeluarkan suara, bagaimana mungkin juga akan ada orang yang datang ke sini?

Jika terdapat orang, siapa yang akan menyelamatkan aku?

Sebelum aku pingsan, tiba-tiba aku melihat sesuatu yang bersinar, dan itu merupakan pemandangan yang sangat aneh.

Di ujung rawa, terdapat sebuah kolam kecil, air di dalam kolam itu sangat jernih, bagaikan merupakan sebuah tempat tersembunyi di dunia ini, dan jauh berbeda dengan rawa yang saat ini aku berada.

Yang membuat aku merasa kaget adalah, di dalam kolam itu, terdapat seorang wanita yang sedang mandi di sana!

Wanita itu memiliki jarak yang lumayan jauh denganku, tetapi dia sedang menghadap ke arahku.

Wanita itu sangat langsing, dan juga terlihat elegan; kulitnya sangat putih, dengan wajahnya yang terlihat sangat cantik.

Wanita itu sangat cantik, seperti seorang dewi yang turun dari langit!

Saat ini, aku menduga apakah ini adalah ilusi aku sebelum mati, kemudian, aku pun memungut sebuah batu, dan melempar ke arah wanita itu berada.

Wanita itu pun mengangkat kepalanya, dan menatapku.

Pada saat itu juga, wanita itu yang sedang mandi, tiba-tiba menghilang dari sana!

Aku pun tercengang.

Detik berikutnya, wanita itu sudah berdiri di hadapanku!

Saat ini setengah tubuhku berada di dalam rawa, di tempat ini seseorang tidak akan dapat berdiri. Tetapi kedua kaki wanita itu, berdiri di atas rawa ini, dan sama sekali tidak masuk ke dalam air.

Dengan jarak yang begitu dekat, sebuah aroma yang sangat wangi dan menggoda pun tercium.

Aku mengangkat kepalaku, dan aku pun melihat sepasang kaki yang sangat indah……

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu