Penyucian Pernikahan - Bab 29 Menyerang Kembali

" Jangan berhenti, ng..... " Citra sebaliknya memegangi tangan aku dan mengerakkannya.

Aku bisa merasakan, kaki Citra semakin melilit kencang. tubuhnya menjadi lemas di bawah tanganku,membiarkan aku memerintahkannya.

Citra memanjati tangan aku, ingin masuk lebih dalam.

" Bisa tidak kamu jangan gelisah ! " Marah aku, batas kesabaran aku hampir meledak dan Citra masih saja bertindak sembarangan membuat kemarahan.

" Tetapi.... aku sungguh tidak tahan lagi. " Kata Citra kelelahan.

" Sudah hampir selesai, bisakah kamu santai sedikit ? Jika tidak aku tidak bisa mengeluarkannya. "

Aku menghela nafas panjang, memegang kaki Citra, memberi isyarat untuk bersantai.

Aku merasakan bahwa mentimun telah keluar sedikit demi sedikit.

" Lebih cepat, aku sudah tidak tahan..... " Kata Citra marah bercampur rasa sakit.

Aku benar - benar merasa lebih gugup dibandingkan Citra dan menghela napas dengan kuat, sekali demi sekali memegangi Citra dengan lembut.

Kemudian, menarik keluar setengah mentimun tersebut dengan kuat.

" Ah..... "

Aku hanya bisa mendengar suara terengah kuat Citra dan kain di dahi aku juga terpenuhi dengan keringat.

" Akhirnya keluar. " Aku merasakan lega.

" Terima kasih, Gilang. " Kata Citra pelan, " Kamu sudah boleh melepaskan kainnya. "

Aku melepaskan kain yang menutupi mataku, hanya melihat wajah cantik Citra merona merah, terlihat cantik dan menguggah hati. Paras dan orangnya sama cantik seperti namanya.

" Kalau begitu..... aku pulang dulu. " Kata aku.

Timun sudah dikeluarkan, Citra juga sudah nyaman, tetapi sebaliknya aku yang merasa sangat tidak nyaman.

" Ng, kamu pulanglah. Lain kali traktir kamu makan. " Kata Citra.

Keluar dari rumah Citra, hari sudah sangat larut sangat malam. Saat ini Rahmat pasti sudah tidur, mengingat kemarin malam bentuknya yang kesal saat pulang ke rumahnya, aku memutuskan untuk tidak pergi ke rumahnya dan langsung pulang ke rumah aku, paling - paling bangun lebih cepat keesokan harinya.

Masih belum sampai di rumah aku, dari jauh sudah terlihat ada dua cahaya putih di pintu, disaat bersamaan memantulkan dua buah wajah putih.

Ternyata adalah Selvi dan Alvia !

Untuk apa mereka berada dirumah aku selarut ini ?

Aku segera merasa waspada.

Kedua gadis ini bukanlah hal yang bagus, tidak mungkin tanpa alasan menjaga di pintu rumah aku saat tengah malam. Apakah datang untuk memberikan hukuman ?

Aku mengendap-endap berjalan kesana, mendengarkan dulu apa yang dibicarakan mereka.

" Kenapa Gilang masih belum pulang ? " Tanya Selvi tidak sabar.

" Apakah pergi ke rumah kamu ? Kak Tya jelas - jelas mengatakan bahwa Gilang sudah pulang dari rumahnya sejak tadi. " Kata Alvia.

Kelihatannya, mereka setelah dibuat lari ketakutan oleh aku di bawah pohon beringin besar, pergi ke tempat Tya, kemudian datang kesini menunggu aku.

" Jika tidak kita pulang saja, jangan tunggu lagi. " Kata Selvi.

" Tidak bisa, aku harus menangkap Gilang, memberinya pelajaran. " Hanya melihat dari cahaya layar hp, sudah menampilkan mata ganas Alvia, seperti seekor yasha (roh jahat) yang galak.

Aku tidak ingin beradu dengan mereka, oleh karena itu aku bersembunyi dalam kegelapan, tunggu mereka sudah menunggu dengan tidak sabar dan pergi baru aku kesana.

Tetapi, baru bersembunyi sebentar, terdengar suara dengungan di samping telinga, nyamuk sialan menyerang kearah aku. Aku tidak berani menepuk, supaya tidak di sadari oleh Selvi dan Alvia. Setelah beberapa saat, badan aku di gigit oleh nyamuk lagi.

Ingin bertahan namun tidak bisa, aku harus mencari cara lain.

Tidak mungkin terus berada disini dengan bodoh membiarkan digigit nyamuk bukan ?

Oleh karena itu, aku melangkah keluar dengan cepat, dari jauh berteriak ke Selvi dan Alvia : " Apa maksud kalian ? Bukankah mengatakan menunggu aku di bawah pohon beringin besar ? Kenapa berubah menjadi menunggu aku di rumah aku ? "

Mata Selvi dan Alvia yang awalnya menatap ke hp tiba - tiba mendongak menatap aku bersamaan.

" Apa maksud kamu ? "

" Kamu sudah pergi ke bawah pohon beringin besar ? "

Keduanya bertanya pada saat yang sama lagi.

Aku melangkah dengan cepat ke depan mereka, berpura - pura marah dan berkata : " Aku menunggu kalian di bawah pohon beringin besar sangat lama, tidak melihat kalian, mengapa kalian mengingkar janji ? Senang mempermainkan aku seperti ini ? "

Selvi dan Alvia saling memandang.

" Kamu benar sudah pergi ke bawah pohon beringin besar ? " Selvi setengah percaya setengah ragu, " Bukankah kamu pergi memijat Kak Tya ? "

" Setelah selesai memijat aku segera pergi ke bawah pohon beringin besar. Tetapi karena menunggu lama dan di gigit oleh nyamuk. Kalian lihat, disini, disini dan juga disini. Bagus kalian, tidak berada di bawah pohon beringin besar, sebaliknya berada dirumah aku ! Kalian sungguh pintar menindas orang ! " Aku sambil berkata, sambil memperlihatkan tempat yang digigit nyamuk ke Selvi dan Alvia.

" Kamu bohong bukan ? Mengapa kami tidak melihat kamu ? " Alvia merasa aneh, tampak tidak percaya perkataan aku.

" Kalian berada dirumah aku sini, bagaimana bisa melihat aku ? " Tanya aku kembali.

" Bagaimana kamu membuktikan bahwa kamu sudah pergi ke bawah pohon beringin besar ? " Tanya Alvia lagi.

Aku setelah berpikir, lalu berkata : " Aku bertemu satu orang tua di bawah pohon beringin besar, kalian boleh pergi bertanya padanya. "

" Orang tua ? " Selvi dan Alvia saling memandang lagi.

" Orang tua apa ? " Tanya Alvia gugup.

" Aku tidak melihatnya dengan sangat jelas, terasa sedikit familiar, tapi aku tidak bisa ingat siapa itu. Tangannya memegang sesuatu yang putih, katanya baru saja menangkap jangkrik di hutan bambu. Oh iya, dia sepertinya sedikit mirip dengan kakek Sukarjo. " Kata aku seolah benar ada kejadian seperti itu.

" Kakek Sukarjo ? " Selvi membelalakkan mata, berkata : " Bukankah kakek Sukarjo sudah meninggal dua tahun lalu ? "

Aku mengerutkan kening dan lanjut berkata : " Benar, aku juga merasa aneh, kakek Sukarjo jelas - jelas sudah meninggal, bagaimana mungkin bisa muncul di bawah pohon beringin besar. Oleh karena itu, aku merasa itu bukan dia. "

Alvia berkata dengan lembut : " Sepertinya, kakek Sukarjo dimakamkan tidak jauh dari pohon beringin besar. "

" Mungkinkah kakek Sukarjo menjadi hantu dan muncul dari dalam kuburan ? " Kata aku dengan sengaja.

" Ah ! " Selvi dan Alvia berteriak pada saat yang sama.

" Kamu jangan katakan lagi, diam ! " Selvi berkata dengan keras.

Aku mengangkat - angkat bahu, aku berhasil menggertak kedua ekor yasha (roh jahat) dengan mengandalkan kebijaksanaan dan keahlian berbicara aku, benar sangat senang.

" Apa yang perlu ditakutkan, bukankah kakek Sukarjo saat masih hidup sangat baik ? Senang membantu orang yang kesusahan dan juga di juluki Manusia Berhati Malaikat. " Aku sambil berkata sambil membuka pintu.

" Jangan katakan lagi ! " Alvia ternyata menutup kedua telinganya, berteriak histeris.

Aku diam - diam ingin tertawa, nyali gadis ini bukankah sangat besar ? Mengapa sekarang jadi takut ?

" Baiklah, aku sudah mau tidur. Kalian cepat pulang. " Aku selesai berkata ingin menutup pintu.

" Jangan ! "

" Tunggu ! "

Selvi dan Alvia menahan pintu pada saat yang sama.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu