Penyucian Pernikahan - Bab 60 Amarah Warga

Sambil mengantuk aku berjalan menuju desa, jalan yang sudah lama tidak diperbaiki semuanya dipenuhi oleh bebatuan yang berserakan.

Begitu aku sampai ke pintu masuk desa, aku melihat seorang pemuda dengan kaos polos sedang mencari sesuatu, ketika dia melihatku, dia langsung berlari ke arahku.

"Gilang, akhirnya kamu kembali, aku sudah lama mencarimu!"

“Untuk apa mencariku?”

Aku merasa familiar dengan wajahnya, tapi aku belum pernah berbicara, apalagi berurusan dengannya.

"Jangan tanya untuk apa, silahkan ikuti aku terlebih dahulu ke aula leluhur di desa, kepala desa dan anggota keluarga Pota semuanya ada di sana!"

“Ada masalah apa?”

"Bukankah Trejo menghina Alvia dan Selvi hari ini? Aku mendengar mereka mengatakan bahwa kamu menyelamatkan mereka. Sekarang Trejo telah diseret ke sana. Aku mendengar bahwa Selvi pulang dan segera memberi tahu Rahmat. Rahmat sangat marah sehingga dia tidak hanya memukulinya sekali dan Alvia memberi tahu ibunya lebih banyak lagi. Sekarang, Trejo sudah mati! "

Lelaki itu mulai berbicara tanpa henti, aku menganggukkan kepala dan menyuruhnya pergi dulu.

Sebenarnya, begitu aku mendengar anggota keluarga Pota, aku sudah menduga bahwa pasti Selvi yang memberi tahu ayah mertuanya mengenai apa yang terjadi hari ini. Aku khawatir Trejo sudah mati sekarang.

"Baiklah, pergilah dulu, aku akan meletakkan obat herbal di rumah dan langsung pergi ke sana."

"Baik! Cepatlah, aku akan bicara dengan kepala desa!"

Aku mengangguk, tidak jadi pulang ke rumah, kemudian meletakkan obat herbal di tumpukan kayu bakar dan langsung pergi ke aula leluhur.

"Apakah nenekmu berani menghina putriku ?! Ha? Lihat apakah nenekku tidak mau membunuhmu!"

Sebelum memasuki aula leluhur, aku mendengar ibu Alvia menjerit, diikuti oleh teriakan dan ratapan lainnya. Dan dengan sangat jelas aku tahu bahwa itu adalah suara Trejo si tua. Setelah beberapa kali mencibir, dia mengutuk bahwa dia pantas mendapatkannya.

"Jangan berkelahi! Jangan berkelahi! Ini aula leluhur!"

Begitu masuk, aku melihat kepala desa sedang berusaha menghentikan dua kelompok orang, yang satu adalah yang dibawa oleh Rahmat dan satu lagi ibu Alvia.

Namun, Trejo memegangi kepalanya di tanah dengan hidung bengkak, seperti anjing yang sudah mati, ibu Alvia mendengar kepala desa menghentikannya, jadi dia tidak memukulinya lagi.

“ Gilang, kamu sudah datang.”

Ketika kepala desa melihat aku masuk, dia mengerutkan kening dan berteriak.

Aku mengangguk dan berkata langsung ke intinya: "Ada urusan apa memanggilku kemari?”

Aku melirik ke arah Alvia dan Selvi yang sedang menangis di sampingnya. Pakaian mereka sudah diganti. Ketika kedua perempuan itu melihatku, muka mereka memerah seperti apel. Mereka menundukkan kepala dan tidak berani memanggilku dan aku sedang malas berbicara dengan mereka berdua.

"Aku tidak akan mengungkit lagi apa yang terjadi pada mereka. Mari kita bicarakan langsung saja. Menurut Trejo, ponselnya terjatuh dan Selvi mengatakan bahwa kamu mengambilnya, jadi... Kamu adalah tersangka yang memilki ponselnya."

Aku berkata tanpa ekspresi: "Aku tidak mencuri telepon. Orang tua ini yang menjatuhkannya sendiri. Awalnya aku ingin serahkan kepada kepala desa. Siapa sangka aku bertemu dengan orang tua yang menganiaya Selvi dan Alvia. Aku langsung pergi dan menyelamatkan mereka. "

Kepala Alvia dan Selvi semakin menunduk, mungkin karena teringat bagaimana mereka merayu aku, mereka menjadi tidak berani mengangkat wajahnya.

Kepala desa mengangguk dan melirik ke arah Trejo, yang seperti anjing yang sudah mati, mungkin memikirkan apa yang harus dilakukan.

Aku dapat melihat bahwa kepala desa membantu Trejo. Dia selalu takut diancam. Lagipula dia juga selingkuh dengan istri Trejo atau banyak foto orang di desa yang berada di tangan Trejo, kepala desa yang menjadi penengah ini juga menjadi yang terjerat kasus.

Saat itu kepala desa sedang berurusan dengan Trejo. Aku tidak hanya mengetahuinya, tapi juga melihat video tidak senonohnya dengan jelas dari ponselnya. Trejo ini sangat pintar, istrinya dipermainkan dengan seksama, juga tahu cara mengancam kepala desa, kalau bukan karena menyusuri sungai dan membasahi sepatunya, takutnya orang ini akan menjadi masalah.

"Kepala desa, sekarang ponselnya pasti terjatuh di sungai."

Aku mencoba mengingatkan kepala desa dengan suara yang termasuk tidak terlalu keras, tetapi semua penduduk desa bisa mendengarnya dengan jelas.

Apa yang kulakukan? Semua orang langsung mengerti, karena sekarang sudah tidak ada yang dapat menanganinya, siapa yang akan mengampuni Trejo ini? !

Semua orang memandang Trejo dengan marah. Dengan tangan terkepal, mereka mulai mengambil batu bata, tongkat kayu dan bahkan mereka yang tidak memiliki alat langsung melepas mantel mereka. Otot-otot yang menonjol berada di depan matanya dan mereka tidak sabar untuk segera membunuh Trejo.

Trejo tentu tidak bodoh. Dia tahu persis perlakuan seperti apa yang akan dia hadapi selanjutnya. Dia memandang semua orang dengan ketakutan, tubuhnya yang seperti anjing yang sudah mati terus melangkah mundur dan ada rasa kebencian di matanya yang ketakutan. Aku khawatir kebencian itu ditujukan kepadaku.

"Teman-teman ! Persetan dengan orang tua ini, orang sialan ini melakukan hal yang tidak manusiawi setiap harinya, tapi hari ini kita mendapat kesempatan untuk menangkapnya! Bunuh dia!"

Aku tidak tahu siapa yang mengawalinya. Seluruh penduduk desa langsung rusuh dan mereka bergegas ke arahnya. Semua jenis alat mengenai Trejo dan Trejo langsung menjerit kesakitan. Bahkan jeritannya tertutup oleh suara kemarahan warga desa.

Tentu saja, bahkan mustahil untuk berbicara apapun.

"Bunuh dia! Bahkan si bajingan ini berani mengambil foto dia yang sedang tidur dengan istri-istri kita!"

"Kehadiran bajingan ini hari ini adalah rasa malu terbesar di aula leluhur ini!"

"Mulai saat ini, selama orang tua ini ada di desa ini satu hari saja, Orang-orang akan memukulinya! Hari ini kakinya harus dipatahkan!"

"Apa ini! Orang tua ini bahkan memotret bibiku kencing! Aku harus membunuhnya hari ini!"

"Di desa ini tidak boleh ada orang tua ini! Usir dia dari desa atau kita yang akan pergi dari desa!"

Penduduk desa berkerumun dan kemarahan yang biasanya diredam dan tidak bisa dilampiaskan semuanya dilampiaskan pada Trejo. Bahkan penduduk desa yang tidak terlibat dalam Trejo memanfaatkan kejadian ini dan menendang dia beberapa kali. Karena terlalu banyak orang, skandal dalam keluarga semuanya diutarakan, tidak tahu keluarga siapa ataupun siapa yang mengutarakannya.

Aku berdiri di luar kerumunan, melihat mereka seperti sedang menonton pertunjukan, senyuman kecil muncul di wajahku ketika aku melihat Trejo dipukuli oleh kerumunan.

"Sudah sudah! Berhenti memukul! Berhenti memukul! Aku sudah melapor ke kantor polisi, semuanya berhenti berkelahi!"

Kepala desa buru-buru menghentikan mereka. Meskipun dia lega melihat Trejo dipukuli, tetapi jika dia dipukul sampai mati, dia juga akan terlibat.

Kepala desa buru-buru menarik Trejo yang sudah seperti anjing mati. Menyeret tubuhnya yang dipenuhi jejak kaki dan mulutnya yang bengkak. Kepala desa langsung membawanya ke dalam mobil. Dia berkata kepada penduduk desa: "Jangan khawatir, semuanya, aku pasti akan memberikan keadilan kepada semua orang. Karena dia telah melakukan hal yang menyakiti hati nurani kita, tentu aku harus memberinya hukuman yang pantas dia terima!"

Kepala desa segera menelepon pihak yang berwajib dan melemparkan Trejo ke dalam mobil sambil berbicara di telpon. Saat Trejo memegang pintu dan masuk ke mobil, matanya yang penuh kebencian menatapku, jika membahas satu-satunya bagian dari tubuhnya yang masih berbentuk, itu adalah matanya.

"Aku menunggumu."

Aku menatapnya dengan tajam dan bibirku bergerak beberapa kali. Aku tidak merasa takut menghadapi niatnya untuk membunuhku. Aku punya kemampuan sendiri untuk melawan bajingan ini. Sebaliknya, dia sekarang tidak memiliki cara apapun, jika ada pun hanya sedikit dan tidak akan cukup.

Kerumunan itu berangsur-angsur bubar. Ketika aku hendak pergi, Rahmat melambaikan tangannya dan berjalan ke arahku.

"Paman Pota, apakah ada sesuatu?"

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu