Penyucian Pernikahan - Bab 140 Membuka Kamar Setelah Mabuk

Setelah beberapa putaran, Vanya sudah mabuk, dia meminum setengah botol anggur, sedangkan aku hanya meminum beberapa gelas saja.

“Gilang, orangtuaku juga adalah polisi, ketika aku berusia tiga tahun, mereka telah gugur dalam bertugas.” Vanya menceritakan masalah keluarganya “Sejak kecil, aku adalah anak yatim piatu dan tumbuh besar di panti asuhan.”

“Sejak aku bersekolah, aku pun tahu orangtuaku meninggal dengan tidak jelas, aku hanya tahu bahwa orangtuaku dibunuh oleh seseorang dan orang itu dulunya adalah pecandu narkoba.”

“Tetapi, aparat kepolisian tidak pernah menangkap orang itu.”

“Sejak kecil, aku bercita-cita menjadi seorang polisi dan menemukan pelaku pembunuh orangtuaku.”

“Sekarang aku adalah seorang polisi, tetapi aku tidak mampu, aku tidak berdaya, aku sama sekali tidak memiliki cara untuk menemukan pelaku pembunuh orangtuaku.”

Aku tidak menyangka kehidupan masa kecil Vanya begitu susah, sama seperti aku, ketika aku berusia tujuh tahun, orangtuaku meninggal dalam kecelakaan mobil dan aku bahkan tidak melihat mayat orangtuaku sendiri.

Vanya tumbuh besar di panti asuhan, menempuh studi di sekolah kepolisian berkat bantuan sosial, lalu menjadi seorang polisi setelah lulus.

Satu-satunya harapan Vanya adalah menangkap pelaku pembunuh orangtuanya dan menindak pelaku dengan jalur hukum.

“Apakah kamu tahu betapa susahnya aku….” Air mata bercucuran dari mata Vanya “Sejak kecil hingga besar, aku memikul segala hal seorang diri.”

“Kami para anak yatim piatu sangat kasihan, sering kali ditindas orang lain, sementara orang-orang yang memberi bantuan kepada kami, belum tentu semuanya adalah orang baik.”

“Dulu aku memiliki seorang yang teman yang paling baik, juga adalah teman satu-satunya, ketika menempuh sekolah menengah atas, dia pergi mengikuti seorang saudagar kaya dan saudagar kaya itu adalah orang yang memberi bantuan kepada kami para anak yatim piatu. Sebenarnya, dia mengincar gadis-gadis cantik untuk menjadi wanita simpanannya, menjadi mainannya….”

“Jika tidak bersedia, maka mereka akan menggunakan berbagai cara untuk membuatmu kehilangan sumber penghasilan, membuatmu tidak bisa menjalani kehidupan….”

“Sejak saat itu, aku tidak lagi memiliki teman. Kami para anak yatim piatu tidak memiliki uang, tidak memiliki keluarga, tidak ada satupun yang membantu kami….”

“Nilaiku adalah yang paling bagus di sekolah kepolisian, juga telah mendapatkan banyak piala dan sertifikat penghargaan. Setelah lulus, awalnya aku bisa langsung ditugaskan untuk magang di daerah kabupaten kota, tetapi….”

“Ada satu orang kaya yang mengambil tempatku, sedangkan aku hampir tidak memiliki pekerjaan. Pada akhirnya, aku ditugaskan di kota Nagoya, kota yang paling miskin….”

“Gilang, kamu katakan, mengapa orang miskin begitu susah, mengapa orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan semuanya begitu jahat…”

Dalam hatiku terasa sangat tidak nyaman, aku juga ditindas orang lain sejak kecil, aku pun paham, yang dikatakan Vanya padaku hanya sebagian kecil saja. Sejak kecil hingga besar, dia pasti telah mengalami banyak penderitaan dan kesengsaraan.

Dunia ini adalah dunia para orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan, tidak semua orang kaya adalah orang jahat, juga ada banyak orang baik. Di dunia ini, orang baik berjumlah berkali-kali lipat daripada orang jahat.

Sementara orang jahat sangat suka menindas orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang yang tidak akan menjadi ancaman bagi mereka.

Aku tidak tahu harus bagaimana menghibur Vanya, jalan yang dipilih Vanya, tidak peduli betapa susah dan betapa sulitnya, dia juga harus menjalaninya.

Mungkin dia memiliki banyak pilihan jalan, dia bisa tidak menjadi seorang polisi, tetapi demi membalas dendam untuk orangtuanya, dia memilih jalan ini. Ini adalah keyakinannya, adalah pilihannya.

Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata “ Vanya, semuanya akan membaik, aku percaya di dunia ini, orang baik akan mendapat balasan baik.”

“Mereka para orang jahat, pada akhirnya akan mendapat sanksi hukum dan karma.”

Mata Vanya sudah linglung dan dia merebah ke atas meja karena mabuk “Gilang, kamu hebat sekali, kamu bisa menarik sebuah mobil dengan kekuatan sendiri, jika bukan karena melihat dengan mata sendiri, aku tidak akan percaya….”

“Gilang, kamu bantulah aku, oke? Dengan kemampuanmu, kamu pasti akan melakukan hal besar di hari kelak.”

“Asalkan kamu membantuku, membalas dendam untuk orangtuaku, aku akan menyetujui semuanya, aku akan menyetujui semua permintaanmu.”

“Bahkan, aku bisa menyerahkan diriku padamu….”

Vanya mulai berkata sembarangan, pasti karena mabuk sehingga dia mengatakan perkataan seperti ini.

Aku berkata “Aku akan membantumu, kamu tenang saja, setelah aku memiliki kemampuan hingga batas tertentu, aku akan membantumu menyelidiki masalah orangtuamu.”

Mendengar Vanya menceritakan semua ini, aku teringat akan orangtuaku, aku juga akan menyelidiki masalah orangtuaku!

Jika bukan karena Vanya yang bercerita, aku benar-benar tidak akan teringat akan masalah ini. Dipikir-pikir sekarang, kematian orangtuaku memiliki banyak kecurigaan!

Vanya masih ingin minum anggur dan suasana hatiku juga sangat tertekan, ada banyak masalah yang terjadi dalam waktu dekat, lalu aku menemani Vanya minum anggur.

Kami berdua meneguk dua botol anggur putih, aku pun mabuk dan pandanganku menjadi hitam.

Vanya sudah muntah dua kali, tetapi aku masih lumayan baik, kebugaran fisikku lebih kuat berkali-kali lipat dibanding sebelumnya, tidak akan mabuk tujuh keliling.

Vanya sambil bercerita sambil minum anggur, mencurahkan seluruh kesedihan dan penderitaan, sebentar menangis dan sebentar berteriak. Aku menjadi seorang pendengar yang baik dan tidak lupa menghibur Vanya.

Ternyata Vanya memiliki seorang pacar ketika di sekolah kepolisian, awalnya Vanya tidak memberitahu kehidupan masa lalunya kepada pacarnya dan pacarnya juga tidak tahu bahwa Vanya adalah anak yatim piatu.

Mereka saling mencintai, namun kemudian, pacarnya mengetahui kehidupan masa lalu Vanya dari mulut orang lain, lalu dia putus dengan Vanya.

Setelah itu, Vanya tidak pernah berpacaran lagi.

Pada waktu itu, ada banyak orang yang mengejar Vanya, tetapi hati Vanya sudah mati.

Aku pun paham, latar belakang keluarga seseorang sangatlah penting, seperti halnya aku, aku juga adalah anak yatim piatu, jika tidak memiliki suatu kehebatan, susah sekali mendapatkan istri.

Kami terus minum anggur hingga tengah malam jam sebelas lebih, setelah Vanya sudah tidak sadarkan diri, barulah sesi minum ini berakhir.

Aku menelepon Mahmud, lalu Mahmud berkata “Kakak, malam ini aku berkumpul bersama beberapa temanku di kota, aku mabuk, tidak bisa menyetir.”

“Kakak, kamu pulang dengan taksi saja.”

Setelah menutup telepon, aku ingin memanggil taksi untuk pulang, tetapi bagaimana dengan Vanya ?

Tiba-tiba aku teringat, aku tidak tahu di mana tempat tinggal Vanya !

Aku ingin menelepon Kapten Kov, tetapi dipikir-pikir, sudahlah, jika Kapten Kov melihat Vanya mabuk seperti ini, makian besok pun tidak terelakkan.

Jika diketahui oleh atasan, maka celakalah Vanya.

Aku memapah Vanya berjalan keluar dan hendak memanggil taksi, lalu pemilik restoran langsung menghampiri setelah melihat kami mabuk dan berkata “Taksi di kota kami sangat sedikit, di jam ini, takutnya tidak ada satupun taksi dalam waktu setengah jam.”

“Tuan Ramdhan, ke mana kamu dan polisi Vanya pergi, aku antarkan kalian saja.”

Pemilik restoran tahu bahwa identitas kami tidaklah sederhana, sehingga dia bersikap dengan begitu antusias. Sekarang juga tidak ada beberapa orang di dalam restoran, pelayan pun bisa mengaturnya.

Aku berkata “Antar kami ke hotel yang paling bagus di kota ini.”

Sekarang aku sudah memiliki banyak uang, pasti tidak akan membiarkan Vanya tinggal di rumah susun.

Beberapa menit kemudian, tibalah kami di Hotel Nagoya. Kota ini sangat miskin, hotel yang paling bagus di sini tidak bisa dibandingkan dengan hotel di perkotaan besar.

Biaya satu malam di sini tidaklah mahal, hanya seratus enam puluh ribu, lingkungannya biasa-biasa saja dan jarang ada penghuni pada biasanya.

Jelas-jelas aku memesan kamar standar dengan dua kasur, tetapi setelah pelayan memimpin kami naik ke lantai dua dan membuka pintu, di dalamnya adalah sebuah kasur besar.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu