Penyucian Pernikahan - Bab 77 Bekerjasama Dengan Dekan

Kepala desa adalah seorang notaris, dan sekarang semua masalah sudah beres. Aku tidak percaya dia dan Gusnur tidak menepati janjinya.

Selanjutnya, jika Gusnur mengingkari janji dan masalah ini tersebar, maka Gusnur akan kehilangan prestise di desa ini.

Kepala desa mengerutkan kening, dan Gusnur berkata dengan dingin: "Gilang, aku bersedia menerima hasil taruhan dan aku akan merealisasikan kesepakatan kita sebelumnya."

"Kita lihat saja nanti!"

Gusnur dan ayahnya beserta penduduk desa pergi, dan Rahmat berjalan mendekat, bertanya kepada Dekan, "Dekan, penyakit Selvi sudah sembuh, apakah masih membutuhkan pengobatan kedepannya?"

Dekan tersenyum dan berkata: "Tidak perlu, penyakit Selvi sudah sembuh total dan sudah sama seperti orang normal, tidak ada masalah dengan rahimnya."

"Untungnya, kalian bertemu dengan Gilang. Kalau tidak, jika melakukan operasi, pasti akan ada risiko dan itu juga akan memengaruhi kelahiran anak."

Rahmat buru-buru berterima kasih padaku, aku tersenyum dan berkata, "Paman Pota, aku adalah seorang dokter, tugasku adalah merawat pasien. Kamu tidak perlu berterima kasih padaku."

"Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, buatkan makanan yang enak untukku setelah kembali."

Rahmat membawa Selvi pergi, dan Dekan memintaku untuk tinggal.

Dekan menutup pintu kantor dan membuatkanku secangkir teh Oolong China secara pribadi, memperlakukan aku dengan hormat dan sopan, wajahnya penuh senyuman.

"Dokter Ramdhan, keterampilan medismu sangat luar biasa. Benar-benar membuka lebar mataku. Aku masih merasa seperti di dalam mimpi."

Jika orang lain, saat menjumpai hal-hal yang sulit dipahami atau hal-hal di luar jangkauan pemahaman, mereka pasti akan terkejut.

Aku langsung membicarakan inti dan berkata, "Kamu memintaku untuk tinggal, karena ingin mengetahui cara mengobati rinitis, kan?"

"Aku katakan sejujurnya padamu, keterampilan medisku diturunkan dari nenek moyangku dan tidak boleh diteruskan kepada orang luar. Aku tidak boleh memberikannya kepadamu, aku juga tidak boleh memberikannya kepada orang lain."

Sebenarnya, aku tidak tahu tentang keterampilan medis sama sekali, semuanya berkat bantuan dari Dewi Danau, aku tidak bisa memberitahu siapapun tentang Dewi Danau ini.

Dekan tersenyum dan berkata: "Aku mengerti tentang ini, aku hanya punya satu permintaan, bagaimana kalau... kamu datang dan menjadi dokter di rumah sakit kami?"

Menjadi dokter? Langsung datang ke rumah sakit? Proposal ini sangat bagus, bagaimana dengan klinik medisku?

Melihat aku diam, Dekan buru-buru berkata sambil tersenyum: "Aku sudah bersikap tidak sopan, keterampilan medismu yang begitu hebat, bagaimana mungkin tertarik dengan rumah sakit kecil kami?"

"Begini saja, jika di masa mendatang ada penyakit berat ataupun kesulitan di pihakku, masalah-masalah yang sulit untuk diselesaikan, jika kamu memiliki waktu luang, datanglah untuk membantuku, bagaimana?"

Dekan sangat menghormatiku, di dalam hati Dekan, aku adalah dokter yang sangat luar biasa.

Aku tersenyum dan berkata, "Tidak masalah untuk hal itu. Sudah menjadi tanggungjawab seorang dokter untuk menyelamatkan yang sekarat dan menyembuhkan yang terluka. Jika Dekan memiliki masalah di masa mendatang, langsung cari saja aku dan aku pasti akan berusaha membantu."

Dekan sangat gembira saat mendengarkan perkataanku dan berkata: "Dokter Ramdhan, mohon maaf sebelumnya, keterampilan medis Anda begitu luar biasa, mengapa ingin berada di desa kecil? Mengapa berselisih dengan Gusnur?"

"Tentu saja, pertanyaanku ini sedikit lancang. Jika Anda mengalami kesulitan, beritahu saja padaku."

Dekan tentu saja sudah melihat beberapa perselisihan yang terjadi antara aku dan Gusnur, aku berkata, "Aku akan menyelesaikan masalahku sendiri. Terima kasih atas niat baikmu, Dekan."

Dekan berkata lagi: "Aku sudah terlalu khawatir, keterampilan medis Dokter Ramdhan sangat luar biasa, bagaimana mungkin peduli dengan prilaku Gusnur?"

"Oh iya, Dokter Ramdhan, seberapa banyak yang kamu ketahui tentang Alzheimer?"

"Oh?" Aku berkata, "Buat apa kamu menanyakan hal ini?"

Dekan menghela nafas, "Aku jujur saja, sudah tiga tahun lebih ibuku menderita Alzheimer dan sekarang semakin parah. Anda juga tahu, bahwa tidak ada obat khusus untuk penyakit ini, dan dengan pengobatan saat ini sama sekali tidak bisa disembuhkan."

"Aku ingin tahu, apakah Anda memiliki cara untuk mengobatinya?"

Setelah berbicara begitu banyak, memperlakukan aku dengan baik dan memberiku pujian, ternyata ada maunya.

Aku sepenuhnya berjanji, "Tidak masalah, masalah ini biarkan aku yang bertanggungjawab. Namun, untuk mengobati penyakit ini tidak begitu mudah, beri aku waktu."

"Jika aku sudah siap, aku akan menghubungimu lagi."

Dewi Danau mengatakan bahwa penyakit ini sangat merepotkan, penyakit Alzheimer adalah penurunan kemampuan kognitif, gangguan perilaku dan kemampuan hidup yang memburuk, serta menimbulkan banyak komplikasi dan tidak bisa hidup sendiri.

Penyakit ini bertahan sekitar delapan sampai sepuluh tahun dan biasanya dialami oleh orang tua.

Teknologi kedokteran saat ini masih belum bisa menyembuhkannya dan hanya dapat dikontrol dengan obat-obatan, tetapi tidak maksimal.

Untuk mengobati penyakit ini, aku perlu mempelajari teknik akupunktur dan moksibusi sampai pada tingkat tertentu, barulah aku dapat memulai pengobatan dan masih membutuhkan beberapa tahap pengobatan.

Dekan sangat berterima kasih padaku, dan aku berkata, "Jangan ceritakan apapun yang terjadi di sini hari ini. Aku tidak ingin terlalu banyak orang yang mengetahui keterampilan medisku."

"Selain itu, aku tidak memiliki sertifikat praktik medis, kamu cari cara dan bantu aku mendapatkannya."

"Sertifikat praktik medis?" Dekan mengerutkan kening, "Anda tidak memiliki sertifikat?"

"Um." Aku mengangguk, "Teknik medis leluhur kami adalah akupunktur dan pijat. Sebagian besar sertifikat praktik adalah ujian pengobatan Barat dan ada beberapa keahlian profesional yang belum aku ikuti."

"Jadi, aku ingin Dekan membuatkannya untukku."

Tidak ada sertifikat praktik medis, jika Gusnur melapor ke departemen terkait, maka aku akan menanggung sendiri akibatnya.

Jika ingin aku mengikuti ujiannya, aku pasti tidak akan lulus.

"Baik, baik." Dekan berjanji, "Masalah ini serahkan padaku. Berikan informasi pribadimu kepadaku."

Sertifikat praktik medis sangat sulit untuk didapatkan, aku yakin Dekan pasti memiliki cara.

Setelah kami selesai berbicara, Dekan menanyakan nomor ponselku, aku berkata dengan canggung: "Aku tidak punya ponsel ..."

“Tidak punya ponsel?” Dekan menatapku dengan ragu-ragu.

Namun, Dekan tidak banyak bicara dan memberiku nomor ponselnya.

Aku awalnya ingin kembali, tetapi Dekan bersikeras ingin membawaku pergi makan.

Keramahannya luar biasa. Dekan membawaku ke sebuah hotel, salah satu hotel terbaik. Dua orang makan bersama dan memesan dua belas hidangan.

Dari kecil hingga tumbuh besar, aku tidak pernah menikmati makan malam yang begitu mewah. Yang pertama karena aku miskin dan yang kedua karena aku tidak punya teman.

Tapi hatiku tidak bisa merasakan kegembiraan, ini adalah kenyataan.

Jika aku tidak memiliki keterampilan medis yang luar biasa dan juga tidak bertemu dengan Dewi Danau, aku sekarang pasti akan masih sama seperti dulu. Bagaimana mungkin Dekan rumah sakit kota memperlakukanku dengan sangat hormat dan terus mengundangku untuk makan?

Takutnya aku bahkan tidak berarti apa-apa di mata Dekan.

Aku sekarang sudah memiliki keterampilan medis, aku harus membuat hidup menjadi lebih baik dan harus menghasilkan banyak uang.

Aku tidak akan membiarkan siapa pun menggertakku ataupun meremehkanku.

Setelah tiga putaran anggur, Dekan menjadi semakin antusias padaku, kami bertukar minuman, dan akhirnya minum sampai linglung.

Terakhir aku hanya ingat, Dekan secara pribadi mengemudi mobil dan mengantarkanku ke klinik medis.

Aku berbaring di tempat tidur dan tertidur dalam keadaan linglung, tidak tahu berapa lama, aku merasa sepasang tangan yang lembut meraba-raba di bawah pakaianku dan memegang bagian bawahku.

"Gilang, mengapa kamu minum hingga begitu mabuk."

Aku sangat pusing, saat aku membuka mata, orang itu adalah Tya.

Tya melihat diriku sudah bangun, lalu buru-buru menarik tangannya kembali.

Aku bertanya, "Kakak ipar Tya, kapan kamu datang?"

Saat aku hendak bangun dari tempat tidur dan duduk, aku menyadari bahwa tubuhku yang tertutupi selimut, tidak mengenakan pakaian.

Tya berkata, "Bukankah kita sudah membuat janji, malam ini kamu akan memijatku."

"Setelah aku datang, aku melihat pintu klinik medis terbuka, jadi aku datang kemari. Kakak ipar terus menjagamu. Kamu muntah beberapa kali, jika tidak bisa minum, jangan minum terlalu banyak."

"Kakak ipar telah mengganti pakaianmu dan menyeka tubuhmu."

Aku tiba-tiba teringat, aku dan Tya sudah janjian siang ini bahwa malam ini dia akan datang padaku dan memintaku untuk memijatnya.

Dan ternyata yang telah melepas pakaianku adalah Tya.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu