Penyucian Pernikahan - Bab 78 Tengah Malam Naik ke Tempat Tidur

Rambut Tya diikat tinggi di atas kepalanya, Tya mengenakan gaun tipis. Pakaian atasnya adalah kemeja tipis berwarna merah jambu ketat yang memperlihatkan kedua lengannya yang seputih salju.

Aku berkata, "Kakak ipar, aku terlalu banyak minum malam ini, jadi aku tidak bisa memijatmu. Bagaimana kalau besok?"

Tya tersenyum dan berkata: "Kamu pasti merasa tidak nyaman setelah minum begitu banyak. Malam ini, biarkan kakak ipar yang memijatmu."

"Malam ini, kamu adalah pasien kakak ipar. Kakak ipar akan tetap tinggal di sini untuk menjagamu."

Tya berkata sambil duduk di samping tempat tidur, sepasang tangan yang indah menempel di dahiku, dari dahi hingga ke pelipis, bolak-balik, sangat nyaman.

Perlu diakui bahwa teknik Tya sangat bagus.

Tubuh bagian atas Tya sudah hampir merangkak di atas tubuhku, garis leher kemejanya sangat rendah dan memperlihatkan sebagian besar roti kukus, terlihat juga dengan jelas selokan di tengahnya.

Demi untuk memijatku, Tya membungkukkan badannya, pandangan mataku terus menatap dada bulat itu, dan sedikit membuat cemas.

"Gilang, bagaimana? Teknik kakak ipar bagus, kan?"

“Um, kakak ipar memijatku dengan sangat nyaman.” Aku tidak bisa lagi mengontrol tanganku yang sudah meraba di sekitar pinggang Tya.

“Kamu nakal.” Tya menepis tanganku, “Jangan cemas, aku akan naik dan memijatmu.”

Tya melepas sepatu hak tingginya dan naik ke tempat tidur, Tya mengenakan rok sutra hitam yang membungkus pinggulnya dengan erat.

Sepertinya Tya sengaja berdandan demi untuk bertemu denganku malam ini.

Setelah Tya naik ke tempat tidur, Tya tiba-tiba membuka selimut dan langsung menunggangi tubuhku.

"Gilang, begini lebih nyaman."

Tya masih memijat kepalaku, dan darah di tubuhku mengalir kencang.

"Gilang, adik laki-lakimu tidak patuh, apakah perlu kakak ipar memijatnya untukmu?"

"Gilang, kakak ipar ingin kamu."

"Ingin kamu……"

Aku langsung bergegas masuk, energi yang tertekan di dalam tubuhku langsung terlampiaskan dalam seketika, seperti banjir bandang, bergegas maju dengan membabibuta.

Hasrat terdalam di hati Tya terpancing keluar, tangannya menggenggam punggung tanganku, dari mulutnya terdengar suara erangan dan kesenangan.

Aku mulai memegang dada Tya dengan kedua tanganku, menggerakkannya ke atas dan ke bawah.

Kenikmatan yang intens dan terus menerus membuat mata Tya berapi-api, dan arus sengatan yang kuat menyebar dari bawahnya ke setiap permukaan kulitnya dan mengenai setiap pori-pori tubuhnya.

Aku terus melanjutkannya. Sepertinya tubuhku memiliki kekuatan yang tiada batas. Aku merasa tubuh kami bergabung menjadi satu, gelombang kekuatan luar biasa bergejolak di bagian bawah kami dan beredar di tubuhku.

Kenikmatan yang tak terlukiskan menghantam jiwa dan raga kami, Tya terus mengemis dan tubuhnya gemetar.

Semburan arus sengatan yang menyenangkan mengalir ke tubuhnya dan mencapai kedalaman kesadarannya, seolah-olah seorang wanita yang telah lama berduka terkena siraman air hujan dan embun, dan dengan tidak sabar untuk mengangkat pantat bulatnya menyambut seranganku berulang kali.

Entah berapa lama berlalu, aku merasakan kontraksi hebat di bagian bawah Tya, mulutnya bersenandung manis, kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat, dan kukunya seperti sudah hampir menusuk ke dalam kulitku.

Kekuatan yang sudah lama terkumpul di dalam tubuhku akhirnya mulai bergejolak dan gerakan bagian bawah terus menerus memasuki bagian terdalam dari Tya, kecepatanku terus meningkat dan aku menggeliat dengan gila.

Kekuatan di tubuhku akhirnya terlampiaskan sepenuhnya, kenikmatan dan kesenangan mulai melanda tubuh dan pikiranku, membuat aku sulit untuk mengontrol diriku sendiri ...

“Ah…” Suara Tya memanggil dengan nada panjang, dan kemudian tenang Setelah aku menggunakan sekuat tenaga beberapa kali, Tya berhenti mengerang dan terengah-engah.

Aku menaiki tubuh Tya dan Tya memelukku dengan erat dan bersandar di dadaku seperti anak kucing, "Gilang ... kamu sangat hebat."

"Kakak ipar tidak pernah senyaman ini."

Aku mengangkat dagu Tya, wajah Tya penuh kebahagiaan, aku tersenyum dan berkata, "Kak ipar Tya, aku ..."

"Jangan bicara ..." Tangan indah Tya menutup mulutku dan berkata, "Kakak ipar menyukaimu, jangan khawatir, kakak ipar tidak akan berbicara sembarangan dan tidak akan membiarkan siapa pun tahu kalau kita bersama."

"Kakak ipar tidak akan mengganggumu mencari kekasih. Kamu tidak perlu memiliki beban apapun di dalam hati."

Aku tercengang, aku bukan ingin mengatakan perkataan seperti itu barusan. Sama sekali tidak disangka, kak ipar Tya selalu memikirkan diriku.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu