Penyucian Pernikahan - Bab 111 Berubah-ubah

Apakah aku harus duduk diam menunggu kematian, menunggu musuh untuk datang menyerangku? Atau aku turun tangan terlebih dahulu?

Aku bersandar dikursi tenggelam dalam alam pikirku, teringat akan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini, didalam hati terasa sedikit menyesal, dulu aku hanyalah seorang petani kecil, semenjak menjadi Pencuci, masalah satu persatu datang menghampiriku.

Seluruh masalah itu menekanku hingga membuatku tidak dapat bernafas, nantinya aku masih harus menghadapi lebih banyak lagi musuh.

Sepanjang hari ini tidak ada seorangpun yang datang menemuiku untuk memeriksakan diri, Alvia, Selvi, Tya pun juga tidak datang mencariku.

Aku sebelumnya menelepon Selvi, ia tidak mengangkat teleponku, juga tidak membalas pesan dariku, aku pun tidak bisa langsung datang kerumah Selvi mencarinya.

Karena tidak ada orang, jam 6 lebih akupun tutup lebih awal, setelah makan, beristirahat diranjang klinik.

Aku sama sekali tidak tinggal di Gusnur.

Aku terus menerus mengirimkan pesan kepada Selvi, aku sangat rindu padanya, tetapi Selvi tidak membalasku.

Saat pukul 9 lebih, dari luar terdengar suara pintu diketuk, aku menggunakan mantel luarku dan pergi membukakan pintu, aku kira ada orang yang datang untuk memeriksa, tetapi tidak kusangka ternyata Selvi.

Selvi melihatku, dengan wajah dingin dan bibir yang dimancungkan, ekspresi wajah yang sedang marah.

“Selvi.” Aku menarik tangan Selvi dan berkata “Disore hari aku mengirimkan pesan dan menelepomu, kamu kenapa tidak menjawabku?”

“Aku tidak ingin pulang!” Selvi melotot kepadaku kemudian berjalan masuk kedalam, aku dengan segera menutup pintu dan mengejarnya masuk.

Setelah masuk kedalam, aku dengan segera menuangkan segelas air untuk Selvi, berkata “Selvi, kamu jangan marah, aku kali ini pulang, tidak akan ada orang yang akan mengusirku keluar dari desa, aku akan tinggal untuk menemanimu.”

Dari sorot mata Selvi, aku sudah tahu, Selvi sedang cemburu, dia melihatku dan Delia bersama-sama, bahkan mendengar penduduk lain berkata bahwa Delia adalah pacarku, karena itu, sepanjang sore hari ini ia sedang marah.

Dia disore hari bersama-sama dengan Alvia, keduanya tidak menjawab telepon dariku.

Selvi duduk disamping ranjang, melotot kearahku “Katakan, bersama denganmu, wanita bernama Delia itu siapa!”

“Apa hubungannya denganmu!”

Berita tersebar cukup cepat, bahkan nama Delia saja sudah diketahuinya.

Terjadi begitu banyaknya hal, juga tidak bertanya kepadaku bagaimana, masuk, langsung terlihat agresif dengan sorotan mata mempertanyakan dosa.

Ekspresi Selvi yang marah sangat lucu, dadanya naik dan turun, sepasang kelinci putih didadanya itu bergetar-getar.

“Itu temanku.” Aku menarik tangan Selvi, berkata “Kamu jangan salah paham.”

Selvi menghempaskan tangan Selvi, dengan tidak puas menatapku “Gilang, kamu bicara dengan jujur, wanita itu sebenarnya siapa?”

“Kamu sebenarnya kemana, dari mana mendapatkan wanita secantik itu?”

Aku berkata “Selvi, kamu mencariku demi menanyakan hal ini?”

Selvi tiba-tiba dengan wajah memelas “Gilang, aku terhadapmu benar-benar tulus, jika kamu bergaul dengan wanita lain, aku tidak akan mengampunimu!”

Aku dari sorot mata Selvi melihat begitu banyak informasi, Selvi sudah memberitahukan hubungan mereka kepada Alvia, aku dan dia sudah baikan, tetapi tidak tahu kami memiliki hubungan.

Mereka berdua adalah teman baik, hubungannya sangat baik, tidak ada rahasia diantara mereka, Alvia tentu saja tidak akan berbicara sembarang.

Selvi sangat percaya padaku, tetapi Alvia memberitahu Selvi, pria tidak boleh dibiasakan, karena itu, Selvi malam ini datang kemari, baru mengintrograsiku.

Aku dapat merasakan, Selvi sangat rindu padaku.

Aku mengerti isi hati Selvi, sekali hentakan langsung memeluknya kedalam pelukan, tersenyum dan berkata “Selvi, kamu salah paham terhadapku, aku dan Delia hanyalah teman.”

Selvi ingin melepaskan diri dari pelukanku, tetapi aku memeluknya erat-erat, aku mendekat ke telinga

“Kamu lepaskan aku, lepaskan……” Selvi meronta-ronta sebentar, kemudian mencengkeram lenganku dan dengan keras menggigitnya, meninggalkan bekas gigitan.

Aku menyeringai merasakan sakit “Kamu benar-benar menggigit, sakit sekali.”

“Rasakan.” Selvi menutup salah satu mataku, berkata “Penduduk di desa pada berkata, wanita itu adalah wanitamu, adalah pacarmu, sebenarnya iya atau tidak?”

Aku menjelaskan berkata “Ini hanya sementara waktu, Komisioner Syafarudin akan menghadapiku, kalian semua juga tahu, wanita itu bernama Delia Limas, putri walikota, menunjukkan mukanya uuntuk menyelesaikan masalahku.”

Selvi tercengang, dengan tidak percaya bertanya “Putri walikota ? Gilang, kamu sejak kapan mengenal putri walikota ? Sebenarnnya apa yang terjadi?”

Aku tertawa berkata “Kalian tahu Dekan Limas dari RS kota kan? Dekan Limas adalah paman kedua Delia, kebetulan Delia pergi ke rumah sakit untuk memerika, kemudian kami saling mengenal.”

Aku menceritakan hal ini secara singkat kepada Selvi, tetapi Selvi tetap curiga kepadaku.

Selvi dengan serius menatapku, berkata “ Gilang, aku tidak peduli apa hubunganmu dengan Delia, setelah ini kamu tidak boleh bertemu dengan wanita itu lagi.”

“Tidak boleh pergi ke kota untuk menemui wanita itu lagi.”

Selvi benar-benar diktator, aku dan Delia pasti akan saling bertemu lagi, aku memiliki banyak hal yang memerlukan bantuan Delia.

Selvi melihatku yang terdiam, matanya menjadi merah “Gilang, apa maksudmu sebenarnya!”

“Jangan-jangan kamu masih mau pergi menemui wanita itu?”

Aku benar-benar ingin berjanji padanya, wanita semuanya memerlukan rayuan, tetapi, aku tidak bisa membohongi Selvi.

Aku menarik nafas dalam-dalam, berkata “Selvi, kali ini Delia telah membantuku, aku benar-benar berhutang budi kepadanyadan juga, masalah desa kita tidak se-sepele itu, Komisioner Syafarudin, Gusnur dan yang lain-lain masih akan mungkin melawanku.”

“Aku masih membutuhkan Delia untuk membantuku, kamu mengerti?”

Selvi sangat pintar, sorotan mataku sangat bersungguh-sungguh, berdasarkan penjelasanku, Selvi juga paham tingkat keseriuan hal ini, berkata “Kalian benar-benar hanyalah teman biasa kan?”

Wanita selalu menyukai untuk mematikan sekali dan sekali lagi pertanyaan yang sudah dijawab sebelumnya, ini adalah kuatir dan juga peduli.

Aku dengan tenaga penuh mengangguk-anggukkan kepala, sekali lagi memberitahu Selvi, kita hanyalah teman biasa.

“Sudahlah, aku percaya kepadamu.” Selvi melebur didalam pelukanku, memelukku erat-erat, seperti seakan-akan takut akan kehilanganku.

Aku dapat merasakan rasa cinta Selvi terhadapku, dulu, Selvi sama sekali tidak akan menyukai ku, juga tidak akan mencintaiku, sejak aku menolong Selvi untuk yang kedua kalinya, sikap Selvi kepadaku pun berubah, kemudian kami juga mulai memiliki hubungan, Selvi sudah menganggapku sebagai prianya.

Tanganku mengangkat baju Selvi, dari bawah mengulurkan tanganku masuk, meraba-raba tubuh Selvi secara tak beraturan.

Selvi juga memberikan reaksi, bibirnya yang merah berinisiatif untuk mencium bibirku.

Kami berdua mulai berciuman dengan panas, sepasang tanganku yang besar ini meraba-raba kesana kemari diatas tubuh buah persik Selvi yang seperti giok ini.

Aku menjatuhkan dan menahan Selvi diatas ranjang, sedang akan melepaskan baju-bajunya, Selvi menghentikan tanganku, dengan wajah malu-malu berkata “Pergi matikan lampunya.”

Aku mematikan lampu, dengan tidak sabar naik ketempat tidur, kita berdua mulai bergerak berubah-ubah diatas ranjang.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu