Penyucian Pernikahan - Bab 30 Tiga Orang Tinggal Bersama

" Kamu..... kamu antarkan kami pulang. " Kata Alvia.

" Tidak, sudah sangat malam, kalian pulang sendiri saja. " Aku selesai berkata, menguap dengan panjang.

" Kalau begitu kamu antarkan kami ke rumah aku. " Kata Selvi.

" Tidak tidak. " Aku segera melambaikan tangan, " Pulang selarut ini, Paman Rahmat pasti akan marah lagi. Meskipun kamu membunuh aku hari ini, aku juga tetap tidak mau. "

" Lalu bagaimana ? " Selvi melihat ke Alvia.

" Aku juga tidak tahu. " Alvia melihat sebentar kedalam kegelapan, memeluk erat lengan Selvi a.

" Jika tidak, kita tidur disini saja malam ini ? " Tanya Selvi.

" Disini ? " Alvia melirik kedalam ruangan, wajahnya terlihat tidak senang.

Rumah aku terlalu kumuh, seorang nona terpandang seperti dia, sepertinya tidak terbiasa.

" Tidak bisa tidak bisa ! " Kata ku dengan segera, " Aku hanya punya satu tempat tidur disini, jika kalian tidur disini, aku tidur dimana ? Kalian sebaiknya pulang saja. Apa yang perlu ditakutkan dari hantu ? Juga tidak akan memakan kalian. "

" Aku tidak akan pulang, pokoknya aku tidur disini. " Kata acuh Selvi sambil berjalan masuk kedalam dan duduk di atas ranjang.

Alvia terlihat sangat kesusahan, bibirnya bergerak, ingin mengatakan sesuatu namun tidak jadi, pada akhirnya duduk disamping Selvi. " Aku juga tidak pulang. Gilang, aku adalah kakar sepupu kamu dan tidur diranjang mu yang rusak ini, termasuk keberuntungan kamu. Kamu hari ini tidur dilantai saja. "

" Kalian sangat tidak masuk akal ! " Kata aku dengan tidak berdaya.

Saat ini, terdengar suara Dewi Danau berkata di samping telinga aku : " Malam ini adalah kesempatan yang bagus, kamu bisa langsung mendapatkan keduanya ! "

" Tergantung situasi nanti. " Kata aku dalam hati.

Sebenarnya, sejak merasakan bagaimana rasanya wanita kemudian, sekarang ini setiap melihat wanita cantik, aku akan mempunyai keinginan untuk menidurinya. Apalagi, kembang desa seperti Selvi dan Alvia yang cantik ini !

Mata cantik Alvia mengedip - ngedip, sepasang matanya yang besar dan menawan itu semakin cerah di malam yang gelap.

Aku melirik tulang selangka indah Alvia yang terpapar di udara, tanpa sadar menelan ludah.

Seiring dengan bertambahnya usia, dada dan pantat Alvia juga semakin menonjol.

" Ssstt, jangan gerak. " Aku berjalan kesana dengan perlahan, barusan melihat seekor serangga terbang sepertinya terbang di samping Selvi.

" Kenapa ? "

Alvia dan Selvi kedua benar masih gadis kecil, ketakutan hingga tidak berani gerak, mata kedua terbelalak besar.

Aku berjalan ke belakang mereka, ternyata ada seekor serangga terbang, aku menerkam menangkapnya, sebentar kemudian menutupi pinggang hangat Selvi.

" Weng weng ( suara dengungan)..... " Serangga terbang itu mengepakkan sayapnya dan terus mengeluarkan suara.

" Kalian jangan bergerak, serangga ini bisa mengigit orang ! " Aku terus menakuti mereka. Alvia ketakutan hingga tidak berani menoleh.

Seluruh tubuh Selvi bergetar.

Aku berlutut duduk di belakang mereka, serangga masih berada dalam tangan aku berdengung, sekarang adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus, akan merasa bersalah terhadap diri sendiri jika tidak memanfaatkannya dengan baik.

Tangan aku di baluti kain, antara sengaja atau tidak perlahan - lahan menggosok tubuh Selvi, meskipun duduk berlutut di atas ranjang, aku tetap lebih tinggi dibandingkan kedua wanita ini.

Dari pandangan aku melihat ke arah Alvia, terlihat tulang selangkanya yang tegas lalu berpindah ke bawah, dada Alvia naik turun, sekali demi sekali, bayangan belahan dada seputih salju, membuat hidung aku memanas.

" Sudah belum ? Gilang ? " Tanya Selvi gelisah.

Aku mengurung serangga terbang kecil itu dalam telapak tangan aku, diam - diam membuka ujung pakaian Selvi, lalu menutupinya lagi dengan tangan.

" Ah ah ah....... " Selvi merasakan ada serangga dan mulai bergerak - gerak, aku dengan cepat merangkul badan Selvi yang ingin melarikan diri dengan tangan kiri ku.

Seluruh tubuh Selvi berada dalam pelukan aku, dada aku menempel di punggungnya yang hangat, aku berbisik pelan di telinganya : " Jangan takut, ada aku. "

Dapat dilihat telinga Selvi memerah.

" Kakak sepupu, kamu pergi ke lemari dan ambilkan saleb botol hijau kemari. " Kata aku kepada Alvia.

Alvia terlihat sangat ketakutan, tetapi pada akhirnya juga tetap pergi.

Setelah menyuruh Alvia pergi, tangan aku langsung bergerak.

" Selvi, jangan takut, ada aku, aku boleh bersandar ke aku, " Kata aku.

" Ng ng ah ah ah....... tidak bisa tidak bisa, kamu lepaskan aku.... wu wu..... " isak tangis Selvi.

Aku awalnya hanya ingin membuat lelucon nakal saja, tapi tidak disangka malah membuat Selvi menangis.

" Jangan menangis jangan menangis, serangganya sudah tertangkap. " Aku segera melepaskan Selvi dan memperlihatkan serangga dalam tangan kepadanya.

" Cepat singkirkan ! " Teriak Selvi.

Melihat sepasang mata Selvi yang masih terdapat bekas air mata, sangat sangat kasihan.

" Ah ah ah ! "

" Boom ( suara benda jatuh )..... "

Suara barang terjatuh dan teriakan kepanikan Alvia terdengar pada saat yang sama.

" Gawat ! " Aku menyuruh Selvi berdiam disini jangan bergerak dan pergi melihat Alvia.

" Gilang..... ah ah..... " Alvia melihatku datang, dengan cepat menerkam ke tubuhku dan menggeliat dalam pelukanku.

" Kenapa ? " Aku menenangkannya.

" Ada lipan, sangat panjang, aku takut..... " Alvia memegang erat baju aku.

Ternyata lipan, belakangan rumah sedikit lembab, tidak heran ada serangga - serangga ini.

" Tidak apa - apa tidak apa - apa..... ada aku, tidak takut tidak takut ". Aku membelai lembut punggung Alvia.

" Ayo, sudah larut, tidurlah. " Aku merangkul Alvia dan membawanya kembali ke kamar.

" Alvia, apakah kamu baik - baik saja ? " Selvi berjalan turun dari ranjang kemari dan mengambil Alvia dari pelukan ku.

" Tidak apa - apa, tidak perlu khawatir. " Kata Alvia.

Aku menghela napas, berkata dengan pelan : " Rumah kumuh aku ini sangatlah sederhana, ada beberapa serangga mungkin bisa memanjat ke atas ranjang, kalian lebih berhati - hati. "

Selvi dan Alvia setelah saling memandang, membayangkan adegan yang menakutkan barusan, kedua orang tiba - tiba gemetar ketakutan disaat yang bersamaan.

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu