Penyucian Pernikahan - Bab 84 Ada Sesuatu yang Aneh (Bagian 1)

Mulutku mulai mengeluarkan kalimat ejekan, "Aku bisa menyembuhkan Sarwendah dalam beberapa menit dan membuat dia segera tersadar."

Semua orang tercengang, banyak orang melihat denga jelas bahwa kita sepertinya sedang berkompetisi.

Gusnur tertawa dan berkata, "Gilang, apa yang dapat kamu lakukan untuk membuat Sarwendah tersadar? Aku akan menunggu dan menyaksikannya."

Sangat jelas, Gusnur menganggap aku tidak bisa melakukannya.

Aku tertawa dan berkata, "Mohon semuanya perhatikan baik-baik, seperti apa yang disebut dokter sejati."

Aku mengabaikan Gusron dan berjalan tepat ke depan Sarwendah, mengangkat tangan kananku, dan menarik wajah Sarwendah dengan keras.

Sarwendah hampir tertarik sampai ke tanah olehku, di wajahnya membekas 5 jari tanganku.

Semua orang tercengang dan menarik napas mereka.

Kepala desa berteriak, "Apakah kamu sudah gila!"

"Gilang, kamu bajingan!"

Ibu Tan bergegas mendekatiku dan meraih kerah bajuku, "Gilang, kamu berani memukul putriku, aku akan membunuhmu, aku akan membunuhmu!"

Semua orang mengira aku sudah gila, otakku bermasalah, dan mereka menyalahkan aku.

“Haha, apakah ini keahlian medismu?” Gusron mencibir, “Gilang, menurutku kamu hanyalah orang gila”.

Gusnur dengan mengejekku dan berkata, "Gilang, apakah menurutmu ini masih belum cukup kacau?"

"Cepat menyingkir dan biarkan aku membawa pasien ini pergi."

Dewi Danau memberi tahu aku bahwa Sarwendah hanya ‘shock’, beri dia pukulan keras, dan dia akan segera tersadar, dia menyuruhku menamparnya dengan keras, jadi aku melakukannya.

Aku juga tidak terpikirkan hal ini, aku menamparnya dengan lembut, dengan sedikit kekuatan, tetapi masih meninggalkan bekas tamparan di wajah Sarwendah.

Polisi Gilang juga memelototi aku, "Berani-beraninya kamu memukul seseorang di depan polisi?"

Kepala desa berteriak, "Beberapa orang di sini, bawa Gilang keluar dan kuncikan dia di luar!"

Mahmud dan Gusron bergegas menuju ke arahku, mereka menangkap lenganku dan aku segera melepaskan diri.

“Wow!” Pada saat ini juga, Sarwendah menangis, menutupi wajahnya dan menangis.

Semua orang terkejut, dan penduduk-penduduk desa yang bergegas ke arahku segera menghentikan langkah mereka. Wajah Gusnur sangat terkejut, tidak bisa memercayainya, aku benar-benar membuat orang tersadar dengan menamparnya.

Dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, Sarwendah kebetulan melihat Rizki di depannya, dia segera memiringkan tubuhnya yang ketakutan dari kursi dan jatuh ke tanah.

Aku bergegas membantu Sarwendah, "Jangan takut, jangan takut."

Sarwendah tiba-tiba memelukku dan menangis di dadaku.

“Jangan takut.” Aku memeluk Sarwendah dan menepuk punggung Sarwendah seperti sedang menenangkan seorang anak kecil, “Tarik napas dalam-dalam, tarik napas dalam-dalam tiga kali berturut-turut, dan keluarkan napas panjang”.

Suasana hati Sarwendah dengan cepat menjadi stabil, dan kemudian dia baru menyadari bahwa dia memelukku, dengan segera dia menarik tangannya, wajahnya memerah, seperti kelinci kecil yang ketakutan.

Sarwendah memelukku secara tidak sadar, aku juga menenangkan Sarwendah, jadi semua orang tidak mengatakan apa-apa.

Ibu Tan bergegas dan memakai sepatu untuk Sarwendah.

Gusron tiba-tiba berteriak: "Gilang, apakah ini caramu menyembuhkan penyakit?"

"Lihat apa yang kamu lakukan kepada Sarwendah? Wajahnya bengkak."

"Jika kamu tidak memahami keterampilan medis, jangan berpura-pura menjadi yang terbaik di sini."

Aku sedikit terdiam, aku tidak mengatakan apa-apa, aku tidak mengatakan bahwa mereka ayah dan anak tidak baik, tetapi kamu malah menyerang aku.

Aku menggerakkan mulutku, "Keterampilan medisku tidak baik ya?"

"Banyak saksi mata di sini, apakah menurutmu keterampilan medisku tidak baik?"

"Kamu bilang Sarwendah dalam bahaya? Seharian kalian tidak bisa membuat dia tersadar, dan aku sekarang membuatnya tersadar. Kamu bilang keterampilanku tidak baik?"

Gusnur berkata: "Sarwendah tersadar karena aku baru saja memberikan pijatan di titik akupuntur untuk merangsang Sarwendah, sehingga Sarwendah akan segera tersadar."

"Lalu kamu baru menamparnya dan Sarwendah tersadar."

"Jika bukan karena stimulasi titik akupunturku, Sarwendah tidak akan bisa tersadar."

Aku tercengang, aku sudah pernah bertemu dengan orang yang tak tahu malu, tapi tidak pernah bertemu orang yang begitu tidak tahu malunya seperti ini.

Banyak penduduk desa tiba-tiba tersadar dan mengira bahwa memukul tidak akan bisa menyembuhkan, itu pasti adalah karena perbuatan Dokter Gus .

Aku tidak berdebat lagi, aku tertawa dan berkata, "Dokter Gus, benar sekali, itu karena perbuatanmu."

"Begini, ada begitu banyak penduduk desa di sini sekarang, mengapa kita tidak membicarakan masalah yang ada di klinik?"

Mendengar kata-kata "klinik", wajah Gusnur tiba-tiba berubah pucat, wajah Gusron juga menjadi pucat, dan mereka berdua tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Sebagian besar penduduk desa tidak tahu hal mengenai klinik, tetapi begitu aku mengatakannya di sini, orang-orang di desa pasti akan mengetahuinya setelah beberapa saat.

Selanjutnya, Kapten Wijaya bertanya kepada Sarwendah tentang kejadian tersebut.

Sarwendah memberi tahu semua orang bahwa Rizki minum terlalu banyak tadi malam dan tertidur. Pagi ini ibu mertua memanggil untuk makan. Setelah Sarwendah bangun, dia sudah menemukan Rizki sudah meninggal.

Mata Sarwendah penuh dengan kepanikan, dan dia menangis lagi.

Aku menatap mata Sarwendah dan melihat informasi yang berbeda, Rizki memang minum terlalu banyak, tetapi dia tidak tidur, justru memperlakukan Sarwendah seperti anjing di atas tempat tidur.

Kemudian keduanya bertengkar, Sarwendah tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, dan aku juga tidak tahu.

Penduduk desa semua membicarakannya, mengatakan bahwa kematian Rizki sama dengan kematian Ahmad, karena mabuk dan tidak dapat tersadar kembali.

Aku pikir ini agak rumit. Sekarang aku bisa melihat isi hati wanita, jika tidak, aku pasti akan memiliki pemikiran yang sama dengan penduduk desa.

Selanjutnya, polisi membawa jenazah untuk diperiksa penyebab kematiannya.

"Biar aku periksa." Aku berkata, "Aku juga telah belajar kedokteran selama beberapa tahun, dan aku memahami situasi ini dengan baik."

Sebenarnya, aku tidak mengerti sama sekali, tetapi Dewi Danau yang memintaku untuk memeriksanya dan berlatih.

Aku awalnya ingin mempelajari teknik medis untuk menyembuhkan penyakit pada orang hidup, tetapi Dewi Danau memberi tahu aku bahwa banyak teknik medis yang dapat dipelajari dari kematian.

Tidak apa-apa membiarkanku untuk berlatih, dan biarkan Gusnur melihat betapa hebatnya aku. Yang lebih penting lagi, Dewi Danau juga merasa kematian Rizki ada sesuatu yang aneh.

Dengan kata lain, kematian Ahmad tidak ada hubungannya denganku, dan juga mengenai profesi pencuci di desa, ada yang tidak masuk akal dari kebiasaan ini.

Aku mengerti perkataan Dewi Danau, yang dia maksud adalah bahwa orang-orang di desa meninggal dengan sangat aneh, mungkin itu adalah ulah manusia.

Semua orang menatap saya dengan tatapan kosong dan tidak percaya kalau aku bisa memeriksa orang yang sudah meninggal, kecuali kalau aku adalah seorang dokter forensik profesional.

Orang mati tidak terdapat denyut nadinya, dan penyebab kematian sebenarnya hanya bisa diketahui melalui alat dan tes otopsi.

Namun, bagi mereka yang meninggal di desa, anggota keluarganya umumnya menolak untuk membiarkan jasadnya diotopsi, sehingga hanya bisa mengambil darah dan difoto.

Mahmud berkata, "Gilang, apakah kamu ingin membuat masalah lagi di sini?"

Gusron berkata: "Anda menghalangi pekerjaan dari pihak yang berwajib!"

Kedua pria ini terus menyerangku, dan gadis kecil Gusnur menghampiri dan berkata, "Jangan menghalangi kami menangani kasus ini, menyingkirlah."

Semua orang mengira aku sedang membuat masalah di sini.

Pada saat ini, kepala desa tua berjalan masuk, diikuti oleh banyak orang, termasuk Selvi dan Alvia Sulistia.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu