Penyucian Pernikahan - Bab 80 Keterampilan Baru

Sungguh menakjubkan sekali. Aku menatap mata para wanita dan ternyata memang bisa mendengar apa yang mereka pikirkan.

Aku melihat seorang bibi di sebelah di meja yang sama, dalam hatinya berpikir nanti saat meninggalkan acara makan ini, dirinya akan diam-diam mengambil kembali sisa ayam dari piring di atas meja dan memberikannya kepada cucu kecil untuk makan malam.

Nenek yang satunya lagi berpikir, jika aku beberapa puluh tahun lebih muda, aku juga akan mencari pria yang seperti Rizki, menekannya di bawah tubuh dan melakukannya sepanjang malam.

Ya Tuhan, nenek tua ini biasanya adalah orangtua yang baik, orangnya sangat baik, ternyata memiliki pemikiran seperti itu dan membayangkan dirinya adalah Sarwendah, dan nenek tua itu juga ingin mencari pria muda yang kaya.

Sangat menakutkan sekali!

Aku menatap seorang paman di meja yang sama, dia tidak bereaksi apapun, aku hanya bisa membaca pikiran wanita, bukan pria.

Pernikahan berakhir dengan suasana khusyuk dan meriah, semua orang yang bubar setelah makan dan minum.

Aku, Selvi dan Alvia bertiga hendak pergi bersama, dan kepala desa memanggilku dari belakang.

"Gilang, kemarilah sebentar."

Kepala desa tersenyum dan memberiku sebatang rokok. Aku biasanya tidak merokok, tetapi Kepala desa sangat antusias. Katanya rokok kebahagiaan. Jika dihisap maka akan beruntung dan bersikeras ingin aku merokok.

Kami berdua berjalan ke tempat yang tidak ada orang, dan kepala desa berkata, "Gilang, terakhir kali saat kamu melakukan penyucian terjadi sesuatu, dan masalahnya juga sudah selesai."

"Sarwendah adalah putriku, kamu tidak boleh membuat kesalahan, mengerti?"

Tidak ada yang tahu bahwa Sarwendah sudah berhubungan denganku.

"Um." Aku mengangguk dengan pasti, "Kepala Desa, jangan khawatir, kali ini tidak akan terjadi kesalahan."

"Bagus kalau begitu." Kepala desa berkata: "Kamu harus hati-hati dalam bertindak. Semua orang telah melihat keterampilan medismu. Keterampilan medis Gusnur tidak sebaik kamu."

"Nanti setelah Trias mendirikan balai pengobatan. Balai pengobatan itu akan menjadi milikmu. Kamu jangan sampai menimbulkan masalah. Ingat, jangan terlalu menonjolkan diri, jika tidak, kamu tidak memprovokasi orang lain, orang lain yang akan memprovokasi kamu."

"Masalah kali ini, kamu sedikit kelewatan. Gusnur sudah kalah, kamu telah mempermalukan Gusnur, seharusnya kamu tidak mengambil rumahnya."

"Gusnur pasti akan mencari masalah denganmu di masa depan."

"Kamu ini, lebih berhati-hatilah dalam bertindak di masa depan."

Kata-kata kepala desa demi kebaikanku sendiri, aku bisa mendengar maksud. Kali ini, Gusnur dan aku bertengkar hebat. Bagaimanapun juga, Gusnur adalah tokoh besar di desa.

Kali ini aku mengambil rumah Gusnur dan Gusnur pasti akan mencari masalah denganku dan membalaskan dendamnya padaku.

Jika di waktu dulu, aku dalam masalah, siapa yang akan peduli denganku? Aku yang sekarang sudah berbeda, keterampilan medisku membuat kepala desa memandangku dengan kagum.

Setelah berpamitan dengan kepala desa, aku berjalan ke klinik medis, Selvi dan Alvia menungguku di pintu masuk klinik medis.

Saat keduanya melihatku, mereka berjalan kemari sambil berbisik-bisik.

Alvia bertanya padaku tentang kejadian kemarin dan bertanya apakah aku mendirikan sebuah toko.

Aku membuka pintu klinik medis, kami bertiga duduk dan mengobrol.

Kecuali masalah aku melakukan hubungan dengan Selvi, Selvi memberitahu hal-hal yang lain kepada Alvia, dan Alvia sedikit tidak mempercayainya.

Setelah aku menceritakan ulang hal-hal itu, mata Alvia berbinar, "Gilang, benar-benar tidak disangka, kamu memiliki keterampilan seperti itu?"

"Apakah kamu akhir-akhir ini bertemu dengan seorang pakar? Apakah ada dokter yang menerima kamu sebagai murid?"

"Gilang, apakah kamu membutuhkan asisten?"

Alvia terus mengajukan berbagai pertanyaan dan menatapku dengan tatapan kagum.

Aku bisa membaca pikiran Alvia, Alvia benar-benar ingin belajar kedokteran, dan bahkan ingin menjadi perawat di rumah sakit di kota.

Pemikirannya sangat sederhana, Alvia ingin berpetualang di dunia luar.

Pikiran Selvi hari ini agak linglung, dalam hatinya selalu ingat tentang hal kemarin saat berhubungan denganku, dan sedikit tidak tahu bagaimana beradaptasi denganku di masa mendatang.

Gadis ini tampak jelas menyukaiku, aku menyelamatkannya beberapa kali dan juga sudah berhubungan dengannya.

Setelah mengobrol sebentar, Alvia menjawab telepon, mengatakan ada urusan, lalu membawa Selvi pergi. Saat pergi, Alvia tersenyum menyeringai padaku dan berkata, "Tampilkan yang terbaik malam ini."

Aku mengantar kedua wanita itu ke depan pintu. Setelah kedua wanita itu pergi, aku hendak masuk, aku melihat sebuah mobil kecil yang diparkir puluhan meter jauhnya dan mobil itu terlihat sangat familiar.

Bukankah ini mobil yang terakhir kali aku berhubungan dengan Sarwendah? Mengapa mobil Rizki ada di sini?

Aku sangat penasaran, ada seseorang keluar dari mobil, memakai topi dan jas, membungkus tubuhnya dengan erat.

Aku seketika tidak mengenali siapa orang yang keluar itu. Dia berjalan ke arah klinik medis dan melihat lebih dekat, itu Rizki.

Aku tercengang.

Aku tidak memiliki perasaan yang baik terhadap Rizki.

Terakhir kali Sarwendah dan Rizki berdiskusi, membuat Rizki meniduri Selvi, dan juga ingin menjebakku. Untungnya, aku sudah mengetahui rencana mereka lebih awal dan menggagalkan rencana Rizki.

Dan Sarwendah ingin mengambil cairanku, tetapi kemudian dia menghisap obat dan kehilangan kesadaran.

Rizki menepuk pundakku dan tersenyum: "Saudara, masuk dan bicara."

Aku sangat bingung, "Bukankah hari ini hari pernikahanmu, kamu baru saja menikah, apa yang ingin kamu lakukan di sini?"

Rizki berkata: "Aku mendengar bahwa kamu sangat hebat sekarang. Bahkan Gusnur dan putranya telah dipermalukan dan mengambil toko orang lain. Saudaraku, aku datang memberi selamat kepadamu."

Aku melirik Rizki sekilas, dan berkata dengan tidak senang: "Berbicaralah terus terang."

Rizki berkata: "Ada banyak orang di sini, mari kita bicara di dalam."

Saat kami berdua sampai di ruang belakang, Rizki langsung mengajakku duduk di tepi ranjang, sangat antusias, "Saudara, tidak ada akibat tanpa sebab, aku ke sini karena ada sesuatu."

“Ada apa?” Rizki mencariku, mungkinkah akan ada hal yang baik?

Apakah mungkin sama seperti dengan yang terakhir kali, apakah datang untuk memberiku uang?

Saat aku sedang berpikir, Rizki tiba-tiba mengeluarkan amplop merah besar dari sakunya dan meletakkannya ke tanganku.

Situasinya macam apa ini? Rizki benar-benar memberiku uang?

Aku membuka amplop merah, di dalamnya ada uang satu juta rupiah, hatiku sangat bahagia.

Satu juta rupiah bukanlah jumlah yang kecil bagi orang miskin seperti aku.

Memberiku satu juta rupiah, tentunya tidak ada hal yang baik, aku berkata: "Begitu murah hati, tampaknya setelah menikah, dirimu telah berubah."

"Katakan, ada apa."

Rizki menyalakan sebatang rokok dan menyodorkan satu untukku, lalu berkata, "Bukan masalah besar juga sih. Aku baru saja menikah hari ini, dan aku menyelinap keluar secara diam-diam."

Pakaian Rizki sangat ketat dan tertutup, tapi siapa yang tidak akan mengenalmu jika kamu mengemudikan mobilmu sendiri? Di desa ini hanya ada beberapa orang yang memiliki mobil.

"Gilang, aku ingin meminta bantuan darimu. Malam ini, kamu jangan berhubungan dengan istriku."

Sudah kuduga pasti berkaitan dengan hal ini. Sosok yang mendominasi seperti Rizki, putra seorang komandan, bagaimana mungkin membiarkan aku menyentuh istrinya.

Rizki sama sekali tidak tahu bahwa aku telah berhubungan dengan istrinya.

Aku tampak seperti keberatan, "Bang Syafarudin, aku bilang padamu, kamu mengalami kesulitan dan kamu datang mencariku secara pribadi, masalahmu adalah masalahku."

"Tapi, aku bukan tidak ingin membantumu dalam masalah ini, tetapi aku tidak berani membantumu, berhubungan adalah aturan yang diturunkan di desa kita di zaman kuno. Tidak ada yang boleh melanggar sesuatu yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita."

Rizki mengambil sebatang rokok, "Masalah ini selama kamu diam dan aku diam, kamu cukup tinggal sejenak di kamar bersama istriku, pada saat itu tiba, tidak akan ada yang tahu."

"Setelah bantuan ini, aku akan memberimu enam ratus ribu lagi."

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu