Penyucian Pernikahan - Bab 203 Pembunuh Wanita Misterius

Sukanda dan yang lainnya juga sangat terkejut bahwa aku dapat menghindari tembakan peluru itu.

Jika saja bukan karena Dewi Danau memberitahuku pada saat yang tepat, aku mungkin sudah dalam masalah.

Dewi Danau dan alam bawah sadarku dapat berkomunikasi dengan baik, semuanya terjadi dalam waktu yang sangat cepat, seperti ada informasi yang masuk dan berbicara dalam kepalamu.

Karena itupun aku dapat bereaksi dengan segera.

Dewi Danau berkata:“Penembaknya ada di arah jam 4, seorang wanita, dan dia melihatmu bersembunyi, dia sedang berpindah posisi sekarang ke sisi lain.”

“Kurang lebih 30 meter jaraknya darimu.”

Seorang wanita?

Dewi Danau berkata:“Dia menutupi wajahnya dengan masker, tapi dari bentuk tubuhnya, sepertinya dia orang yang sama yang mencoba membunuhmu terakhir kali.”

Wanita pembunuh?

Sialan!

Dewi Danau dapat dengan jelas memberitahu lokasi dan informasi dari pembunuh ini, jadi sangat tidak mungkin pembunuh ini dapat bersembunyi dan menyerangku tiba-tiba.

Tapi, aku masih tetap dalam situasi yang sangat berbahaya, aku belum cukup kuat untuk menghentikan peluru.

Aku berteriak kearah posisi wanita itu “Jangan bersembunyi, tunjukan dirimu!”

"Kamu tidak akan bisa melukaiku!"

“Jangan kamu kira dengan menggunakan senjata seperti itu dapat membunuhku!”

Suara wanita itu terdengar dengan cepat “Aku terkejut kamu dapat menemukanku.”

“Sepertinya kamu sudah tau aku bersembunyi disini, jika tidak, kamu tidak akan bisa menghindari serangan kejutanku.”

Aku berteriak

"Tunjukan dirimu!"

Segera, dari pepohonan di sisi lain, seorang wanita dengan setelan hitam keluar.

Hanya sepasang mata yang terlihat dari wanita itu, bagian tubuh lainnya semua dibalut dan tertutupi oleh pakaian hitam dan menempel ketat pada kulitnya, menampilkan bentuk tubuhnya yang sempurna.

Mata wanita itu terlihat penuh keganasan dan niat membunuh yang sedang menatapku.

Aku bersembunyi di sisi lain van, wanita itu mulai bergerak, dan aku pun juga harus berpindah, aku cukup takut dengan pistol yang dibawanya.

Sukanda berteriak “Cepat, bunuh dia!”

“Jangan, cukup lukai saja dia, aku sendiri yang akan membunuhnya, akan kubalaskan dendam Anton!”

Musida juga berkata dengan kejam:“Aku akan menyiksanya perlahan, aku akan membiarkan dia mati dengan perlahan untuk membalaskan dendam kakak Evran, kakak Anton dan saudara-saudara kita yang dilukainya!”

Wanita itu menatap semua orang dengan ganas

“Siapa yang menyuruhmu datang kesini?”

Musida berkata :“Tentu saja kita datang, kakak Anton adalah saudara kita, kita ingin melihat Gilang mati dengan tangan kita sendiri!”

“Benar-benar pria yang pantang menyerah!” Mata wanita itu tajam.

"Menurutmu apakah Gilang begitu mudah ditangani?"

"Pergi sana, pergi dari hadapanku!”

Sukanda berkata dengan marah “Berani sekali kamu menyuruh kita untuk pergi!”

Wanita itu tiba-tiba menampar Sukanda beberapa kali sampai hampir terjatuh ke tanah.

“Jika kamu tidak ingin mati, pergi sana!”

Wanita itu mengarahkan pistolnya ke Sukanda.

Saat Sukanda dan yang lainnya melihat tatapan membunuh dari wanita itu, mereka mengutuknya lalu pergi.

Aku bersembunyi di belakang van dan berkata :“Hei cantik, kamu tidak akan bisa membunuhku.”

“Benarkah?” Wanita itu berkata dengan dingin, “Seseorang menyelamatkanmu waktu itu, siapa yang akan menyelamatkanmu kali ini?”

"Bahkan jika kamu memanggil polisi secara diam-diam, polisi juga tidak akan datang dalam waktu dekat.”

“Hari ini, kamu akan mati!”

Waktu itu, wanita ini tidak punya pistol, dan seorang wanita tentulah bukan tandinganku, tapi kali ini, dia membawa pistol ditangannya.

Dia punya pistol, aku tidak mungkin lari begitu saja, mungkin bisa melarikan diri ke dalam hutan, tapi itu tidak mungkin, lagipula, bagaimana dengan Mahmud?

Dewi Danau berkata: "Bukankah masih ada aku? Apa yang perlu kamu khawatirkan?”

"Aku sudah pulih sekarang, bukankah mudah hanya menghadapi wanita biasa?”

Sebagai besar kekuatanku adalah pinjaman dari kekuatan Dewi Danau.

Seperti contohnya, menghancurkan cangkir teh, menghancurkan batu, memindahkan mobil, itu semua dilakukan dengan bantuan Dewi Danau.

Diriku sendiri masih sangat lemah.

Aku masih sedikit khawatir

"Tapi,dia punya pistol!"

Dewi Danau berkata: "Bahkan batu bisa dihancurkan, apakah kamu takut hanya dengan peluru kecil ?

“Aku tidak takut jika harus berhadapan langsung dengannya, yang kutakutkan serangannnya yang tiba-tiba itu.”

"Tidak perlu bersembunyi, bunuh saja dia. "

“Apa?” Aku terkejut.

“Membunuh pihak musuh?”

Dewi Danau berkata: "Dia ingin membunuhmu, apakah kamu tidak ingin membunuhnya?”

"Bahkan jika anda menggunakan kekuatanmu yang luar biasa itu tapi tidak membunuhnya, dia hanya akan memberitahu orang-orang tentang hal itu!”

“Kenapa?” Saya berkata, “Memperlihatkan musuh betapa kuatnya diriku, bukankah itu bagus? "

Aku tidak pernah berpikir untuk membunuh seseorang, bukannya karena tidak mau, melainkan, aku takut!

Dewi Danau berkata: "Sangat sederhana memikirkan yang ada di dunia ini, jika kamu memiliki kekuatan yang besar, bukan berarti orang lain tidak memilikinya juga.”

“Jika kamu memiliki pengalaman, bukan berarti orang lain juga tidak memilikinya.”

“Masih banyak orang yang sangat kuat di dunia ini yang bahkan tidak dapat kuhentikan.”

“Disituasimu saat ini, kamu hanya harus tetap rendah hati, kamu berada di dunia yang biasa, jika kamu bertemu dan berhubungan dengan orang di dunia ilmu magis yang sudah terlatih, kamu akan menyadari dirimu hanyalah seseorang yang masih sangat kecil.”

“Dunia ilmu magis?” Ini pertama kalinya aku mendengar kata itu, aku sangat bingung.

Dewi Danau berkata: "Jangan bertanya terlalu banyak bertanya, bukan saatnya untukmu tahu tentang hal ini, semakin banyak anda tahu, semakin tidak ada gunanya bagimu saat ini.”

"Ayo bergerak!"

Wanita itu datang mendekat selangkah demi selangkah kearahku.

“Gilang, sampai kapan kamu akan bersembunyi?”

"Ayo segera keluar."

BANG!BANG!

Wanita itu menembakan dua peluru ke arahku, dengan cepat menuju ke posisi dimana aku bersembunyi, dan akhirnya aku terpaksa harus menunjukan diriku.

Aku keluar dari sisi belakang van dan berdiri berhadap-hadapan dengan wanita itu, hanya lima atau enam meter jaraknya.

Wanita itu mengangkat pistolnya dan mengarahkannya ke arah kepalaku.

“Tunggu sebentar.” Meskipun Dewi Danau memberitahuku untuk tidak takut pada wanita ini, tapi aku tetap saja gugup ketika dia akan menembakku.

Aku berkata “Sebelum kamu membunuhku, bisakah kamu memberitahuku siapa dirimu ini, dan bisakah kamu membuka penutup wajahmu itu? Biarkan aku mati setelah aku mengetahui hal tersebut.”

Wanita itu berkata dengan tenang, "Tidak perlu, aku tidak mau membunuhmu sebenarnya, tapi aku tidak punya pilihan lain.”

"Kamu orang baik."

“Kamu mempunyai karakter yang kuat, masih tetap tenang saat ada pistol yang mengarah ke kepalamu.”

"Tapi, kamu harus mati.”

Apa yang dikatakan wanita itu cukup aneh.

Setelah dia menyelesaikan kata-katanya, terlihat ada rasa sakit dimatanya, dia menggertakan gigi lalu menarik pelatuk dari pistol itu.

BANG……

Setelah itu, peluru terbang dengan cepat menuju arahku, namun terlihat cukup melambat dari pandangan di depanku, dan aku dapat sepenuhnya menyadari kecepatan dan kemana arah peluru itu pergi.

Aku dengan tenang mengangkat tanganku, dan mengambil peluru itu dengan tangan kananku.

Peluru itu berada di tanganku, memang agak panas, tapi sudah benar-benar berhenti dan ada di genggamanku.

Itu tadi adalah pemandangan yang luar biasa, kekuatan Dewi Danau benar-benar bisa menghentikan dan menangkap peluru dengan mudah!

Aku sangat terkejut, aku pikir Dewi Danau akan mengendalikan tubuhku dan menghindari tembakan itu, tapi aku tidak menyangka hanya akan menangkapnya dengan tangan kosong.

Saya memegang pelurunya di tangan saya dan menunjukannya kepada wanita itu dengan senyum tipis lalu berkata, “Kamu pikir bisa membunuhku dengan pistol murahan seperti itu?”

Mahmud yang berada di dalam mobil benar-benar terkejut, ponsel yang sedang dipegangnya untuk merekam jatuh…

"Bagaimana mungkin ini terjadi!"

Wanita itu mengambil pistolnya lagi dengan enggan dan menembakan dua tembakan.

Bukanlah sebuah kejutan lagi, dua peluru kutangkap dengan tanganku!

Wanita itu berbalik dan lari.

"Ke mana aku harus pergi!"

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu