Penyucian Pernikahan - Bab 125 Kematian Kepala Desa Tua

Biasanya kepala desa juga cukup baik terhadap penduduk desa, namun secara diam-diam, malah bersama Komisioner Syafarudin melakukan hal-hal jahat yang merugikan.

Aku tidak akan memaafkan kepala desa, jika dia mendengar kata-kataku, melakukan sesuai dengan apa yang aku aturkan, tunggu setelah dia turun dari posisinya, dia bisa menemani ayahnya melewati masa-masa tua dengan tenang.

Jika dia bersama dengan Komisioner Syafarudin lagi, tiba saat itu, bukan hanya semudah berbicara lagi.

Aku dan Mahmud pergi, di perjalanan, Mahmud berkata “Aku tidak percaya dengan kepala desa, dia selalu bersama dengan Komisioner Syafarudin, kepala pasti tidak akan berpihak kepada kita hanya karena apa yang terjadi hari ini bukan?”

“Mungkin, dia hanya merasa saat ini masalah tidak boleh ribut sampai berlebihan, ditambah ancaman kita dan situasi sulitnya saat ini, jadi dia membohongi kita.”

“Pura-pura berdamai.”

Apa yang dikatakan Mahmud masuk akal, sudah menjadi kepala desa selama beberapa puluh tahun, bagaimana mungkin dia bisa melepaskan posisi kepala desa dengan mudah, itu memang sangat sulit.

Apa lagi, selama beberapa tahun ini kepala desa bersama dengan Komisioner Syafarudin sudah melakukan banyak hal jahat, Komisioner Syafarudin pasti memegang titik kelemahan kepala desa.

Namun, aku tidak peduli dengan semua ini, tidak peduli apa keputusan kepala desa, aku sama sekali tidak menganggapnya penting, kali ini aku pergi ke sana hanya ingin memberi tahu kepala desa bahwa aku mau menjadi kepala desa.

Ingin menjadi kepala desa tidaklah mudah, pasti harus membangun wibawa di desa, mendapatkan banyak dukungan dari penduduk desa baru bisa.

Aku pergi ke klinik, Mahmud pulang.

Aku mengobrol sejenak dengan Selvi, Selvi sangat mengkhawatirkanku.

Aku teringat dengan Tya, sudah beberapa hari Tya tidak datang mencariku, saat pertemuan penduduk desa, juga tidak melihat Tya.

Aku tidak bisa langsung pergi ke rumah Tya untuk mencarinya, aku bertanya pada Selvi dengan santai.

Selvi memberitahuku, terjadi sesuatu dalam keluarga Tya, malam saat aku pergi, penyakit ayah mertua Tya kambuh, sepertinya Hemiplegia, sekarang sedang rawat inap di rumah sakit kota.

Tya dan ibu mertuanya pergi ke rumah sakit untuk merawat ayah mertuanya.

Saat pemilihan, suara dalam keluarga Tya diwakilkan oleh orang lain untuk bantu memilih.

Aku merasa sedikit aneh, kondisi fisik ayah mertua Tya selalu baik, bagaimana mungkin bisa kambuh mendadak?

Aku tidak berpikir banyak.

Malam, aku istirahat lebih awal, sekarang adalah saat-saat berbeda, aku tidak bisa pergi ke rumah Selvi untuk menemaninya.

Keesok paginya, dari luar terdengar suara ketuk pintu yang keras dan ada banyak suara teriakan penduduk desa.

“Gilang, cepat buka pintu!”

Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, banyak orang yang sedang mengetuk pintu klinik .

Di depan pintu berdiri beberapa puluh penduduk desa, wajah setiap orang penuh amarah.

Dipimpin oleh kepala desa, dia menatapku dengan tatapan pembunuh, tiba-tiba meraih kerah bajuku “Gilang!”

“Kamu ada masalah apa, langsung arahkan saja padaku!”

“Kamu malah membunuh ayahku!”

Aku tercengang, apa yang telah terjadi?

Aku langsung menyingkirkan tangan kepala desa, berkata “Apa maksudmu? Aku membunuh ayahmu?”

Kepala desa mengepal erat tinjunya “Kemarin ayahku koma, obat yang kamu bawakan untuknya, kami selesai rebus obat itu, lalu memberi ayah minum.”

“Sejak kemarin setelah ayahku koma, hanya minum obatmu, tidak makan apapun lagi.”

“Pagi ini saat aku bangun, ayahku sudah meninggal, tubuh juga sudah dingin!”

Kepala desa tua sudah meninggal?

Bagaimana mungkin?

Aku langsung tercengang di tempat, jika itu obat yang diresepkan kemarin pasti tidak bermasalah, itu disiapkan oleh Dewi Danau.

Suara Dewi Danau muncul dalam benakku “Jelas sekali, ada orang yang mengambil kesempatan untuk meracuni kepala desa tua dan menggunakan kesempatan ini untuk melemparkan kesalahan padamu.”

Ada orang yang meracuni kepala desa tua?

Jangan-jangan.....dilakukan oleh kepala desa?

Apakah dia yang meracuni ayah sendiri hingga meninggal?

Bagaimana mungkin!

Walau seberapa jahatnya kepala desa, apakah dia bisa melakukan hal seperti ini?

Dewi Danau berkata “Kamu terus mendesak, menekan kepala desa sampai tidak bisa bernafas, masih ingin membuat kepala desa kehilangan semua haknya.”

“Orang dalam keadaan terdesak bisa melakukan hal apapun.”

“Apalagi kepala desa memang bukan orang baik.”

Penduduk desa yang ada di sekeliling sedang menyalahkanku, bahkan mengatakan hutang nyawa harus dibayar dengan nyawa.

Aku berteriak “Obat yang aku berikan pada kepala desa tua sama sekali tidak ada masalah!”

“Kalian jangan omong kosong di sini, jika terjadi sesuatu harusnya lapor polisi!”

Kepala desa tua meninggal, aku juga merasa sangat sedih.

Aku harus menyelidiki masalah ini dengan jelas, jika sungguh karena aku terlalu mendesak kepala desa, sehingga kepala desa membunuh kepala desa tua, masalah ini juga ada hubungannya denganku.

Kepala desa menggertakkan gigi “Aku sudah lapor polisi!”

Penduduk desa mengepungku ditengah, kami bersama-sama pergi ke rumah kepala desa.

Di ruang tamu rumah kepala desa, hanya ada sebuah jasad ditutupi dengan seprai.

Istri kepala desa menangis histeris, setelah melihatku, langsung menerobos ke depan dan mengayunkan tinjunya padaku, memegang lenganku dan digigit.

Aku tidak menghindar, aku melihat jasad kepala desa tua, hatiku seperti meneteskan darah!

Aku tidak menyangka, masalah akan berkembang menjadi seperti saat ini!

“Gilang, kamu bukan manusia!” Sarwendah menggertakkan gigi menatapku “Bagaimana kamu bisa begitu kejam, meracuni kakekku hingga meninggal!”

“Kakekku begitu baik padamu, sering memujimu di hadapanku, kamu bahkan tega melakukannya!”

“Gilang, kamu adalah seorang iblis!”

Aku tidak menjelaskan apa-apa, aku menyingkirkan istri kepala desa, ingin pergi memeriksa jenazah, tapi penduduk desa yang ada di sekitar menghadangku, tidak membiarkanku memeriksanya.

Penduduk desa di sekitar semakin banyak, semua sedang membicarakannya, banyak orang berpikir bahwa aku yang meracuni kepala desa tua.

Ditengah keramaian orang tidak melihat Mahmud, bocah ini pasti masih tidur belum bangun.

“Gilang!” Salah satu orang tua yang ada di desa ini berjalan ke sini, wajah tua penuh air mata “Coba kamu katakan, apakah kamu yang telah meracuni kepala desa tua hingga meninggal!”

Satu orang lagi yang menuju ke sini, penuh dengan amarah “Kepala desa tua berkebajikan luhur dan sangat dihormati, begitu baik kepada kita, walaupun sudah tidak menjadi kepala desa, selama beberapa tahun ini, tetap mengkhawatirkan masalah kita.”

“Gilang, bagaimana kamu bisa melakukan hal seperti ini!”

Penduduk desa yang ada di sekitar mulai mempertanyakannya padaku, air liur sudah hampir menenggelamkanku.

“Bukan aku.” Nada bicaraku sangat yakin “Pasti ada orang yang ingin mencelakaiku, obat yang aku berikan pada kepala desa tua sama sekali tidak ada masalah.”

Sarwendah berteriak “Gilang, kamu jangan mengelak lagi, bermasalah atau tidak, kamu yang paling jelas.”

Aku menatap Sarwendah “Apakah aku melakukannya atau tidak, bukan kamu yang bisa memutuskannya, serahkan saja masalah ini pada pihak polisi.”

“Minggir! Semuanya cepat minggir!”

Saat ini, terdengar suara teriakan dari halaman, Mahmud datang.

Mahmud melihat penduduk desa di sekitar menatapku dengan penuh amarah, seperti ingin memakan diriku saja, dia marah sekali “Apakah otak kalian isinya kotoran semua?”

“Kenapa Gilang harus membunuh kepala desa tua?”

“Apa alasannya?”

“Apa keuntungan baginya setelah membunuh kepala desa tua?”

“Gilang dulu makan dari pemberian banyak orang, kalian yang melihat Gilang tumbuh dewasa, apakah Gilang adalah tipe orang yang akan membunuh orang?”

“Dengan kata lain, walaupun sungguh membunuh orang, apakah akan melakukannya dengan begitu jelas?”

Mahmud berteriak, banyak penduduk desa yang terdiam, masih ada beberapa orang yang membicarakannya.

Kepala desa mengertakkan gigi “Apakah Gilang yang melakukannya atau bukan, polisi akan datang untuk menyelidikinya!”

“Gilang, kamu baik-baik tunggu di sini!”

Aku berkata dengan dingin “Aku akan tunggu di sini dan tidak akan pergi ke mana pun!”

“Aku mau lihat orang-orang itu, trik macam apa yang akan mereka lakukan!”

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu