Penyucian Pernikahan - Bab 7 Bak air

Aku benar-benar terkejut, seketika tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi juga tidak berani mengeluarkan suara, takut orang itu mengetahui ini adalah aku, hanya bisa sekuat tenaga mendorong.

Dia yang terdorong olehku menabrak ke sebuah bak air didalam ruangan itu, dengan marah berkata: “Sial, apa yang kamu lakukan? Biasanya bukankah terburu-buru? Kenapa hari ini mendorongku?”

Kali ini aku mendengarnya dengan jelas, ini adalah Sanny istri Trejo.

Sanny tahun ini berumur 30an, lekuk tubuhnya sangat indah dan wajahnya seperti buah peach, didesa kami adalah seorang yang terkenal. Dengar-dengar setelah diminta oleh Trejo ia bukanlah perawan lagi, untuk hal ini sangat ahli, Trejo tidak dapat menahan dirinya, sering kali seorang diri datang ke rumah kayu kecil didalam kebun buah untuk menghabiskan malam.

Beberapa hari ini Trejo tidak dirumah, tidak disangka Sanny akan datang kemari dimalan hari.

Mengandalkan cahaya sinar tipis yang masuk dari satu-satunya jendela didalam ruangan itu, aku terkejut menyadari bahwa Sanny ternyata tidak menggunakan baju!

Sekujur tubuhnya sangat putih, sepasang bulat yang terlihat penuh itu seiring dengan suaranya bergerak-gerak.

Seketika terlihat seorang pria kuat dan seorang wanita cantik dibawah cahaya bulan, ditambah dengan tubuh yang baru keluar dari dalam air!

Aku rasa aku tidak dapat menahan diri lagi, membalik badan dan ingin pergi, diluar dugaan, Sanny segera berjalan kearahnya dan dengan sekali hentakan menangkap tanganku sambil berkata: “Kamu Gilang ?!”

“Iya…… iya ini aku. Kakak ipar Sanny, maaf, aku…… aku tidak sengaja.” Aku berkata sambil berusaha menarik tanganku kembali, tetapi, Sanny malah menggenggam tanganku erat-erat.

“Aku dengar kamu dan Selvi Maharani naik ke gunung, mereka mencarimu seharian tidak dapat menemukan kalian. Dimana Selvi ?” Sanny tanpa sedikit rasa canggung dengan tubuh telanjangnya menatap keluar melihat-lihat.

Ia berbohong dan berkata: “Aku tidak tahu dia ada dimana.”

“Oh. Karena kamu telah datang ketempatku ini, kamu mala mini tinggal disini saja, kamu tenang saja, aku tidak akan mengatakan kepada siapapun kamu ditempatku ini.” Sanny berkata sambil kemudian langsung menarikku kedalam ruangan keatas satu-satunya ranjang yang ada disana.

Aku dengan segera mengucapkan penolakan, “Jangan jangan jangan, jika secara tidak sengaja diketahui oleh keluarga Ramdhan, akan merepotkanmu.”

Sanny menatapku, dengan dingin berkata: “Kenapa, Gilang, jangan-jangan kamu takut kakak iparmu ini akan memakanmu?”

“Bu…… bukan-bukan.”

“Kalau begitu ya sudah.” Sanny kembali menatapku dari atas kebawah menilaiku, “Dengar-dengar saat kamu membantu Selvi untuk melepaskan perawannya, belum masuk sudah runtuh. Kamu jangan-jangan benar-benar tidak bisa?”

“Bu…… bukan begitu. Kali itu…… diluar dugaan.” Aku malu dan kurasakan wajahku sangat panas.

Sanny tertawa hihihi: “Kalau tidak, biarkan kakak iparmu ini mengajarimu, setelah kamu mendapatkan pengalaman, setelah ini membukakan keperawanan para gadis-gadis tidak akan menjadi bahan lelucon lagi.”

“Tidak tidak……” Aku melepaskan tangan Sanny berusaha melepaskan diri darinya, tiba-tiba tangan Sanny menangkap bagianku itu.

“Hmp!” Aku malah mengeluarkan nafas dingin.

“Yo, cukup besar, seperti tongkat.” Sanny menggenggam bagianku itu, “Kamu pasti sangat menginginkan kakak ipar kan, kakak malam ini akan memberikannya kepadamu.”

Sebuah aliran aneh mengalir dari bagian sana, aku ingin mendorong Sanny, tetapi merasa perasaan seperti ini benar-benar sangat hebat, tidak rela mendorongnya.

Sanny semakin lama semakin mendekat, seketika mengulurkan tangannya masuk kedalam celanaku, sekali hentakan menggenggam milikku itu.

“Ah! Jangan-jangan, kakak ipar, ini tidak baik……” kemudian aku berjalan mundur.

“Sebesar ini, sepanas ini, Gilang, kakak ipar menyadari perkataan dan tubuhmu sepertinya sedikit tidak seirama.” Ia sambil berkata sambil bergerak.

“Aku……” aku merasa diriku segera akan meledak.

Tiba-tiba, dari luar terdengar langkah orang terburu-buru.

Aku terkejut, segera berkata: “Ada orang datang!”

Hanya dapat terlihat dari kebun buah itu ada seseorang membawa senter dengan langkah cepat berjalan kearah kemari.

“Hah, kenapa disaat seperti ini datang kemari!” Sanny dengan terburu-buru menarik keluar tangannya dari dalam celanaku.

Aku seketika dengan terburu-buru ingin melarikan diri dari pintu, Sanny menarikku dan berkata: “Tidak keburu, cepat, masuklah.”

Tanpa berkata-kata lagi ia mendorongku masuk kedalam bak kayu itu.

“Didalam ada air……”

“Kamu bersembunyilah didalam air.”

“Tetapi……”

“Tidak ada tetapi, cepat masuk.”

Aku didorong secara paksa oleh Sanny untuk masuk kedalam bak kayu. Kemudian ia juga masuk kedalam, menggunakan sebuah handuk besar meletakkannya keatas kepalaku, dengan suara pelan berkata: “Jangan mengeluarkan suara.”

Saat ini posisi kita sangatlah canggung, aku berjongkok didalam bak kayu dan Sanny duduk didalam bak kayu juga, kami saling berhadapan. Bak kayu ini tidak terlalu besar, tubuh kami berdesakan cukup sempit, dapat mencium bau tubuh wanita dari tubuhnya, bahkan, beberapa kali menyentuh kedua bukitnya itu.

Jika biasanya dan keadaan seperti ini, aku pasti masuk kedalamnya.

Tetapi saat ini aku malah merasa sedikit seperti seorang pencur.

Jika diketahui oleh orang akan seperti tikus yang terjebak perangkap, aku rasa, meninggalkan bak kayu ini lebih baik.

Tepat disaat ini, orang diluar sudah sampai didepan pintu.

“Sayang, aku datang.” Orang itu berjalan sambil berkata, menggunakan senternya menyinari Sanny, “Yo, aku masih mandi, tunggu sebentar.”

Aku mendengar suara ini seketika tercengang.

Ini adalah suara kepala desa!

Sanny berkata: “Matikan senternya, tidak baik jika nanti ada orang melihat cahaya.”

“Hei hei, disini bagaimana mungkin ada orang datang.” Kepala desa mematikan lampunya, membuang senternya keatas ranjang kemudian berjalan kearah bak kayu, mengulurkan tangannya kedalam bak untuk meraba.

Jantungku seketika berlonjak.

Tepat disaat tangan ketua desanakan menyentuh tubuh Sanny, Sanny langsung memukul tangan kepala desa.

“Terburu-buru apa, aku hari ini tidak enak badan, kamu besok baru datanglah lagi.”

“Apa? Bahkan obatnya sudah kuminum, kamu menyuruhku besok untuk datang lagi?” ketua desa sambil berkata sambil melepaskan bajunya.

“Minum obat, pulanglah dan tidur dengan istrimu sana.” Kata Sanny.

“Istriku tidak selembut dirimu, aku menyukainya.” Ketua desa melepaskan bajunya kemudian ingin melepaskan celananya.

Sanny berteriak: “Apa yang kamu lakukan?”

Kepala desa berkata: “Masuk dan berendam denganmu.”

“Tidak boleh masuk!” Sanny menunjuk kepala desa, “Aku…… aku sedang datang bulan, jika kamu masuk, kamu akan menjadi sial.”

“Tidak mungkin lah? Pagi hari bukankah belum datang? Kenapa sekarang datang?” Kepala desa ragu-ragu, “Kalau begitu aku bagaimana? Bawahku sudah membengkak sesak.”

“Kamu…… kamu bereskan sendiri.” Kata Sanny.

“Membereskannya sendiri tidak lega. Jika tidak kamu gunakan mulutmu……”

“Pergi pergi pergi……” Sanny memarahinya, “Kamu semakin lama semakin menjijikan, aku tidak menggunakan mulut. Pulang sana minta istrimu untuk menggunakan mulutnya!”

Ketua desa melihat Sanny, menjadi serius.

“Sanny, kamu hari ini sedikit tidak beres. Jangan-jangan kamu ingin aku membantumu melakukan sesuatu lagi? Cepat katakan. Selesai itu aku benar-benar akan masuk. Jangan kamu kira aku tidak tahu, datang bulanmu baru saja pergi tidak samapai 10 hari, mana ada datang dengan begitu cepatnya?”

Aku diam-diam menyapa seluruh generasi wanita dikeluarga kepala desa. Aku saat ini meskipun belum seluruhnya menenggelamkan diri didalam air, tetapi selain hidungku seluruhnya berada didalam air, tidak berani bergerak, juga tidak berani bernafas dalam-dalam, yang lebih membuatku sesak adalah, Sanny meletakkan handuknya diatas kepalaku, sesekali menyentuhnya membuatku benar-benar kesusahan.

Hanya dapat berharap kepala desa dapat segera pergi.

Aku secara perlahan mencubit pinggang Sanny, memberitahunya aku sekarang benar-benar tidak nyaman.

Sanny berhenti sebentar, kemudian berkata: “Begini, kamu keluar sebentar. Aku…… aku mau keluar.”

“Keluar kepalamu!” Kepala desa menggendong Sanny, memaksa menggendongnya keluar dari dalam bak kayu.

Air didalam bak kayu seketika menyusut kebawah, aku terkejut seketika mengikutinya berjongkok lebih dalam.

Untung saja kepala desa tidak menyadari air didalam bak kayu, melemparkan Sanny keatas ranjang kemudian mulai melepas celananya.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu