Penyucian Pernikahan - Bab 139 Minum Anggur

Masalah keluarga Delia, memang benar aku tidak enak untuk terlibat dengan terlalu dalam, tetapi aku sudah berjanji kepada Nenek bahwa aku akan membantu, ditambah lagi Delia adalah temanku, tentu saja aku akan berdiri di sisinya.

Aku tidak menyetujui Walikota, juga tidak menolaknya dan berkata “Masalah ini, aku memiliki pertimbangan sendiri, jika Nenek dan Delia membutuhkan aku, aku akan muncul di saat pertama.”

“Aku beritahu kamu, aku dan Delia hanya sekedar teman biasa, kamu sendiri yang telah banyak berpikir.”

“Jika tidak ada hal lain, aku pergi dulu.”

Jika keluarga Limas ada masalah dan membutuhkan bantuanku, aku akan datang kapanpun.

Mendengar aku dan Delia hanya sekedar teman biasa, akhirnya hati Walikota terasa tenang.

“Hari ini kamu telah membantu menyembuhkan penyakit ibuku, ke depannya jika ada masalah, kamu bisa mencariku kapan saja, kita adalah teman.” Ujar Walikota tersenyum.

Aku tidak berkesan baik terhadap Walikota, kalaupun ada masalah, aku juga tidak akan pergi mencarinya.

Walikota dan Dekan Limas mengantarku keluar, hingga aku naik ke dalam mobil dan melesat pergi, barulah mereka masuk ke dalam rumah.

Di mobil, Mahmud tampak bersemangat “Kakak, hari ini kamu gagah sekali, profesor itu tertekan hingga tidak bisa bernapas, kelihatannya ingin mencari lubang untuk bersembunyi.”

“Lalu kamu juga memarahi Walikota.”

“Kakak, kamu hebat sekali, aku sangat kagum denganmu.”

Sambil berkata, Mahmud mentransfer uang seratus juta padaku, lalu dia berkata dengan semangat “Kakak, ke depannya jika ada masalah yang sebagus ini, bawa aku juga, mudah sekali datangnya uang ini.”

Aku berkata “Ini hanya sedikit, ikutilah aku baik-baik, aku membawamu kaya bersama-sama ke depannya.”

Saat ini, sudah jam lima, Vanya membuat janji denganku untuk makan pada jam enam, ingin berterima kasih padaku karena telah membantunya kali ini.

Mahmud lanjut berkata “Kakak, apakah wanita dari kantor polisi setempat itu mentraktirmu makan?”

“Iya.” Aku berkata “Ada masalah apa?”

Mahmud berpikir sejenak, lalu berkata “Aku ingat wanita itu selalu tidak senang dengan kita dan ingin menangkapmu, bagaimana bisa tiba-tiba mentraktirmu makan?”

Aku tidak mengungkit kejadian yang terjadi sebelumnya, kejadian itu sepenuhnya membuat Vanya mengubah sikap terhadapku, jika tidak ada aku, maka sekarang Vanya pasti berada di dalam penjara.

Aku berkata “Jangan banyak bertanya, ada yang mentraktir makan, maka cukup dengan membawa mulut saja, jangan banyak berkata.”

Mahmud lanjut berkata “Kakak, si gadis itu mentraktir kamu, bukan mentraktir aku, untuk apa aku ikut pergi ke sana?”

“Aku tidak ingin menjadi nyamuk, aku antarkan kamu ke sana, lalu kamu makan saja dengan gadis cantik, masih ada hal lain yang harus aku urus di kota.”

Mahmud adalah orang yang sangat cerdik, maka dia mengantarkan aku ke restoran yang paling bagus di kota ini, yaitu Culinary Unika.

Culinary Unika, tepat adalah restoran di mana aku berkonflik dengan Anton pada sebelumnya.

Setelah mengantarkan aku ke depan restoran, Mahmud menyetir pergi, dia menyuruhku meneleponnya setelah makan dan dia akan datang menjemputku.

Masih dua puluh menit lagi barulah Vanya pulang kerja, aku sudah memesan lauk di ruang VIP, lalu meminum teh sambil menunggunya, barulah lauk akan disajikan setelah dia datang.

Tentu saja pemilik restoran mengenaliku, setelah kejadian waktu itu, dia mengetahui bahwa aku berhubungan dengan putri Walikota, maka dia sangat ramah dan antusias padaku.

Hingga jam setengah tujuh, barulah Vanya tiba.

Ketika Vanya memasuki pintu, aku terpana.

Aku pernah bertemu beberapa kali dengan Vanya, dia selalu mengenakan seragam polisi karena sedang bertugas, juga tidak berdandan.

Saat ini, Vanya telah berdandan secara khusus, ketika dia memasuki pintu, aku hampir tidak mengenalinya.

Jaketnya bergaris merah dan putih, ujung kerah dan lengan bajunya berwarna hitam, tampak rapi dan cantik. Kerah bundarnya menampakkan tulang selangka yang cantik, serta kulitnya yang putih dan cerah.

Kulitnya yang putih cerah terlihat kencang, tidak tahu karena pakaiannya kekecilan, atau buah dadanya telah lebih besar dari sebelumnya dan hendak merobek pakaian.

Celana pendek berwarna biru muda menampakkan kakinya yang putih ramping dan dia mengenakan sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam yang terlihat sederhana. Rambutnya yang mengembang telah disanggul dan ada sepasang anting-anting berliontin lingkaran perak yang menggantung di telinganya.

Dia hanya berdandan dengan ringan, bibirnya memakai lipstik berwarna merah muda, bulu matanya yang lentik berkedip-kedip, bola matanya yang berwarna merah gelap memancarkan hawa menggoda.

Biasanya Vanya mengenakan kacamata, tetapi hari ini dia menggunakan lensa kacamata.

Aku mengamati Vanya dari atas hingga ke bawah, baik dari segi wajah, postur badan, atau penampilan, dia tampak bagaikan orang yang lain.

Benar bahwa kecantikan manusia mengandalkan penampilan luar.

“Vanya, hari ini kamu cantik sekali.” Aku tidak tahan untuk memujinya.

“Terima kasih.” Vanya tersenyum cantik “Dulu ketika di sekolah kepolisian, aku adalah bunga polisi.”

“Apakah kamu memiliki pacar?” Aku asal bertanya.

Vanya berkata “Tidak ada, juga tidak ingin berpacaran.”

Membicarakan pacar, emosi Vanya sedikit berubah.

Kami memesan lauk, lalu Vanya tiba-tiba berkata “Gilang, kita minum sedikit anggur aja.”

Minum anggur?

“Baik.” Aku mengiyakan, aku tidak pernah mengatakan tidak kepada anggur, meskipun aku tidak terlalu jago dalam minum anggur.

Maka dari itu, Vanya memesan sepiring kacang dan makanan ringan sebagai pendamping anggur, awalnya aku ingin minum bir, tetapi Vanya justru ingin minum anggur putih.

Kami mengambil sebotol anggur yang berusia sepuluh tahun, totalnya adalah enam lauk, cukup untuk dimakan berdua.

Sejujurnya, aku tidak suka minum anggur putih.

Vanya mengangkat gelas dan menatapku dengan tulus “Gilang, terima kasih atas hari ini, kamu adalah penyelamat jiwaku, jika bukan karena kamu, takutnya aku….”

“Takutnya aku akan berada dalam penjara untuk seumur hidup….”

Sambil berkata, mata Vanya tiba-tiba berair.

Aku bergegas berkata “Masalah sepele saja, jangan ambil hati, kita sudah mengalami hidup dan mati bersama-sama, kita adalah teman seperjuangan.”

“Baik.” Kami bersulang, lalu Vanya berkata “Habiskan segelas anggur ini, maka kita adalah teman, teman yang paling baik.”

Vanya meneguk tiga gelas kecil berturut-turut, sepertinya ada pikiran dalam hati, lalu aku berkata “Pelan-pelan, waktu masih awal, tidak baik bagi lambung jika minum dengan terlalu cepat, jika ada pikiran hati, kamu bisa memberitahu aku.”

Sebenarnya, aku sudah menangkap sedikit informasi dari tatapan Vanya. Sore hari tadi, atasan sudah pulang, dia memarahi Vanya selama setengah jam lebih, bahkan menyuruh Vanya untuk jangan tinggal lagi di pos polisi dan ingin memindahkan Vanya ke departemen lalu lintas.

Mata Vanya memerah “Suasana hatiku tidak terlalu baik, tidak ada apa-apa, ayo, temani aku minum.”

Kami meminum segelas lagi, lalu Vanya tersedak dan terbatuk.

Aku berkata “Makan lauk yang banyak…. Jika karena masalah pekerjaan, jangan khawatir, ada masalah apa, kamu katakan denganku, aku juga kenal dengan beberapa teman, aku bisa membantumu menyelesaikannya.”

“Asalkan kamu berusaha, asalkan kamu berkemampuan, pergi ke kantor polisi kota pun tidak menjadi masalah.”

Vanya memang sangat berusaha dan serius, sangat berjuang dalam pekerjaan, jika atasan menyulitkannya, aku akan memberi pesan kepada kantor polisi, maka masalah pun terselesaikan.

Gogon pernah berkata sebelumnya, dia akan menyuruh Kapten Kov dan atasan untuk tidak menuntut tanggung jawab dari kejadian ini.

Vanya memakan beberapa suap lauk, lalu minum arak sendiri dan berkata “Kamu jangan mengurus masalahku, aku tidak apa-apa, daya tahanku terhadap tekanan sangat kuat, aku juga sudah terbiasa.”

“Aku pasti akan menjadi seorang polisi baik, aku pasti akan menjadi seorang polisi teladan melalui usahaku sendiri!”

Aku bisa merasakan penderitaan dalam tatapan Vanya, ada masalah yang dia pendam dalam hatinya.

Namun, alis Vanya melengkung, hidung kecilnya sedikit mancung, wajahnya putih seperti giok dan cantik seperti fajar, pakaiannya juga tidak begitu mewah, hanya mengenakan seuntai mutiara di lehernya, memancarkan sinar ringan yang semakin menonjolkan keputihan dan kehalusannya.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu