Penyucian Pernikahan - Bab 288 Bukan Titik Kuburan

Aku tidak bisa menahan berkata "Ada suatu hal kamu tidak memberitahuku, kamu ini......sebenarnya dewi atau siluman?"

Dewi Danau tinggal di dalam tubuhku, tapi, aku tidak pernah tau identitasnya.

Dewi Danau tadi mengatakan bahwa danau itu adalah tempat dia berlatih tenaga dalam, jadi apa identitas Dewi Danau?

"Jangan bertanya tentang ini lagi." Dewi Danau berkata "Tunggu waktunya sudah tepat, aku akan memberitahumu."

Dalam hatiku penuh kebingungan, tidak bertanya lagi, aku percaya suatu hari, Dewi Danau akan memberitahuku jawabannya.

Dewi Danau dengan cepat terbang turun dari gunung, setelah sampai di pintu masuk desa, matahari sudah terbenam, langit pun mulai menggelap.

Saat ini, kesadaranku mendominasi tubuh lagi, mendapatkan pengendalian.

Perasaan lemah menyerang tubuhku, aku merasa sangat tidak nyaman, melemah di atas tanah, meraup nafas dengan banyak.

Dewi Danau berkata "Aku sudah begitu lama tinggal di dalam tubuhmu, kita mempunyai kontak batin, aku sepenuhnya bisa cocok di dalam tubuhmu, tidak akan ada gejala akhir yang tersisa, istirahat beberapa jam saja."

Aku beristirahat beberapa menit, menyeret tubuhku yang lemah berjalan masuk ke dalam desa dengan perlahan.

Setelah melewati pintu rumah, Bayu memegang sebuah pria gula kecil mainan di depan pintu, Evelin menemani Bayu, mereka berdua tertawa terbahak dengan sangat senang.

Evelin melihatku, menyambutku dan berkata "Kakak Gilang, tali kain yang terikat ditubuhmu itu untuk apa? Apakah kamu sudah terluka?"

"Tidak apa-apa." Ucapku sambil tersenyum "Hanya sedikit luka gores saja."

Evelin tidak mencurigai apapun, berkata "Hari ini seharian sibuk apa, makan malam sudah dimasak, meneleponmu tidak masuk, kak Mahmud juga sibuk, tidak pulang makan, kalian ini sedang sibuk apa?"

Aku tadi di dalam pegunungan, teleponku tidak ada sinyal.

Aku memang sudah lapar, sangat lapar, mungkin karena Dewi Danau mengontrolku, jadi menghabiskan tenaga fisik sangat banyak.

"Ayo, pulang kerumah makan." Ucapku asalan "Hari ini sudah memasak berapa lauk?"

Aku dan Evelin sedang mengobrol, pulang ke rumah, Evelin memanaskan lauk makanan untukku, aku pun mulai makan dengan lahap.

Setelah makan, aku awalnya menyuruh Evelin mebungkus ulang lukaku, setelah berpikir, lebih baik memanggil Glasiva datang, hal-hal ini, tidak ingin membuat Evelin khawatir.

Lagipula, Glasiva adalah pembunuh, pasti berpengalaman mengobati luka.

Aku dan Glasiva pergi ke rumah sakit di sebelah, menyuruh Glasiva membungkus ulang lukaku dengan dengna perban, Glasiva membuka kain dari tubuhku, setelah melihat lukaku, dia sangat terkejut.

Glasiva berkata "Gilang, makhluk apa yang mencakarmu? Ini sepertinya bukan manusia yang melakukannya, lukanya seperti dicakar oleh cakar tajam sejenis binatang."

Aku berkata "Tidak apa-apa, menemui masalah kecil, lalu tercakar, kamu oleskan sedikit obat, lalu bungkus saja sudah bisa."

Wajah Glasiva berubah serius "Sesuai kemampuanmu, aku sungguh tidak tau binatang apa yang bisa melukaimu, beritahu aku, sebenarnya apa yang sudah terjadi."

Aku tidak ingin orang lain ikut campur masalah di aula leluhur, aku berkata "Terjadi beberapa hal di dalam desa, aku akan mengurusnya, Glasiva, kamu jangan banyak tanya lagi."

Glasiva sambil membungkus lukaku, berkata "Hari ini penduduk desa heboh sekali, katanya tahap kedua proyek sana bermasalah, katanya adalah sesuatu yang tidak bersih?"

"Apakah masalah ini?"

Benar-benar kalau hal baik tidak mudah untuk orang ketahui, hal buruk malah tersebar dengan mudahnya, sekarang Glasiva sudah tau.

"Ehn." Aku mengangguk "Bertemu dengan seekor musang, aku tercakar oleh musang, tidak ada masalah lain lagi, tidak perlu khawatir."

"Aku bukan mengkhawatirkanmu." Ucap Glasiva denga datar "Aku setiap hari di rumah benar-benar bosan sekali, ingin mencari kegiatan."

Wanita yang mulutnya tidak sejalan dengan hatinya, jelas-jelas mengkhawatirkanku.

Aku berkata dengan tersenyum "Kamu di rumah lindungi Evelin saja, kamu tidak cocok menunjukkan wajah, kalau sampai ketahuan oleh keluarga Romlah maka tidak akan baik."

"Baiklah." Luka sudah selesai diperban, Glasiva berkata "Kalau butuh bantuan, telepon aku kapan saja."

Aku pulang kerumah untuk berganti baju, istirahat sebentar, lalu berjalan menuju gua sana.

Mayden masih belum kembali, Hasan terus menjaga di kantor sementara, tidak membiarkan orang lain masuk.

Aku menyadari, Tong Samcong sudah hilang, ada tali yang dilepas diatas kursi sebelah.

Hasan melihatku datang, berkata "Gilang, kenapa kamu keluar lama sekali?"

Aku berkata "Setelah, mengobati luka, makan, lalu tidur."

"Oh iya, dimana Tong Samcong?"

Hasan berkata "Tong Samcong diikat beberapa jam, tubuhnya sama sekali tidak bisa menerima, tidak berhenti memberontak, aku bertanya padanya kenapa, dia bilang mau buang air besar."

"Kita mengikatnya terus juga bukan solusi, jadi, aku melepaskannya."

"Kamu tenang, Tong Samcong sudah takut dengan kita, dia setuju tidak akan memberitahu hal disini kepada penduduk desa, tidak akan membesarkan masalah."

Tampaknya Tong Samcong sungguh sudah takut kepada kami, kalau tidak dia sudah mencari penduduk desa untuk mengacau.

Ataupun, Hasan mempunyai cara untuk membuat Tong Samcong berkompromi.

Aku berkata "Kamu pulang makan, istirahat dulu, serahkan sini kepadaku."

Hasan berkata "Aku baru saja mau bilang aku sudah kelaparan seharian, kalau begitu kamu jaga disini, aku percaya Penyihir Mayden segera kembali."

"Aku setelah makan lalu istirahat sebentar, telepon aku kalau Mayden sudah kembali."

Hasan sudah pergi, karena Mayden belum pulang, aku lanjut merangkak masuk ke dalam goa.

Aura negatif di dalam goa sangat sedikit, semua akar dan rotan sudah mengering, pulang dan kembali beda terlhat pecah-pecah.

Dinding sekitar ditutupi oleh rotan, sekarang rotan saja sudah jatuh ke atas tanah dan mati, dinding menampakkan sepenuhnya.

Bisa dilihat ada beberapa ukiran aneh di dinding, ukiran ini, ada pemandangan gunung dan sungai, jalanan kota dan juga sangat banyak orang aneh.

Ada desa yang cantik, orang-orang berjalan di jalanan, mencuci baju di pinggir sungai, anak-anak sedang bermain.

Dan juga ada beberapa gambaran perang, tentara yang banyak sekali sedang membunuh, pertempuran yang sangat sengit, dimana-mana terdapat mayat yang hancur, darah mengalir seperti sungai, mayat bertumpuk seperti gunung.

Ukiran-ukiran ini nyata sekali, meskipun aku tidak mengerti tentang ukiran, juga terguncang oleh gambaran di depan mata.

Setelah beberapa saat, aku bertanya kepada Dewi Danau "Ukiran-ukiran ini, semuanya adalah orang dan kejadian kehidupan lalu, dari dinasti manakah mereka?"

" Dinasti Song " Ucap Dewi Danau "Di ukiran ini adalah orang dari Dinasti Song, ukiran-ukiran ini buatan dari ahli pemahat, kamu lihat orang-orang ini, ekspresi wajah mereka hidup sekali, pengerjaan yang luar biasa, pemahat-pemahat ini sungguh luar biasa."

"Ukiran-ukiran ini adalah barang antik, harganya mahal sekali, kalau bisa memahat lembaran ukiran ini dan membawa pergi, bisa terjual dengan harga sangat mahal."

Aku terdiam "Maksudmu, membawa barang-barang ini pergi?"

"Aku tidak tertarik dengan barang-barang ini." Ucap Dewi Danau "Bisa dibawa keluar dan serahkan kepada negara, kalau tidak masalah disini tersebar, takutnya akan memancing keserakahan beberapa orang."

Aku setuju dengan perkataan Dewi Danau, sekarang aku juga tidak kekurangan uang, lagipula mau membawa pergi barang di dalam sini, sungguh merepotkan sekali.

"Dan juga........aku curiga, disini bukanlah sebuah titik kuburan."

"Oh?" Aku merasa sangat aneh "Bukan titik kuburan?"

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu