Penyucian Pernikahan - Bab 292 Luka Gigitan

Tiga ekor musang kuning ini sama dengan musang kuning yang sudah kami bunuh sebelumnya, bulu berwarna hitam, matanya merah gelap, cakar yang tajam, sangat menakutkan, kecepatannya cepat sekali.

Wajah Mayden berubah kaget, berteriak: "Gilang, kamu cepat lari!"

Mana mungkin aku bisa lari?

Mayden memegang senter untuk menyinari, tongkat perak memukul seekor musang kuning didepan, dua ekor musang kuning lainnya dibelakang sudah menerkam kami.

Ruangan disini terlalu kecil, gerakan terbatas, sangat tidak cocok untuk bertarung.

Seekor musang kuning menggigit pundak Mayden, musang kuning lainnya menggigit kakiku.

Rasa sakit terjalar dari kakiku, musang kuning itu rupanya sedang menghisap darah!

Aku menghantamnya dengan tongkat baja, kaki musang kuning itu terhantam olehku, lalu meringis kesakitan, lalu sekarat.

Ada apa ini?

Tidak mungkin aku bisa membunuh musang kuning seceoat ini bukan?

"Darahmu." Ucap Dewi Danau: "Darahmu unik sekali, berguna untuk mengusir kejahatan, bahkan segel yang begitu besar saja bisa terbuka, musang kuning ini adalah makhluk jahat, setelah menghisap darahmu, tentunya akan terbunuh karena darahmu."

Sungguh tidak disangka darahku bisa sekuat ini.

Mayden kepanikan oleh dua ekor musang kuning itu, disini serangan terbatas, pandangannya terbatas, Mayden hanya bisa menggunakan senter menyinari, diluar sinar senter, hanya kegelapan, Mayden tidak bisa melihat apapun!

Sedangkan sinar senter hanya ada sebuah berkas cahaya, gerakan Mayden sedikit besar saja, langsung bisa menabrak dinding goa!

Sedangkan musang kuning menjadi sangat pintar di dalam keadaan gelap ini.

Disini, kekuatan pertarungan Mayden hampir terkontrol sepenuhnya, takutnya bahkan 10% kekuatannya saja tidak bisa dikerahkan!

Aku langsung menyerang, berseru, "Mayden, kamu mundur!!"

Aku disini seperti siang hari, pandanganku tidak akan terhalangi.

Aku menangkap seekor musang kuning yang menyerang Mayden, menghantam kepalanya, membuat musang kuning itu terlempar.

Seekor musang kuning lainnya menyerangku, membuka mulut dan menggigit leherku, aku langsung mengambil tongkat baja, dengan tepat menusuk ke dalam mulut musang kuning itu.

Kekuatanku kuat sekali, tongkat baja itu menembus mulut musang kuning itu.

Setelah beberapa detik, tiga ekor musang kuning itu terbunuh semua olehku.

"Kamu........bagaimana bisa sehebat ini?" Senter Mayden menyinariku, terkejut sekali, "Kamu bahkan tidak menggunakan senter, langsung bisa mengetahui posisi musang kuning?"

"Ini.....bagaimana mungkin?"

Kalau aku tidak ada mempunyai penglihatan malam, takutnya bayangan musang kuning pun tidak akan terlihat, hanya ada bagian kekerasan.

Aku berkata: "Kehebatanku banyak sekali, aku dilahirkan dengan kekuatan supranatural, dari kecil hidup di pegunungan, sudah banyak bertemu hal seperti ini, bisa mengetahui posisi dari suara."

Aku hanya bisa berbicara sembarangan.

Mayden berkata dengan tidak bersahabat: "Gilang, kemu membodohiku lagi, seluruh tubuhmu dipenuhi rahasia! Sehebat ini, kamu terus berpura-pura di hadapanku!"

"Itu......." Aku berkata sambil tersenyum: "Aku tidak berpura-pura, kamu juga tidak bertanya padaku hebat atau tidak, kamu yang terus menganggapku tidak hebat."

"Gilang, kamu sudah terluka!" Mayden tiba-tiba melihat bagian kaki yang luka tergigit, terkejut sekali.

"Cepat, berbaring!!"

Aku tercengang, Mayden menyuruhku berbaring, dengan ligat menaikkan kaki celana, bibirnya berada di kedua lubang luka kecil, terus menghisapnya.

Setelah menghisap 7 sampai 8 kali, memuntahkan beberapa kali darah hitam, Mayden baru menghela nafas panjang, lalu mengeluarkan perban dari dalam tasnya.

Tampaknya Mayden mengambil perban ini dari rumah sakit kota.

"Gilang, apakah kamu baik-baik saja? Apakah ada yang tidak nyaman?" Mayden bertanya dengan khawatir.

"Aku berkata: "Tidak apa-apa, hanya sakit......"

Aku memang tidak apa-apa, racun bahaya sama sekali tidak bisa melukaiku, kalau orang biasa, terkena gigit saja pasti sudah mati.

"Bagaimana bisa tidak apa-apa? Luka cakaran berbeda dengan luka gigitan, tergigit oleh makhluk jahat, racunnya menyebar dengan cepat! Racunnya menyerang jantung, mungkin sekali akan mati!" Mayden masih sangat khawatir, bahkan panik sekali.

Aku sama sekali tidak takut racun, yang pertama darahku bisa menahan racun, , lagipula Dewi Danau akan membantuku.

"Salahkan aku, tidak seharusnya membawa kamu kemari, disini terlalu berbahaya."

Melihat Mayden yang mengkhawatirkanku seperti ini, dalam hatiku menjalar rasa hangat.

Aku tersenyum pahit, "Aku sungguh tidak apa-apa, sebaliknya kamu, kamu tidak apa-apa bukan?"

Aku melihat ekspresi wajah Mayden buruk sekali, wajahnya pucat sekali, dahinya bahkan mengeluarkan keringat dingin.

Tubuh Mayden penuh dengan luka cakaran, dileher, bagian pundah, kaki, bahkan diatas pantat......

"Aku tidak apa-apa, Gilang.....ayo kita keluar, tidak ada yang tau didepan sana ada bahaya apa lagi."

"Baik." Luka Mayden tampaknya tidak ringan.

Mayden menarik tanganku, memapahku, baru saja berjalan dua langkah, tiba-tiba, tubuh Mayden melemas, terjatuh kesamping.

Aku buru-buru menopang Mayden, terkejut, apa yang terjadi!

"Mayden, Mayden......."

Mayden sudah pingsan, aku langsung memeriksa tubuh MAyden, selain luka luar yang aku lihat tadi aku melihat di belakang lehernya, ada dua lubang darah kecil, itu adalah bekas luka gigitan musang kuning!

"Cepat, langsung keluarkan racun!" Dewi Danau sangat kepanikan, "Gigitan dileher akan merenggut nyawa!"

Aku membaringkan Mayden di atas tanah, langsung menggenggam nadi Mayden, Dewi Danau mengerahkan auranya keluar dari nadiku, keluar dari telapak tanganku, memasuki ke tubuh Mayden.

Aura mulai bergerak di dalam tubuh Mayden, cepat sekali sampai ke bagian leher Mayden, darah hitam dan aura hitam keluar dari luka.

Sekarang Mayden pingsan, aku tidak khawatir dia akan mengetahui sesuatu.

"Racun menyerang jantung, gigitan di leher, gadis ini tidak bisa menahan penyebaran racun.......kekuatan Mayden sangat lemah......" Dewi Danay sedikit terkejut.

"Apa maksudnya?" Ucapku: "Kekuatannya sangat lemah?"

"Ehn." Dewi Danau berkata: "Guru juga mempunyai tingkatan, Mayden takutnya......hanya memaksa sampai ke guru tingkat pertama, juga yang artinya, sedikit lebih kuat dari Tong Samcong saja."

"Dalam tubuhnya tidak ada sedikitpun aura."

Aku sangat penasaran, "Bukankah kamu pernah bilang, alam gaib sangat hebat? Kemarin kamu juga memuji Mayden."

Dewi Danau berkata: "Tampaknya Mayden berumur 20 tahun lebih, semuda ini, sudah menjadi guru tingkat pertama, sudah hebat sekali, pemahamannya terhadapan taoisme sangat dalam, hanya saja tubuhnya biasa saja."

"Guru tingkat pertama sudah hebat sekali, lebih hebat dari polisi khusus, bisa menyelesaikan hal aneh biasanya."

"Mungkin alam gaib menganggap masalah desa kalian hanya kasus biasa."

Mayden merasa kekuatan pertarungan Mayden masih belum sekuat Glasiva, tapi Mayden menggunakan segel, taoismenya sangat hebat.

Setelah beberapa saat, Dewi Danau berkata: "Masalah tidak besar, Mayden merupakan orang tenaga dalam, tentunya tubuhnya berbeda dengan orang biasa, aku sudah menghilangkan semua racun di dalam tubuh Mayden, tungguh beberapa saat, Mayden akan tersadar."

Aku sedikit tenang mendengar ini.

"Kamu cepat bawa Mayden keluar, bersihkan lukanya, lalu bungkus perban."

Aku baru saja menggendong Mayden keluar, tiba-tiba, terdengar suara desiran dari kejauhan sana.

Dewi Danau berkata: "Goa ini dalam sekali, segerombol besar musang kuning menyerang kesini lagi!"

Brengsek!

Kenapa bisa ada begitu banyak musang kuning disini?

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu