Penyucian Pernikahan - Bab 55 Sepertinya Aku Sudah Basah

Setelah tiba di atas gunung, aku sambil memetik tanaman obat sambil mengingat kembali akan perkataan Rizki tadi, jika aku tidak menyucikan Sarwendah, apakah Rizki akan mati seperti Ahmad Pota? Aku memasukkan tanaman obat yang sudah dipetik ke dalam keranjang di punggungku dengan linglung.

Pada saat ini, munculah lahan rumput di depan yang penuh dengan berbagai bunga yang warna-warni, indah sekali. Adapun beberapa kupu-kupu yang sedang berdansa di atas bebungaan, sungguh menawan.

Indah sekali, aku ingin mengabadikan pemandangan alam yang indah ini, tetapi ketika aku merogoh saku barulah aku ingat bahwa ponsel Trejo ada pada Selvi. Kemarin, Selvi mengambil ponsel untuk meng-copy foto dan belum mengembalikannya padaku.

Kelihatannya, aku benar-benar harus membelikan ponsel untuk diriku sendiri.

Aku menepuk wajah dengan tidak berdaya, lalu memandang ke arah sungai di kejauhan dan mendengar ada suara kerbau di sana. Pada saat ini, seharusnya Alvia sudah pergi mengembalakan kerbau bukan? Dulu aku sering kali melihat dia mengembalakan kerbau di sana, dan Selvi sering menemaninya.

Tiba-tiba dalam benakku muncul tampang Selvi yang melihat video porno yang direkam Trejo secara diam-diam, dan aku merasa aneh.

Jika Selvi telah melihat itu, dia tidak akan marah kepadaku bukan….

Ketika sedang memikirkannya, aku mendengar dua suara yang familiar, lalu aku segera berjongkok dan bersembunyi di belakang semak-semak.

Terlihat dua sosok yang familiar muncul di depanku, tepatnya adalah Selvi dan Alvia .

“Eh, Alvia … kamu lihat, Trejo benar-benar orang gila dia selalu memotret orang secara diam-diam, bahkan… bahkan ada video begitu….”

Mendengar perkataannya, Alvia tertegun dan melirik Selvi dengan tatapan jail sambil menjilat bibir. Dia tidak berbicara, melainkan diam-diam tersenyum.

Aku segera menyembulkan kepala dan mengintip, Selvi yang biasanya sangat galak akhirnya menunjukkan kefemininan pada saat ini. Tangannya tak henti meremas sapu tangan dan kedua pipinya merona merah.

“Benar-benar panjang umur….” ujarku dalam hati. Tiba-tiba aku tidak ingin pergi, ingin melihat apa yang akan dibicarakan kedua gadis itu.

“Shuuu….”

Tepat ketika aku memutuskan untuk pergi, terdengar suara krasak krusuk dari semak-semak di samping. Aku segera waspada, jangan-jangan ada binatang buas?

“Muuu….” Kerbau itu melenguh, seperti sedang mengingatkan kedua orang itu bahwa mereka telah menghabiskan banyak waktu, tetapi mereka tidak menyadari sama sekali.

“Selvi, katakan dengan jujur, apakah kamu… sedang menginginkan pria?” Sambil berkata, Alvia meraba ke dalam pakaian Selvi. Seketika, mereka bermain-main dan baju mereka sewaktu-waktu menampakkan auratnya.

Aku yang sedang waspada tadi, langsung membelalak menatap mereka.

Air sungai yang mengalir pelan menerpa batu di tepi sungai hingga menjadi sangat mulus. Di sungai yang kecil ini, hanya ada suara rintik air yang berhantaman dengan batu, serta suara canda tawa kedua gadis yang sedang bermain-main itu.

Aku menyaksikan mereka bermain-main hingga lelah, aurat kedua bunga desa ini, tidaklah mudah dilihat pada biasanya. Adegan mereka yang bergulat di atas kasur pada terakhir kali, masih terngiang-ngiang di kepala.

“Haha… henti… hentikan… aku lelah sekali, hentikan, aku mengalah.”

Selvi bergegas merapikan talinya yang terpapar, dia menghembuskan napas hangat dan pipinya memerah, lalu dia memohon ampun.

Aku bergegas bergerak, dan diam-diam berjongkok ke belakang mereka.

“Eh, dari mana kamu mendapatkan ponsel ini, bukankah ini ponsel Trejo ? Bukankah katamu sudah diberikan ke Gilang ?” ujar Alvia .

“Hehe, kemarin aku mengambilnya lagi dari Gilang. Bocah itu pun tidak ingin memberikannya padaku.”

Alvia yang awalnya menantikan gosip sambil tersenyum, langsung mengernyit dan wajahnya menjadi suram.

“Gilang ? Huh! Menurutku dia bukanlah orang baik!”

Alvia segera memandang ke kejauhan dengan tatapan dingin, aku bahkan mengira dia telah menyadariku. Aku berkeringat dingin di punggung, dan menurunkan kepala dengan hati-hati.

Selvi merapikan rambutnya yang menjuntai di samping telinga, dan berkata kepada Alvia sambil tersenyum, “Sudahlah, jika tidak ada dia, kita pun bisa melihat ‘koleksi’ Trejo. Selalu mendengar bahwa si playboy ini biasanya tidak melakukan pekerjaan apa-apa, tidak menghiraukan istri cantiknya di rumah, dan memiliki hobi seperti ini, sungguh tidak terpikirkan….”

Mendengar perkataan Selvi , alis Alvia merenggang dan aku menghela napas lega. Jika topik pembicaraan mengenai aku terus dilanjutkan, tidak tahu akan menjadi seperti apa citraku.

“Alvia, kamu… apakah kamu ingin melihat video di dalam ponsel ini?”

Tiba-tiba Selvi berbisik di telinga Alvia , Alvia tertegun, lalu tersenyum. Dia merangkul leher Selvi , dan napasnya menghembus di telinga Selvi .

“Kenapa? Hatimu gerah dan ingin berbagi dengan kakak?”

Saat ini, Selvi sama seperti tampangnya yang feminin, pipinya memerah dan dia tidak berbicara karena malu. Suara kedua gadis itu tidaklah besar, aku harus mendekatkan telingaku baru bisa mendengarnya, tetapi takut disadari mereka.

“Kalau begitu, aku buka….”

Selvi membuka ponsel Trejo bagaikan Hawa yang mencicipi buah terlarang, dengan mudah dia menemukan folder yang berisikan video itu.

Mereka menatap erat pada layar ponsel, seriring dengan jalannya video, pipi mereka mulai memerah karena mendengar suara desahan cinta itu. Alvia yang tadinya bertampang wanita dewasa berubah menjadi gadis kecil, dia menggigit bibir dengan kuat, dan telinganya juga memerah.

Seolah-olah tidak rela untuk mengganggu kedua gadis yang sedang tenggelam ke dalam video, kerbau yang tadinya melenguh, saat ini sedang berdiam diri di tempat, dan hanya mendengus terkadang waktu.

Secara tidak sadar, Selvi perlahan-lahan mengemut jarinya sendirinya, giginya yang putih menggigit pelan pada jarinya, dan lambat laun badannya bergoyang dengan gerah.

Alvia pun menatap layar ponsel dengan tatapan linglung. Aku langsung bereaksi, apakah kali ini benar-benar akan menyaksikan pertunjukan langsung? Namun lesbian?

Lengan Alvia yang diletakkan di leher Selvi mulai meraba dengan pelan.

“Aku… aku sepertinya sudah basah….” ujar Selvi tiba-tiba dengan malu.

“Masih tidak mengaku kamu adalah gadis cabul?”

Alvia tidak mau kalah dan menantang Selvi dengan perkataan, Selvi ingin menutupi wajahnya karena malu, tetapi ditangkap oleh Alvia .

“Ck, bagaimana kalau aku memuaskan kamu?”

Aku berkata dalam hati, tetapi kakiku perlahan-lahan melangkah mundur. Tidak ada gunanya juga melihat begitu saja, lebih baik aku pergi memetik tanaman obat.

Tepat ketika hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara tawa yang mesum. Tubuh Selvi dan Alvia langsung bergetar karena kaget.

“Hehe… Aduh, pantas saja ponselku menghilang, dan kamu punya foto di dalam ponselku, ternyata benar kamu yang mengambilnya….” Sambil berkata, Trejo menyembul keluar dari semak-semak di tepi jalan. Jelas dia terus membuntuti Selvi untuk mencari ponselnya.

Selvi tertegun, lalu dia menggoyang ponsel di tangannya, dan berkata, “Tre, Trejo ! Kamu ini benar-benar tidak tahu malu, ini adalah ponselku, oke?”

“Benarkah? Kalau begitu dari mana kamu dapatkan foto dan video itu?” Trejo berjalan menghampiri sambil menatap ponsel Selvi .

“Itu… itu dikirimkan orang lain.” ujar Selvi .

“Siapa?” tanya Trejo .

Hatiku tegang, apakah Selvi akan membocorkan aku?

Tak diduga, Selvi mengangkat kepala dan berkata, “Tidak aku beritahu!”

“Huh, apakah kamu benar-benar tidak memberitahu aku?” Dalam mata Trejo terlintas akan sinar jahat.

Pada saat ini, Alvia berseru “ Trejo , kamu memotret semua yang ada di dalam ponselmu, sungguh tidak tahu malu, benar-benar memalukan desa ini!”

Mendengar marahannya, Trejo tetap bertampang santai, dia menjilat bibirnya yang tebal dan berminyak lalu berkata sambil tersenyum jahat, “Aduh, Alvia, Selvi, kalian mengambil ponsel paman masih mengatakan paman tidak tahu malu? Aku pun tidak melaporkan kalian dengan tuduhan pencurian, masih mengatakan aku tidak tahu malu? Kalian pun bernafsu setelah menyaksikan karya seniku, kalau begitu kalian gadis cabul ini apa? Hehe….”

“Kamu… kamu!” seru Selvi dengan kesal, tetapi tidak bisa berkata apa-apa.

“Sudahlah, di sini juga tidak ada orang lain, biarkan paman sayangi kalian baik-baik, tongkat paman sudah tidak tahan lagi…!”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu